Rabu, 25 Juni 2014

Tugas Respons Paper Risky Dwi Safitri

NAMA           : RISKY DWI SAFITRI
NIM                : 115120101111020
Respons Paper 1
Konsep Dasar Kesenjangan dan Eksklusi Sosial
            Berbicara tentang kesenjangan dan eksklusi sosial merupakan salah satu permasalahan sosial yang hingga kini masih terjadi dan belum menemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Seperti yang terjadi di Indonesia, permasalahan kesenjangan sosial yang dialami oleh masyarakat Indonesia masih belum menemukan titik temu, hal ini dikarenakan salah satunya pembangunan yang tidak merata serta beberapa faktor penyebab yang lain diantaranya rendahnya tingkat pendidikan, tidak adanya keahlian yang kemudian akan menyebabkan modal yang dimiliki orang yang memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih banyak daripada mereka yang memilki pendidikan rendah dan tidak memiliki keahlian. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Karl Marx, salah satu pemikir sosiologi yang menurutnya terjadinya kesenjangan dan eksklusi sosial adalah karena materi atau perbedaan kepemilikan modal. Dalam hal ini kaum borjuis memiliki dan menguasi modal yang ada sedangkan kaum proletar merupakan kaum buruh yang memiliki sedikit modal sehingga terjadi kesenjangan sosial dan merekapun terpinggirkan.
            Selain itu beberapa pemikir yang lain pun ikut menyumbangkan pemikiran mereka mengenai permasalahan eksklusi sosial. Adalah amartya sen, dia merupakan pemikir yang berasal dari India, yang menurutnya eksklusi sosial merupakan bentuk marginalisasi, artinya mereka adalah orang yang terpinggirkan yang tidak dapat mengakses aspek ekonomi, politik, HAM dan sosial budaya. Eksklusi sosial berhubungan dengan ekonomi dan opportunity atau kesempatan yang kemudian memnculkan ketidakadilan dimana orang yang kaya selalu mendapatkan hal yang lebih baik dari yang miskin, seperti contohnya hanya orang kaya yang bisa makan daging dan makan enak setiap hari sedangkan orang miskin tidak tetapi menurut amrtya sen tidak begitu, muncul suatu Tradisional value yang dialami masyarakat tradisional, menurutnya tidak hanya orangkaya saja yang dapat makan daging dan makan setiap hari, orang miskin pun bisa, karena dalam masyarakat tradisional masih terdapat nilai-nilai solidaritas yang masih terjaga, mereka biasanya saling memberi makanan kepada tetangga dan apabila ada suatu acara mereka akan mengundang tetangga-tetangga mereka, itulah yang disebut tradisional value. Dalam keadaan ini masyarakat mengalami deprivation dimana masyarakat dapat mengakses sumber-sumber makanan dari kehidupan sosial mereka
Selain Amartya sen, durkheim juga menyumbangkan pemikirannya mengenai eksklusi sosial. Adanya eksklusi sosial ini menurutnya, akan menjadi ancaman dari solidaritas karena mereka yang tereksklusi menjadi dikesampingkan sehingga masyarakat menjadi terpecah belah dan tidak menyatu lagi, pada tahap ini terjadi suatu anomie atau keadaan telah kehilangan daya ikat atau norma yang kemudian menjadi disorganisasi sosial dimana tidak adanya norma yang mengatur akan menyebabkan masyarakat tidak mempunyai arah, mereka akan melakukan hal sesuka hati mereka karena tidak adanya nilai dan norma yang mengaturnya. Perilaku menyimpang juga akan banyak bermunculan karena norma yang mengatur tidak berlaku lagi. Menurutnya masyarakat yang sehat merupakan masyarakat yang dapat ditemukan pada kondisi dan tahap yang sama pada masyarakat lain. Jika suatu masyarakat menyimpang dari apa yang ditemukan secara wajar, maka hal itu disebut Phatology. Yang dimaksud dengan Phatology adalah suatu penyakit, seperti contohnya kejahatan bunuh diri dan kemiskinan, kedua hal itu dianggap sebagai penyakit yang menganggu struktur yang ada dimasyarakat. Selain patologis, durkheim juga mengkonsepsikan tentang Crime atau kejahatan yang menurutnya tindakan kejahatan adalah normal daripada patologis yang dianggapnya menyimpang dan ditemukan disetiap masyarakat. Durkheim juga menjelaskan mengenai devian yang merupakan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Seperti contohnya, seorang perempuan mengenakan pakaian yang serba mini dan terbuka yang menunjukkan bentuk tubuhnya, hal ini merupakan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma kesopanan yang berlaku dimasyarakat, akibatnya ia akan mendapatkan cemoohan, digunjingkan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukannya.
Pemikir yang lain adalah Karl Marx, dimana menurutnya yang menentukan devian ini adalah the rulling class atau pemilik modal, ada suatu kontrol untuk menentukan struktur yang ada di masyarakat. Menurutnya kegiatan infrastruktur atau ekonomi memberikan pengaruh kepada kegiatan sprastruktur dalam hal ini politik, budaya, sosial, yang ada di masyarakat dimana dalam hal ini untuk menegakkan hegemoni the rulling class, adanya suprastruktur ini berusaha menciptakan suatu regulasi yang mengatur masalah populasi agar tidak mengancam produksi masyarakat kapitalis. Populasi atau masyarakat ini menurutnya memiliki 2 sisi dimana ada yang berguna dan ada pula yang mengancam akumulasi modal mereka. Menurut saya pemikiran marx ini sangat materialis, dimana para kapitalis merupakan yang berkuasa atas diri orang banyak, mereka yang tidak memberikan keuntungan dianggapnya devian dan yang membahayakan akumulasi modal dianggapnya devian. Kelompok yang mengancam ini disebut social dynamite, dimana kelompok ini dipenuhi oleh kaum-kaum muda yang memiliki semangat dan gejolak tingga sehingga mampu memunculkan suatu revolusi yang dapat mengancam akumulasi modal. Sedangkan kelompok yang tidak berbahaya adalah Social junk, dimana orang gila merupakan salah satu contohnya,menurutnya mereka tidak berbahaya karena tidak memiliki kekuatan, mereka tidak dapat melakukan perannya untuk menyokong kaum kapitalis.
Response Paper 2
Stigma Dan Tubuh
Pada respons paper kedua ini saya akan menjelaskan bagaimana tubuh dapat memunculkan suatu eksklusi sosial dan menjelaskan tentang stigma dan identitas sosial menurut erving goffman. Penjelasan yang pertama adalah mengenai tubuh, dimana terdapat tiga pemikir yang menjelaskan tentang tubuh dan kaitannya tentag eksklusi sebagai akibat dari adanya konstruksi masyarakat mengenai tubuh itu sendiri. Adalah Judit Butler, ia menjelaskan bahwa gender merupakan hasil konstruksi sosial. Ada pembeda antara sex dan gender, antara laki-laki dan perempuan dianggapnya sama dan memiliki pengalaman yang sama tetapi berbeda menurut butler, lelaki dan perempuan memiliki pengalaman yang berbeda, individu itu sendiri yang mengkonstruk gender, individu bisa memaknai tubuh mereka sendiri dan menperformakan tubuh itu, hal itulah yang mengakibatkan munculnya eksklusi sosial di masyarakat karena adanya dominasi makna, seperti contohnya ketika seorang laki-laki memakai make up atau berpenampilan seperti wanita, hal itu dalam masayarakat dianggap aneh karena adanya dominasi makna di masyarakat yang bilang bahwa laki-laki adalah seorang yang macho, tidak menggunakan make up dan berbeda dengan wanita, yang menggunakan make up dan lemah lembut. Tetapi menurut butler, individu memiliki kebebasan untuk memperformakan tubuh mereka sendiri, mereka bisa melakukan apa saja terhadap tubuh mereka sendiri, masayarakat tidak boleh memaknai tubuh individu.
Lain halnya dengan Mike Oliver, dimana menurutnya tubuh yang berbeda dijadikan suatu obyek perhatian di masyarakat, seperti contohnya seorang autis dijadikan obyek bagi para psikolog, anak autis ini dianggap berbeda dari orang umum kebanyakan, oleh karena itu para psikolog ini menjadikan sebagai obyek perhatian mereka. Selain itu mike oliver mencoba untuk menghilangkan kata cacat, cacat adalah ketika lingkungan tidak mendukung tubuh kita. Ketika kita tidak kita melakukan sesuatu hal karena lingkungan tidak mendukung, maka ia adalah cacat, meskipun seseorang itu memiliki fisik tubuh tidak seperti orang lain tapi dia bisa melakukan apa yang orang lain lakukan dan tidak kesulitan dengan lingkungan yang ada maka ia adalah normal. Seperti contohnya ketika seorang memiliki cacat kaki tapi dia bisa naik tangga dan bisa berjalan seperti orang normal pada umumnya, maka ia disebut normal pula, bukan orang cacat. Pemikir yang lain adalah Michael Foucoult, dia mengatakan bahwa adanya the rezime of truth, membuat orang dikelompokkan berdasarkan karakteristik tubuh mereka, orang cacat dikelompokkan dengan orang yang cacat, orang gila dikelompokkan dengan orang gila, ini yang kemudian menyebabkan terjadinya eksklusi sosial, dimana orang yang dianggap tidak normal menjadi terasing dan dikemlompokkan dengan orang yang tidak normal lainnya. Munculnya rumah sakit jiwa juga merupakan bentuk dari adanya rezime kebenaran itu, dimana orang gila ini dikumpulkan dan dikelompokkan kedalam rumah sakit jiwa.
Penjelasan yang lain adalah mengenai stigma, stigma merupakan suatu pandangan negatif seseorang mengenai sesuatu. Stigma ini berhubungan dengan identitas sosial menurut erving goffman, dimana identitas sosial ini terbagi menjadi 2 bentuk yang pertama adalah virtual sosial identity yaitu identitas ini timbul berdasarkan prasangka, asumsi yang muncul belum terbentuk sepenuhnya sedangkan actual sosial identity yaitu asumsi atau realitas yang sudah terbentuk dan terbukti sepenuhnya. Stigma ini muncul karena adanya kesenjangan antara virtual sosial identity dengan actual sosial identity. Stigma ini membuat seseorang menjadi terdeskriminasi, direndahkan karena dianggap berbeda dari harapan masyarakat. Seperti contohnya PSK, stigma yang ada di masyarakat menilai PSK adalah buruk, dan merusak masyarakat, hal itu kemudian membuat para PSK ini menjadi terdiskriminasi dan dianggap rendah. Ada 3 tipe stigma yang terjadi di masyarakat yang pertama adalah stigma cacat fisik, mereka tidak memiliki tubuh yang normal sehingga mereka menjadi terdiskriminasi di dalam masyarakat, yang kedua adalah stigma karakter individu yang buruk, pecandu alkohol homoseksual dan pengangguran, yang ketiga adalah stigma kesukuan, tribal dan agama. Dengan adanya stigma ini membuat individu menjadi tidak nyaman secara sosial karena adanya prasangka yang dibuat masyarakat. Individu menjadi bberusaha untuk normal dan menjadi apa yang masyarakat harapkan sehingga identitas yang dia miliki menjadi hilang, menimbulkan efek cemas, takut dan pada titik ekstrim menyebabkan seseorang menjadi depresi dan bunuh diri. Menurut goffman, stigma memunculkan sikap inferioritas atau sikap rendah diri yang menganggap dirinya paling buruk daripada orang lain, stigma ini membuat seseorang menyalahkan atribut yang melekat pada darinya atas ketidaksempurnaan. Stigma ini berbahaya bagi inidividu karena dengan adanya stigma ini individu menjadi kehilangan rasa percaya dirinya karena adanya stigma yang diberikan orang lain kepadanya tetapi disisi lain stigma juga bisa membuat seseorang menjadi lebih baik karena dia berkaca pada kesalahan yang dibuatnya dan melakukan apa yang sesuai dan masyarakat harapkan. Ketika individu memberikan label maka, ia membuat orang itu menjadi sadar diri, dan membuat seseorang berlaku sesuai dengan norma-norma yang ada.

Response Paper 3
Analisis film Berawal Dari A
           
Setelah menonton film berawal dari A ini, ada beberapa hal yang cukup menarik dari pandangan saya. Berdasarkan perspektif dari Michael Foucoult, foucoult membuat gagasan mengenai the regime of truth, dimana terdapat pembedaan dan pengelompokkan individu-individu berdasarkan ciri-ciri fisik mereka. Dalam film ini terlihat bahwa adanya the regime of truth, dimana seorang difable ia memiliki pasangan yang juga difable. Mereka yang difable dikelompokkan dengan yang difable lainnya, tidak hanya dalam film ini, dalam kehidupan nyata pun sering terjadi hal yang sama, banyak terjadi pernikahan sesama difable, hal yang muncul dibenak saya, mengapa mereka memilih untuk menikah bersama seorang difable juga? dan mengapa mereka tidak menikah dengan orang yang tidak memiliki cacat fisik? Seharusnya mereka memilih pasangan yang tidak memiliki cacat fisik agar bisa membantu pasangannya yang seorang difable dan agar mereka pun memiliki anak yang normal, tetapi hal ini dibantah oleh foucoult, ada suatu regime kebenaran dalam masyarakat yang membuat seseorang dikelompokkan dengan orang lain sesuai dengan ciri fisik mereka
Selain itu, hal yang menarik lainnya adalah bagaimana seorang wanita menjadi imam dalam sholat untuk seorang pria. Islam mengatur bahwa laki-laki adalah imam atau pemimpin  untuk wanita dan untuk keluarganya, tidak hanya memimpin keluarga yang bertugas mencari nafkah dan menjaga keluarga tetapi juga sebagai imam ketika sholat, tetapi dalam film ini malah sebaliknya, disini wanitalah yang menjadi imam untuk laki-laki, hal yang tidak wajar dan belum saya jumpai sebelumnya. Hal ini menurut Judit Butler  laki-laki dan perempuan ini memiliki pengalaman yang berbeda, jadi ketika seorang wanita menjadi imam untuk laki-laki adalah tidak apa-apa karena apabila sang wanita memiliki pengalaman, pengetahuan dan kemampuan untuk menjadi imam maka hal itu sah-sah saja. Karena menurutnya individulah yang berhak menilai dan memaknai diri mereka sendiri bukan oranglain. Selain itu ketika seorang difable ini melakukan hal yang sama dengan orang normal lainnya lakukan, menurut Mike Oliver adalah ia juga merupakan orang yang normal. Orang yang cacat adalah mereka yang tidak bisa melakukan hal yang orang lain lakukan dan dia tidak bisa menjalankan fasilitas yang ada. tetapi apabila seorang difable ini bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang orang lain secara umum lakukan, maka ia merupakan orang normal, bukan orang cacat, hal ini terlihat ketika seorang difable ini bisa mengetahui jam waktu sholat meskipun ia buta dengan cara meraba jarum jam, ia juga bisa menjadi imam walaupun ia tuna daksa, ia juga bisa berjalan-jalan walau menggunakan tongkat, mereka bisa melakukan apa yang orang lakukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar