Response Paper I
Devian
adalah pemisahan yang terjadi pada individu dalam kehidupannya yang dianggap
menyimpang atau keluar dari jalur kenormalan yang sudah ada di masyarakat. Hal
ini dianggap menghalangi atau menghambat kemampuan individu, keluarga ataupun sebuah
kelompok dari sumber daya yang dibutuhkan, bahkan kesempatan mereka yang dinilai
menyimpang dari kenormalan ini pun untuk berpartisipasi dalam kegiatan di dalam
pemerintahan yang ada amat sangat minim dan dianggap menyalahi aturan yang
telah dibuat.
Setiap
individu memiliki hak asasi, yang dimana setiap individu ini bebas berkreasi
dengan segala bentuk penyelenggaraan sosial di dalam masyarakat guna menunjang kelangsungan
hidupnya, inilah pemikiran yang digagas oleh Adam Smith. Tegasnya lagi,
individu adalah wujud yang diakui dalam masyarakat, dimana adanya keserasian
dalam tempat tinggal individu berada, sehingga hampir tidak adanya pertentangan
dan tidak adanya intervensi atas materi sehingga setiap individu mendapatkan
hak yang sejajar satu sama lain. Jika ditelaah lebih dalam, gagasan yang
dikeluarkan oleh Adam Smith ini sangatlah fungsionalis, karena bagaimanapun
keadaan individu di mata masyarakat, baik dikatakan aneh maupun normal tetap saja
harus mendapatkan hak yang sama, yaiut hak untuk hidup. Dibandingkan dengan
pemikiran Karl Marx, masyarakat itu terdiri dari dua kelompok, yaitu borjuis
dan proletar. Jadi, pemikiran kedua tokoh tersebut sangatlah bertolak belakang.
Tidak dapat menyatu bagaikan air dengan minyak.
Deprivasi
seperti kerugian yang menimbulkan kehancuran. Hal ini dapat terjadi melalui proses eksklusi yang biasanya menimpa
individu maupun kelompok yang dinilai asimetris. Individu yang tereksklusi
biasanya dipersulit untuk menggunakan fasilitas yang dapat menunjang
kehidupannya, misalnya aspek sosial, ekonomi, politik dan yang paling vital
adalah aspek pendidikan, yang otomatis juga menghambat jaringan sosial dan
peluang berkembangnya kreatifitas individu menuju masa depan yang cerah. Individu
yang tereksklusi tersebut biasanya adalah individu yang berkebutuhan khusus, sehingga
dikatakan asimetris, lalu apabila sudah seperti itu maka jelaslah akses menuju
pekerjaan pun juga terbatas karena dianggap memiliki jaringan sosial yang
sedikit dan kurang bisa mendukung aspek kehidupannya. Kekurangan yang menderita
individu maupun kelompok yang tereksklusi ini akan berdampak pada deprivasi
yang selanjutnya menghilangkan segala kemungkinan-kemungkinan yang seharusnya
bisa didapat.
Dari
eksklusi sosial di atas, selanjutnya akan menimbulkan sebuah istilah yang
disebut devian. Bagi Marx, individu yang disebut devian adalah individu yang
tidak mempunyai kemampuan untuk mendukung segala kegiatan yang diselenggarakan
oleh para kapitalis dalam melakukan penguatan modal atau singkatnya devian yaitu
orang-orang yang tersingkirkam dari struktur kapitalis. Hal tersebut sejalan
dengan pemikiran Marx, bahwa infrastruktur menentukan suprastruktur yang
berarti bahwa materi memberikan pengaruh yang amat sangat besar terhadap aspek sosial
lainnya. Hegemoni yang dilakukan kaum-kaum kapitalis melalui media, sekolah,
perusahaan, dan lain-lain supaya individu berusaha sekolah setinggi mungkin
untuk mendapatkan kerja yang lebih baik. Karena tingginya pendidikan menentukan
pekerjaan apa yang akan didapatkan, begitulah pemikiran masyarakat modern pada
umumnya.
Devian
menurut Marx adalah individu atau kelompok yang tersingkirkan dan tidak mempunyai
kekuatan untuk mendapatkan materi. Marx pernah mengkaji permasalahan yang
menyangkut tentang devian, kemudian ia menggolongkan devian menjadi dua, yaitu
berguna dan mengancam. Devian yang berguna ini adalah yang tidak berbahaya
karena dianggap tidak memiliki pemikiran apapun yang dapat menghancurkan kekuatan
kapitalis. Contohnya orang gila, dikontrol oleh negara berbentuk institusi,
yaitu Rumah Sakit Jiwa. Selanjutnya devian yang mengancam, karena memiliki
pemikiran kritis untuk menghancurkan kekuatan yang dimiliki oleh kapitalis.
Contohnya pelajar atau mahasiswa, sama halnya dengan di atas, devian yang
mengancam ini dikontrol pula oleh negara dengan berbentuk institusi, yaitu
Universitas.
Response Paper II
Stigma
dan Identitas Sosial (Erving Goffman)
- Mazhab
Strukturalis
Society
dianggap sebagai:
§ Kumpulan individu yang mempunyai atribut yang
“natural”.
§ Rutinitas hubungan sosial mengantisipasi atribut
diluar “natural”.
§ Kehadiran yang “lain” dari masyarakat pada dasarnya
adalah wujud dari kategori dan atribut yang melekat pada individu yang disebut
“Identitas Sosial”.
- Social Identity
§ Virtual Social Identity à
Asumsi yang muncul menghubungkan dengan realitas yang belum terbentuk
sepenuhnya. Karakter cenderung menyalahkan.
§ Actual Social Identity à
Kategori/atribut yang realitasnya dapat terbukti
- Stigma
§ Discrepancy/kesenjangan antara Virtual Social
Identity dengan Actual Social Identity akan menghasilkan Stigma.
§ Tanda atau ciri yang negatif pada diri seseorang.
Biasanya Stigma ini diberikan oleh masyarakat pada sekelompok orang tertentu.
§ Stigmatisasi adalah sikap merendahkan dan
mendeskriditkan seseorang yang memiliki atribut.
- 3 Tipe
Stigma
§ Stigma cacat fisik, mereka yang tidak memiliki tubuh
normal.
§ Stigma karakter individu yang buruk, kepercayaan
garis keras, homoseksual, pengangguran, dll.
§ Stigma Kesukuan/Tribal/Gagasan/Agama yang dapat dan
ditransmitkan melalui generasi berikutnya.
- Teori
Stigma
§ Stigma adalah relasi bahasa.
§ Stigma adalah Processor untuk mengkonfirmasi
ketidakbiasaan orang lain.
§ Stigma memunculkan Inferioritas.
§ Stigma menyalahkan atribut yang melekat pada
individu atas ketidaksempurnaan.
§ Stigma menyalahkan diskriminasi.
- Individu
dengan Stigma
§ Ketidaknyamanan secara sosial terhadap prasangka
yang dibuat masyarakat.
§ Kepercayaan terhadap identitas yang disangkakan,
berusaha menjadi normal.
§ Interaksi cemas/bimbang.
§ Respon pertahanan ekspresi langsung agar dianggap
normal.
§ Mengupayakan penguasaan bidang kegiatan.
§ Menghadapi situasi sosial campuran “Mix Social
Interaction” defensif atau antisipatif.
§ Terbangun dua arus interaksi utama mengucilkan
diri/berani.
Analisis Film "Starting From A"
Mike Oliver pernah meneliti
tentang seseorang yang memiliki kekurangan atau sering disebut disable. Ia
menganggap kekurangan tersebut menjadi hal yang sangat unik dan patut untuk
diteliti. Tubuh menjadi objek yang sangat vital baginya. Di sisi lain,
lingkungan masyarakat sekitar juga menentukan tubuh. Jika ada individu yang
memiliki kekurangan (tuna netra, tuna wicara, tuna rungu, dll.) dan hidup dalam
masyarakat yang juga memiliki kekurangan yang sama, maka tidak ada yang namanya
pendiskriminasian. Namun, apabila individu yang memiliki kekurangan dan hidup
dalam masyarakat yang normal, maka kenormalan tersebut menjadikan sebuah
sesuatu yang mayoritas dan yang menjadi minoritas tersebut adalah individu yang
memiliki kekurangan tersebut. Dari sanalah lingkungan menjadikan “Dis”.
Sebenarnya bagi individu yang memiliki kekurangan, masyarakat yang normal
sejatinya adalah yang tidak normal. Apabila masalahnya dibalik, jika individu
yang dikatakan normal hidup dalam masyarakat yang memiliki kekurangan, maka
individu yang normal tersebutlah yang sejatinya tidak normal. Mayoritas dan
minoritas ditentukan dalam perspektif masyarakat yang ada dan lingkungan
tempat tinggal juga mempengaruhi.
Segala yang telah dijelaskan di atas, sering dikenal
dengan sebutan “Regime of Truth”, menelusuri sejarah dengan menyibak kebenaran
atau apa yang dianggap benar. Kekuatan selalu ada dimana-mana dan datang
darimana pun, termasuk dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Contoh
konkritnya dapat ditemui disekitar kita, ketika ada waria atau bencong
dieksklusikan dalam masyarakat. Di dalam masyarakat, yang dinamakan laki-laki
itu haruslah berbadan tegap, berambut pendek, dan intinya memiliki sifat-sifat
yang maskulin. Begitu sebaliknya, yang dinamakan perempuan itu memiliki
ciri-ciri berambut panjang, lemah gemulai, dan segala sesuatu hal yang berbau
feminim. Pembagian-pembagian jenis kelamin tersebut sudah ada di dalam
masyarakat sejak dahulu, apabila ada jenis kelamin yang baru pastilah tereksklusi
dari lingkungan hidupnya. Sebenarnya tidak ada yang salah pada waria, hanya
saja kebenaran yang terungkap terjadi karena pemikiran masyarakat yang
mayoritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar