Rabu, 25 Juni 2014

Tugas Response Paper (Andry Dwi Ramdhani - 115120107111018)

Response Paper I
                    Devian adalah pemisahan yang terjadi pada individu dalam kehidupannya yang dianggap menyimpang atau keluar dari jalur kenormalan yang sudah ada di masyarakat. Hal ini dianggap menghalangi atau menghambat kemampuan individu, keluarga ataupun sebuah kelompok dari sumber daya yang dibutuhkan, bahkan kesempatan mereka yang dinilai menyimpang dari kenormalan ini pun untuk berpartisipasi dalam kegiatan di dalam pemerintahan yang ada amat sangat minim dan dianggap menyalahi aturan yang telah dibuat.
                        Setiap individu memiliki hak asasi, yang dimana setiap individu ini bebas berkreasi dengan segala bentuk penyelenggaraan sosial  di dalam masyarakat guna menunjang kelangsungan hidupnya, inilah pemikiran yang digagas oleh Adam Smith. Tegasnya lagi, individu adalah wujud yang diakui dalam masyarakat, dimana adanya keserasian dalam tempat tinggal individu berada, sehingga hampir tidak adanya pertentangan dan tidak adanya intervensi atas materi sehingga setiap individu mendapatkan hak yang sejajar satu sama lain. Jika ditelaah lebih dalam, gagasan yang dikeluarkan oleh Adam Smith ini sangatlah fungsionalis, karena bagaimanapun keadaan individu di mata masyarakat, baik dikatakan aneh maupun normal tetap saja harus mendapatkan hak yang sama, yaiut hak untuk hidup. Dibandingkan dengan pemikiran Karl Marx, masyarakat itu terdiri dari dua kelompok, yaitu borjuis dan proletar. Jadi, pemikiran kedua tokoh tersebut sangatlah bertolak belakang. Tidak dapat menyatu bagaikan air dengan minyak.
                        Deprivasi seperti kerugian yang menimbulkan kehancuran. Hal ini dapat terjadi  melalui proses eksklusi yang biasanya menimpa individu maupun kelompok yang dinilai asimetris. Individu yang tereksklusi biasanya dipersulit untuk menggunakan fasilitas yang dapat menunjang kehidupannya, misalnya aspek sosial, ekonomi, politik dan yang paling vital adalah aspek pendidikan, yang otomatis juga menghambat jaringan sosial dan peluang berkembangnya kreatifitas individu menuju masa depan yang cerah. Individu yang tereksklusi tersebut biasanya adalah individu yang berkebutuhan khusus, sehingga dikatakan asimetris, lalu apabila sudah seperti itu maka jelaslah akses menuju pekerjaan pun juga terbatas karena dianggap memiliki jaringan sosial yang sedikit dan kurang bisa mendukung aspek kehidupannya. Kekurangan yang menderita individu maupun kelompok yang tereksklusi ini akan berdampak pada deprivasi yang selanjutnya menghilangkan segala kemungkinan-kemungkinan yang seharusnya bisa didapat.
                        Dari eksklusi sosial di atas, selanjutnya akan menimbulkan sebuah istilah yang disebut devian. Bagi Marx, individu yang disebut devian adalah individu yang tidak mempunyai kemampuan untuk mendukung segala kegiatan yang diselenggarakan oleh para kapitalis dalam melakukan penguatan modal atau singkatnya devian yaitu orang-orang yang tersingkirkam dari struktur kapitalis. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Marx, bahwa infrastruktur menentukan suprastruktur yang berarti bahwa materi memberikan pengaruh yang amat sangat besar terhadap aspek sosial lainnya. Hegemoni yang dilakukan kaum-kaum kapitalis melalui media, sekolah, perusahaan, dan lain-lain supaya individu berusaha sekolah setinggi mungkin untuk mendapatkan kerja yang lebih baik. Karena tingginya pendidikan menentukan pekerjaan apa yang akan didapatkan, begitulah pemikiran masyarakat modern pada umumnya.
                        Devian menurut Marx adalah individu atau kelompok yang tersingkirkan dan tidak mempunyai kekuatan untuk mendapatkan materi. Marx pernah mengkaji permasalahan yang menyangkut tentang devian, kemudian ia menggolongkan devian menjadi dua, yaitu berguna dan mengancam. Devian yang berguna ini adalah yang tidak berbahaya karena dianggap tidak memiliki pemikiran apapun yang dapat menghancurkan kekuatan kapitalis. Contohnya orang gila, dikontrol oleh negara berbentuk institusi, yaitu Rumah Sakit Jiwa. Selanjutnya devian yang mengancam, karena memiliki pemikiran kritis untuk menghancurkan kekuatan yang dimiliki oleh kapitalis. Contohnya pelajar atau mahasiswa, sama halnya dengan di atas, devian yang mengancam ini dikontrol pula oleh negara dengan berbentuk institusi, yaitu Universitas.

Response Paper II
                        Stigma dan Identitas Sosial (Erving Goffman)

  • Mazhab Strukturalis
Society dianggap sebagai:
§  Kumpulan individu yang mempunyai atribut yang “natural”.
§  Rutinitas hubungan sosial mengantisipasi atribut diluar “natural”.
§  Kehadiran yang “lain” dari masyarakat pada dasarnya adalah wujud dari kategori dan atribut yang melekat pada individu yang disebut “Identitas Sosial”.

  • Social Identity
§  Virtual Social Identity à Asumsi yang muncul menghubungkan dengan realitas yang belum terbentuk sepenuhnya. Karakter cenderung menyalahkan.
§  Actual Social Identity   à Kategori/atribut yang realitasnya dapat terbukti

  • Stigma
§     Discrepancy/kesenjangan antara Virtual Social Identity dengan Actual Social Identity akan menghasilkan Stigma.
§  Tanda atau ciri yang negatif pada diri seseorang. Biasanya Stigma ini diberikan oleh masyarakat pada sekelompok orang tertentu.
§  Stigmatisasi adalah sikap merendahkan dan mendeskriditkan seseorang yang memiliki atribut.

  • 3 Tipe Stigma
§     Stigma cacat fisik, mereka yang tidak memiliki tubuh normal.
§ Stigma karakter individu yang buruk, kepercayaan garis keras, homoseksual, pengangguran, dll.
§   Stigma Kesukuan/Tribal/Gagasan/Agama yang dapat dan ditransmitkan melalui generasi berikutnya.

  • Teori Stigma
§  Stigma adalah relasi bahasa.
§  Stigma adalah Processor untuk mengkonfirmasi ketidakbiasaan orang lain.
§  Stigma memunculkan Inferioritas.
§  Stigma menyalahkan atribut yang melekat pada individu atas ketidaksempurnaan.
§  Stigma menyalahkan diskriminasi.

  • Individu dengan Stigma
§  Ketidaknyamanan secara sosial terhadap prasangka yang dibuat masyarakat.
§  Kepercayaan terhadap identitas yang disangkakan, berusaha menjadi normal.
§  Interaksi cemas/bimbang.
§  Respon pertahanan ekspresi langsung agar dianggap normal.
§  Mengupayakan penguasaan bidang kegiatan.
§  Menghadapi situasi sosial campuran “Mix Social Interaction” defensif atau antisipatif.
§  Terbangun dua arus interaksi utama mengucilkan diri/berani.

Analisis Film "Starting From A"
                          Mike Oliver pernah meneliti tentang seseorang yang memiliki kekurangan atau sering disebut disable. Ia menganggap kekurangan tersebut menjadi hal yang sangat unik dan patut untuk diteliti. Tubuh menjadi objek yang sangat vital baginya. Di sisi lain, lingkungan masyarakat sekitar juga menentukan tubuh. Jika ada individu yang memiliki kekurangan (tuna netra, tuna wicara, tuna rungu, dll.) dan hidup dalam masyarakat yang juga memiliki kekurangan yang sama, maka tidak ada yang namanya pendiskriminasian. Namun, apabila individu yang memiliki kekurangan dan hidup dalam masyarakat yang normal, maka kenormalan tersebut menjadikan sebuah sesuatu yang mayoritas dan yang menjadi minoritas tersebut adalah individu yang memiliki kekurangan tersebut. Dari sanalah lingkungan menjadikan “Dis”. Sebenarnya bagi individu yang memiliki kekurangan, masyarakat yang normal sejatinya adalah yang tidak normal. Apabila masalahnya dibalik, jika individu yang dikatakan normal hidup dalam masyarakat yang memiliki kekurangan, maka individu yang normal tersebutlah yang sejatinya tidak normal. Mayoritas dan minoritas ditentukan dalam perspektif masyarakat yang  ada dan lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi.
                  Segala yang telah dijelaskan di atas, sering dikenal dengan sebutan “Regime of Truth”, menelusuri sejarah dengan menyibak kebenaran atau apa yang dianggap benar. Kekuatan selalu ada dimana-mana dan datang darimana pun, termasuk dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Contoh konkritnya dapat ditemui disekitar kita, ketika ada waria atau bencong dieksklusikan dalam masyarakat. Di dalam masyarakat, yang dinamakan laki-laki itu haruslah berbadan tegap, berambut pendek, dan intinya memiliki sifat-sifat yang maskulin. Begitu sebaliknya, yang dinamakan perempuan itu memiliki ciri-ciri berambut panjang, lemah gemulai, dan segala sesuatu hal yang berbau feminim. Pembagian-pembagian jenis kelamin tersebut sudah ada di dalam masyarakat sejak dahulu, apabila ada jenis kelamin yang baru pastilah tereksklusi dari lingkungan hidupnya. Sebenarnya tidak ada yang salah pada waria, hanya saja kebenaran yang terungkap terjadi karena pemikiran masyarakat yang mayoritas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar