Rabu, 25 Juni 2014

RESPON PAPER WINANTININGSIH_115120107111016 (RESPON PAPER 1-3 INDIVIDU)



NAMA            :  WINANTININGSIH
NIM                :  115120107111016

RESPON PAPER 1  KESENJANGAN DAN EKSLUSI SOSIAL

            Menurut Adam Smith, dalam setiap individu masing-masing mempunyai kebebasan dalam mengembangkan dirinya termasuk dalam ekonomi atau ownership. Ini menunjukkan masing-masing mempunyai kesempatan dan hak yang sama. Namun hal ini di tolak oleh Karl Marx yang menyatakan bahwa intervensi ekonomi itu di perbolehkan tetapi dalam bidang lain tidak bisa.Yang seperti ini menunjukkan terdapat  hal-hal yang di langgar. Adam Smith juga menyebutkan bahwa individu adalah hal yang mutlak.
            Membahas mengenai The greatest happiness of the greatest number yakni tentang kebijakan pemerintah yang di peruntukkan untuk kepentingan orang banyak. Ini merupakan bagian dari Utilitarian. Utilitarian sendiri yakni menindas yang lemah atau minoritas. Misal saja non muslim, syiah, ahmadyah.
            Yang menjadi perdebatan selama ini yakni ekonomi, oportunitas, deprivasi (sumber-sumber akses kesejahteraan) yang mana menyebabkan ekslusi pendapatan. Di sini ada indikasi mengenai bagaimana kebijakan pemerintah di sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.  Ini artinya yang kaya semakin kaya. Selain itu yang menjadi perdebatan juga pada Traditional value. Misal saja deprivasi pada kekayaan yang di tetapkan World Bank tidak sesuai dengan yang di miliki oleh orang desa dengan kekayaan atau kemampuan makan yang di miliki oleh orang kota. Selain itu juga masalah komunalitas.
            Social eksklusion sifatnya ada 2 yakni pasif dan aktif. Social eksklusion pasif  yakni kelompok minoritas tidak punya hak untuk mengembangkan eksklusi sosialnya. Misalnya pengungsi, korban lapindo. Sedangkan eksklusi social aktif yakni orang yang tereksklusi namun  masih terlibat dalam masyarakat namun dianggap sebelah mata. Misal perempuan, difabel.
            Pendefinisian ekslusi sosial menurut Amatya Sen diantaranya ada beberapa aspek yakni (1) Lost of current dimana outputnya tidak menghasilkan apa-apa. (2) Lost of skill yakni tidak punya keterampilan apa-apa, keahlian yang long term aspec, cultural capital karena negara tidak memberikan. (3) Lost of freedom misalnya orang syiah tereksklusi karena kepercayaan yang di miliki yang mengakibatkan kehilangan kebebasan dalam beragama. (4) Psicologycal harm and mistery dimana mengalami tekanan psikologis karena di tolak oleh masyarakat. Misalnya waria, anak hasil perkosaan. (5) Mengenai Health and Mentall.  Misal ODHA , sipilis, PSK, Down Syndrom. (6) Motivation and future work. (7) Gender and Ras. (8) Weaking of Social value, dimana nilai-nilai tradisional atau nilai-nilai sosial dalam masyarakat ini melemah. Yang mana tadinya masyarakat ini saling mendukung menjadi individualis. Misalnya pembangunan perumahan yang awalnya merupakan pedesaan.

Amartya Sen berbicara tentang liberaterian yakni intervensi tidak diperbolehkan . terjadinya ekslusi ketika sekelompok atau seseorang di keluarkan dari kelompoknya (masyarakat). Ekslusi melekat pada seseorang bukan hanya karena suatu faktor dari luar tertentu. Misal saja gay yang merupakan bawaan biologis. Selain itu contoh lainnya yakni pada birokrasi juga dapat menyebabkan ekslusi sosial, dimana mantan narapidana tidak dapat menjadi PNS. Membahas mengenai deprivasi “Amartya Sen” yakni mengenai perampasan hutang. Berbicara mengenai kasus dunia ketiga ekslusi sosial membahas tentang marginalisasi baik di bidang politik, sosial, ekonomi, hukum dan HAM.
            Berbicara mengenai normal dan patologi terdapat devian. Yang di dalamnya ada  kejahatan dan patologis yakni berbicara pada masyarakat yang sedikit abnormal daripada yang normal. Eksklusi sosial memiliki arti yakni proses yang menghalangi individu dari kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, ekonomi, politik di dalam masyarakat secara keseluruhan. Menurut John Pierson ada beberapa komponen Ekslusi Sosial yakni kemiskinan dan orang yang berpenghasilan rendah, tidak mempunyai akses dalam pekerjaan, tidak memiliki jaringan sosial, terdampak pada daerah setempat, dan terbuang dari layanan.
            Menurut perspektif Durkheim ekslusi sosial mengancam solidaritas sosial karena ada yang menjadi target sasaran kebijakan pemerintah. Dalam perpektif durkheim terdapat anomie yakni aturan yang kehilangan norma-norma yang berlaku atau aturan kultural yang kehilangan daya ikat atau tanpa norma. Tahap berikutnya dari anomie adalah disorganisasi sosial. Disassosiation / pemisah dalam struktur sosial terjadi karena berkembangnya pola adaptasi di antaranya berbagai bentuk pola perilaku menyimpang. Tanpa tindakan assosiasi orang tidak punya konsepsi mengenai apa yang tepat dan tidak tepat dan perilaku yang dapat di terima.
Durkheim juga berbicara mengenai Normal dan pahtologis, yang menyebutkan bahwa masyarakat yang sehat dapat di kenali karena akan menemukan kondisi yang sama di dalam masyarakat lain pada tahap yang sama pula. Jika masyarakat menyimpang dari suatu ke normalitasan, maka masyarakat tersebut pathologis. Contohnya menikah dengan lawan jenis maka di anggap wajar, sedangkan menikah sesama jenis di anggap tidak wajar dan menyimpang.
Berbicara mengenai Crime, dhurkheim melihat tindakan kejahatan adalah normal daripada pathologis. Kejahatan dapat di temukan di mana-mana, kejahatan di anggap normal dan berfungsi bagi masyarakat. Kejahatan mampu menggambarkan nurani kolektif masyarakat tersebut. Sedangakan deviant ( perilaku menyimpang) yakni perilaku yang tidak sesuai dengan norma perilaku masyarakat. Menurut Heiden John and Becker  penyimpangan bukan kualitas dari tindakan yang di lakukan seseorang, tetapi lebih pada konsekuensi dan sanksi yang di terapkan pada pelaku penyimpangan tersebut.
Mengenai Fungsionalisme dan Positivisme, Durkheim berbicara tentang fakta sosial yang fokus pada struktur makro masyarakat yang menyerupai organisasi biologis dan berusaha menjelaskan struktur sosial khusus. Masyarakat punya kebutuhan dan struktur sosial secara otomatis muncul menjawab kebutuhan tersebut.  Pathologi terdapat kriteria umum masyarakat yang sehat. Konsep normal telah di tetapkan oleh masyarakat. Pathologi diibaratkan sebagai penyakit, sehingga kejahatan bunuh diri, kemiskinan adalah penyimpangan yang di anggap pathologi. Apa yang di anggap patologi dalam sosiologi adalah tergantung norma.
Berdasarkan Marxian Theory, permasalahan teori tradisional tentang devian yakni dilihat sebagai sebuah fenomena yang sifatnya  sementara. Teori traditional mengabaikan struktur dan bersifat ahistoris dalam analisisnya. Kajian mengenai kontrol yang di gagas  untuk melengkapi kajian baru tentang devian. Mekanisme kontrol awalnya di lihat sebagai mekanisme alami atas perilaku yang menyimpang namun kontrol tersebut juga muncul devian.
Menurut Karl Marx, dia melihat bahwa infrastruktur dan infrastruktur terjadi pertentangan dan dominasi kelas. Deviance production Marx digunakan untuk mengonstruksi teori mengenai devian dan control, yang memerlukan teori untuk menjelaskan mengenai kemunculan devian. Devian dapat di definisikan orang  yang tidak mampu menyokong kapitalisme ( insfrastruktur mengubah suprastruktur) ini artinya ekonomi dapat mengubah dan mengakibatkan kejahatan.
 Produksi devian dalam masyarakat kapitalis berhubungan dengan organisasi sosial ekonomi. Ekonomi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap suprastruktur yang ada di dalam masyarakat melalui institusi bias juga lewat keluarga, media, sekolah, negara dll. Peran besar  suprastrukture yakni menghadirkan regulasi masalah populasi agar tidak mengancam relasi sosial dari produksi pada masyarakat kapitalis. Secara historis masyarakat kapitalis dapat meredam masalah ini.
Dari relatif surplus populasi, populasi dapat di lihat dari dua sisi yakni di satu sisi berguna dan di  mengancam bagi akumulasi modal. Namun di sisi lain perlu biaya yang harus di keluarkan jika terjadi eksploitasi. Mengenai Social Junk, munculnya kelompok ini karena mereka gagal dalam berperan mendukung kapitalis. Hal ini di sebabkan karena kelompok ini di kontrol oleh negara lewat agen-agennya. Sedangkan social dynamite, lebih bergejolak dan kritis karena terdiri dari kalangan muda yang perlu mendapat kontrol lewat legal sistem.



NAMA            : WINANTININGSIH
NIM                : 115120107111016

RESPON PAPER KEDUA KESENJANGAN DAN EKSLUSI SOSIAL

Dalam pemaknaan mengenai tubuh menurut Durkheim, manusia dalam mengenali dunia untuk pertama kali di nilai dari tubuh. Tubuh merupakan perjumpaan dengan dunia, dan kontruksi juga melalui tubuh. Contohnya kecantikan dan keburukan di nilai dari tubuh. Masyarakat dinamis, konstruksinya melalui tubuh itu sangat penting. Proses ekslusi sosial di nilai dari memaknai tubuh itu sendiri. Tubuh menjadi tanda dalam pemaknaan tubuh.
            Dalam memaknai tubuh, Judit Butler melihat  gender adalah konstruksi  melupakan pengalaman individu. Gender juga lebih di lihat pada performa individu dalam mengkonstruksi gender. Antara laki-laki dan perempuan itu mempunyai keistimewaan. Gender is experiences lebih dilihat dari pengalaman dan ada hubungan antara jenis kelamin dan performa. Ketika laki-laki ingin menjadi perempuan maka mempengaruhi performanya. Contoh laki-laki minta di panggil mbak itu karena dia merasa performanya sebagai perempuan dan ketika hal demikian terjadi maka masyarakat akan mengekslusinya. Dalam pemaknaan manusia terhadap dirinya, manusia bebas memaknai dirinya sendiri dan menciptakan identitasnya. Misalnya muka, dan ciri fisik lainnya seperti orang China, tapi dia mengaku sebagai orang Indonesia dan menciptakan identitasnya sendiri.
            Mengenai tubuh, Judith Butler menyatakan bahwa segala sesuatu harus merefer tubuhnya. Yang membedakan Judith dengan kalangan feminis yakni memaknai tubuh adalah masyarakat dan terjadi dominasi makna. Tubuh bisa adaptasi atau menyesuaikan dengan lingkungannya. Ini artinya bahwa setiap individu itu mampu beradaptasi dengan kondisi apapun walaupun dia cacat sekalipun. Contoh, misal pada kasus orang yang tidak punya tangan akan tetapi dia bisa memfoto dengan menggunakan kakinya, dan ini yang di anggap anah oleh masyarakat.
            Sedangakan menurut Mike Oliver dalam mendefinisikan tubuh, tubuh yang berbeda itu menjadi objek atau masalah. Dalam sebuah penelitian, orang yang tubuhnya berbeda maka di jadikan penelitian atau masalah. Kelompok-kelompok orang yang fisiknya berbeda akan menjadi objek penelitian. Misal bagaimana seorang difabel dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Selain itu orang yang tidak cacat namun berbeda ras, dan warna kulit sepeti orang keturunan China di Indonesia, orang berkulit hitam juga dianggap tidak normal. Mengapa hal ini menjadi objek? Mike mendefinisikan bahwa cacat itu tidak ada. Cacat itu di bentuk oleh orang-orang normal yang menganggap orang yang berbeda dengan orang-orang pada umumnya itu sebagai orang cacat. Apakah cacat itu sendiri? Dianggap cacat itu ketika lingkungan tidak mendukung. Dalam hal ini berarti lingkunganlah yang menetukan tubuh.  Lingkungan juga menjadikan disabel. Yang menjadikan lingkungan disabel itu adalah karena kapitalisme. Di sini madal sosial yang lebih menguasai. Contoh dengan adanya produk kecantikan yang di pasarkan oleh pemilik modal maka para kapitalis ini membentuk pandangan dalam iklan produknya  bahwa standart cantik itu orang berkulit putih seperti yang ada dalam iklan. Maka orang yang berkulit hitam dianggap jelek atau tidak normal. Ini yang menjadikan kapitalisme membentuk lingkungan menjadi disabel.
            Menurut Foucault, membahas mengenai tubuh itu di dalamnya ada ” Regime of Truth”. Di mana manusia di tata berdasarkan tubuhnya. Contoh tubuh bagus masuk tentara, orang pintar masuk SMA favorit, cacat masuk SLB. Dan di dalam ” Regime of Truth” ada Govermentality yang mengatur semua itu. Sementara  Candy menganggap aneh orang yang tidak punya tangan bisa memotret, padahal tubuh itu bisa beradaptasi. Yang berbeda itu sebenarnya bukan karena tidak bisa melakukan suatu hal namun masyarakat yang memaknainya berbeda sehingga timbul diskriminasi. Namun pertanyaannya apakah diffabel itu dianggap marginalitas? Tidak tetapi hanya berbeda tubuh saja.
Membahas mengenai stigma dan identitas sosial menurut Erving Goffman, stigma mengarah pada hal yang negatif. Misal saja stereotype, diskriminasi. Stigma negatif dapat di contohkan seperti penderita ODHA, keturunan PKI. Mereka cenderung di stigma negatif  bahkan  dikucilkan dan di diskriminasi oleh masyarakat.
            Berbicara mengenai apakah identitas sosial  menyangkut Seperti gender dan ras. Stigma dapat menimbulkan efek mengucilkan seseorang karena dianggap mereka berbeda dari apa yang di harapkan oleh masyarakat. Jadi stigma itu adalah ciri negatif pada diri seseorang. Tipe-tipe stigma bermacam-macam yakni, stigma cacat fisik. Yang termasuk dalam kategori ini yaitu mereka yang tidak memiliki tubuh normal  atau tubuhnya tidak lengkap. Selain itu ada stigma karakter yakni, individu yang memiliki kebiasaan buruk. Misalnya anak Punk yang karakternya buruk, kebiasaannya tidak mandi dll.
            Hubungan mengenai individu dengan stigma yakni terdapat ketidak nyamanan secara sosial terhadap prasangka yang di buat oleh masyarakat. Kepercayaan yang terhadap identitas yang di sangkakan berusaha di jadikan normal. Dalam interkasinya terdapat kecemasan dan kebingungan. Respon pertahanan dan ekspresinya langsung agar di anggap normal. Contohnya memilih mengucilkan diri atau memilih berani.
            Membahas mengenai normal dalam melihat orang berstigma, suatu kenormalitasan akan mengidentifikasi dri dan berusaha untuk menolak.  Normal akan melakukan penerimaan sebagai wujud simpati. Sedangkan patologi interaksi menggembangkan interaksi dengan bangunan makna yang normal dan berstigma. Contohnya penderita HIV/AIDS itu awalnya Inaction kemudian di stigmakan negatif oleh masyarakat dan akan menjadi stereotype yang selalu melekat sehingga di kucilkan oleh masyarakat.




NAMA            :  WINANTININGSIH
NIM                :  115120107111016

“ REVIEW FILM  BERMULA  DARI A”

Di dunia ini sesungguhya tidak ada perbedaan antara normal dan cacat. Namun masyarakat mengeksklusi orang-orang yang dianggap berbeda dari orang normal. Dalam menentukan normal dan tidak normal di nilai dari tubuh. Hal ini juga di buktikan dalam film bermula dari A. Film ini menceritakan dua orang difabel yang satu sama lain saling melengkapi. Di sini di paparkan bahwa seorang perempuan tuna netrayang mengajari melafalkan huruf A kepada seorang laki-laki tuna rungu dan tuna wicara. Meskipun memiliki kekurangan perempuan difabel ini dengan sabarnya perempuan tuna netra ini mengajarkan kata “Akbar” kepada laki-laki difabel.
Menurut Durkheim, dalam mengenali dunia untuk pertama kali dari tubuh. Konstruksi sosial melalui tubuh sangat penting. Karena pada dasarnya kecantikan dan keburukan itu di nilai dari tubuh. Jika tubuh seseorang berbeda dari standart kenormalitasan maka akan terkslusi dari masyarakat. Karena proses ekslusi sosial di nilai dari bagaimana seseorang memaknai tubuh itu sendiri. Hal ini di buktikan ketika kacamata perempuan tuna netra ini rusak, laki-laki tuna rungu ini mengajaknya ke sebuah optik. Ketika dia ingin menanyakan harga, si penjaga optik tidak mengerti bahasa si laki-laki tuna rungu. Kemudian laki-laki tuna rungu ini berbicara pada perempuan tuna netra melalui tanda bahasa isyarat lewat tangan si perempuan untuk menanyakan harga kepada si penjual. Betapa penting tubuh kita miliki untuk berkomunikasi, sekalipun dia cacat.
Sementara itu Mike Oliver mendefinisikan bahwa cacat itu tidak ada. Cacat di bentuk oleh orang normal dan lingkungan itu yang menentukan tubuh. Ini di buktikan ketika ibu perempuan tuna netra ini memandang teman laki-laki perempuan ini sebelah mata. Si ibu menginginkan anak perempuannya mendapatkan pendamping yang mampu mengimami anaknya. Ini membuktikan bahwa orang tuna rungu dan tuna wicara di anggap tidak mampu seperti orang normal pada umumnya. Namun kedua difabel ini mampu membuktikan kepada orang-orang bahwa dengan segala keterbatasan yang di miliki, keduanya mampu melakukan sesuatu seperti orang-orang normal pada umumnya. Kesimpulannya bahwa dengan keterbatasan fisik yang di miliki tidak mengahalangi seseorang dalam beraktifitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar