NAMA :
RISKY DWI SAFITRI
NIM : 115120101111020
Respons Paper 1
Konsep Dasar
Kesenjangan dan Eksklusi Sosial
Berbicara
tentang kesenjangan dan eksklusi sosial merupakan salah satu permasalahan
sosial yang hingga kini masih terjadi dan belum menemukan solusi yang tepat
untuk mengatasinya. Seperti yang terjadi di Indonesia, permasalahan kesenjangan
sosial yang dialami oleh masyarakat Indonesia masih belum menemukan titik temu,
hal ini dikarenakan salah satunya pembangunan yang tidak merata serta beberapa
faktor penyebab yang lain diantaranya rendahnya tingkat pendidikan, tidak
adanya keahlian yang kemudian akan menyebabkan modal yang dimiliki orang yang
memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih banyak daripada mereka yang memilki
pendidikan rendah dan tidak memiliki keahlian. Hal ini seperti yang dikatakan
oleh Karl Marx, salah satu pemikir sosiologi yang menurutnya terjadinya
kesenjangan dan eksklusi sosial adalah karena materi atau perbedaan kepemilikan
modal. Dalam hal ini kaum borjuis memiliki dan menguasi modal yang ada
sedangkan kaum proletar merupakan kaum buruh yang memiliki sedikit modal
sehingga terjadi kesenjangan sosial dan merekapun terpinggirkan.
Selain
itu beberapa pemikir yang lain pun ikut menyumbangkan pemikiran mereka mengenai
permasalahan eksklusi sosial. Adalah amartya sen, dia merupakan pemikir yang
berasal dari India, yang menurutnya eksklusi sosial merupakan bentuk
marginalisasi, artinya mereka adalah orang yang terpinggirkan yang tidak dapat
mengakses aspek ekonomi, politik, HAM dan sosial budaya. Eksklusi sosial
berhubungan dengan ekonomi dan opportunity atau kesempatan yang kemudian
memnculkan ketidakadilan dimana orang yang kaya selalu mendapatkan hal yang
lebih baik dari yang miskin, seperti contohnya hanya orang kaya yang bisa makan
daging dan makan enak setiap hari sedangkan orang miskin tidak tetapi menurut
amrtya sen tidak begitu, muncul suatu Tradisional value yang dialami masyarakat
tradisional, menurutnya tidak hanya orangkaya saja yang dapat makan daging dan
makan setiap hari, orang miskin pun bisa, karena dalam masyarakat tradisional
masih terdapat nilai-nilai solidaritas yang masih terjaga, mereka biasanya
saling memberi makanan kepada tetangga dan apabila ada suatu acara mereka akan
mengundang tetangga-tetangga mereka, itulah yang disebut tradisional value. Dalam
keadaan ini masyarakat mengalami deprivation dimana masyarakat dapat mengakses
sumber-sumber makanan dari kehidupan sosial mereka
Selain Amartya
sen, durkheim juga menyumbangkan pemikirannya mengenai eksklusi sosial. Adanya
eksklusi sosial ini menurutnya, akan menjadi ancaman dari solidaritas karena
mereka yang tereksklusi menjadi dikesampingkan sehingga masyarakat menjadi
terpecah belah dan tidak menyatu lagi, pada tahap ini terjadi suatu anomie atau
keadaan telah kehilangan daya ikat atau norma yang kemudian menjadi
disorganisasi sosial dimana tidak adanya norma yang mengatur akan menyebabkan
masyarakat tidak mempunyai arah, mereka akan melakukan hal sesuka hati mereka
karena tidak adanya nilai dan norma yang mengaturnya. Perilaku menyimpang juga
akan banyak bermunculan karena norma yang mengatur tidak berlaku lagi.
Menurutnya masyarakat yang sehat merupakan masyarakat yang dapat ditemukan pada
kondisi dan tahap yang sama pada masyarakat lain. Jika suatu masyarakat
menyimpang dari apa yang ditemukan secara wajar, maka hal itu disebut
Phatology. Yang dimaksud dengan Phatology adalah suatu penyakit, seperti
contohnya kejahatan bunuh diri dan kemiskinan, kedua hal itu dianggap sebagai
penyakit yang menganggu struktur yang ada dimasyarakat. Selain patologis,
durkheim juga mengkonsepsikan tentang Crime atau kejahatan yang menurutnya
tindakan kejahatan adalah normal daripada patologis yang dianggapnya menyimpang
dan ditemukan disetiap masyarakat. Durkheim juga menjelaskan mengenai devian
yang merupakan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang ada di
masyarakat. Seperti contohnya, seorang perempuan mengenakan pakaian yang serba
mini dan terbuka yang menunjukkan bentuk tubuhnya, hal ini merupakan perilaku
menyimpang yang tidak sesuai dengan norma kesopanan yang berlaku dimasyarakat,
akibatnya ia akan mendapatkan cemoohan, digunjingkan sebagai akibat dari
tindakan yang dilakukannya.
Pemikir yang lain adalah Karl Marx, dimana menurutnya yang menentukan devian
ini adalah the rulling class atau pemilik modal, ada suatu kontrol untuk
menentukan struktur yang ada di masyarakat. Menurutnya kegiatan infrastruktur
atau ekonomi memberikan pengaruh kepada kegiatan sprastruktur dalam hal ini
politik, budaya, sosial, yang ada di masyarakat dimana dalam hal ini untuk
menegakkan hegemoni the rulling class, adanya suprastruktur ini berusaha
menciptakan suatu regulasi yang mengatur masalah populasi agar tidak mengancam
produksi masyarakat kapitalis. Populasi atau masyarakat ini menurutnya memiliki
2 sisi dimana ada yang berguna dan ada pula yang mengancam akumulasi modal
mereka. Menurut saya pemikiran marx ini sangat materialis, dimana para
kapitalis merupakan yang berkuasa atas diri orang banyak, mereka yang tidak memberikan
keuntungan dianggapnya devian dan yang membahayakan akumulasi modal dianggapnya
devian. Kelompok yang mengancam ini disebut social dynamite, dimana kelompok
ini dipenuhi oleh kaum-kaum muda yang memiliki semangat dan gejolak tingga
sehingga mampu memunculkan suatu revolusi yang dapat mengancam akumulasi modal.
Sedangkan kelompok yang tidak berbahaya adalah Social junk, dimana orang gila
merupakan salah satu contohnya,menurutnya mereka tidak berbahaya karena tidak
memiliki kekuatan, mereka tidak dapat melakukan perannya untuk menyokong kaum
kapitalis.
Response Paper 2
Stigma Dan Tubuh
Pada respons paper kedua ini saya akan menjelaskan bagaimana tubuh dapat
memunculkan suatu eksklusi sosial dan menjelaskan tentang stigma dan identitas
sosial menurut erving goffman. Penjelasan yang pertama adalah mengenai tubuh,
dimana terdapat tiga pemikir yang menjelaskan tentang tubuh dan kaitannya
tentag eksklusi sebagai akibat dari adanya konstruksi masyarakat mengenai tubuh
itu sendiri. Adalah Judit Butler, ia menjelaskan bahwa gender merupakan hasil
konstruksi sosial. Ada pembeda antara sex dan gender, antara laki-laki dan
perempuan dianggapnya sama dan memiliki pengalaman yang sama tetapi berbeda
menurut butler, lelaki dan perempuan memiliki pengalaman yang berbeda, individu
itu sendiri yang mengkonstruk gender, individu bisa memaknai tubuh mereka
sendiri dan menperformakan tubuh itu, hal itulah yang mengakibatkan munculnya
eksklusi sosial di masyarakat karena adanya dominasi makna, seperti contohnya
ketika seorang laki-laki memakai make up atau berpenampilan seperti wanita, hal
itu dalam masayarakat dianggap aneh karena adanya dominasi makna di masyarakat
yang bilang bahwa laki-laki adalah seorang yang macho, tidak menggunakan make
up dan berbeda dengan wanita, yang menggunakan make up dan lemah lembut. Tetapi
menurut butler, individu memiliki kebebasan untuk memperformakan tubuh mereka
sendiri, mereka bisa melakukan apa saja terhadap tubuh mereka sendiri,
masayarakat tidak boleh memaknai tubuh individu.
Lain halnya dengan Mike Oliver, dimana menurutnya tubuh yang berbeda
dijadikan suatu obyek perhatian di masyarakat, seperti contohnya seorang autis
dijadikan obyek bagi para psikolog, anak autis ini dianggap berbeda dari orang
umum kebanyakan, oleh karena itu para psikolog ini menjadikan sebagai obyek
perhatian mereka. Selain itu mike oliver mencoba untuk menghilangkan kata
cacat, cacat adalah ketika lingkungan tidak mendukung tubuh kita. Ketika kita
tidak kita melakukan sesuatu hal karena lingkungan tidak mendukung, maka ia
adalah cacat, meskipun seseorang itu memiliki fisik tubuh tidak seperti orang
lain tapi dia bisa melakukan apa yang orang lain lakukan dan tidak kesulitan
dengan lingkungan yang ada maka ia adalah normal. Seperti contohnya ketika
seorang memiliki cacat kaki tapi dia bisa naik tangga dan bisa berjalan seperti
orang normal pada umumnya, maka ia disebut normal pula, bukan orang cacat.
Pemikir yang lain adalah Michael Foucoult, dia mengatakan bahwa adanya the
rezime of truth, membuat orang dikelompokkan berdasarkan karakteristik tubuh
mereka, orang cacat dikelompokkan dengan orang yang cacat, orang gila
dikelompokkan dengan orang gila, ini yang kemudian menyebabkan terjadinya
eksklusi sosial, dimana orang yang dianggap tidak normal menjadi terasing dan
dikemlompokkan dengan orang yang tidak normal lainnya. Munculnya rumah sakit
jiwa juga merupakan bentuk dari adanya rezime kebenaran itu, dimana orang gila
ini dikumpulkan dan dikelompokkan kedalam rumah sakit jiwa.
Penjelasan yang lain adalah mengenai stigma, stigma merupakan suatu
pandangan negatif seseorang mengenai sesuatu. Stigma ini berhubungan dengan
identitas sosial menurut erving goffman, dimana identitas sosial ini terbagi
menjadi 2 bentuk yang pertama adalah virtual sosial identity yaitu identitas
ini timbul berdasarkan prasangka, asumsi yang muncul belum terbentuk sepenuhnya
sedangkan actual sosial identity yaitu asumsi atau realitas yang sudah
terbentuk dan terbukti sepenuhnya. Stigma ini muncul karena adanya kesenjangan
antara virtual sosial identity dengan actual sosial identity. Stigma ini
membuat seseorang menjadi terdeskriminasi, direndahkan karena dianggap berbeda
dari harapan masyarakat. Seperti contohnya PSK, stigma yang ada di masyarakat
menilai PSK adalah buruk, dan merusak masyarakat, hal itu kemudian membuat para
PSK ini menjadi terdiskriminasi dan dianggap rendah. Ada 3 tipe stigma yang
terjadi di masyarakat yang pertama adalah stigma cacat fisik, mereka tidak
memiliki tubuh yang normal sehingga mereka menjadi terdiskriminasi di dalam
masyarakat, yang kedua adalah stigma karakter individu yang buruk, pecandu
alkohol homoseksual dan pengangguran, yang ketiga adalah stigma kesukuan,
tribal dan agama. Dengan adanya stigma ini membuat individu menjadi tidak
nyaman secara sosial karena adanya prasangka yang dibuat masyarakat. Individu
menjadi bberusaha untuk normal dan menjadi apa yang masyarakat harapkan
sehingga identitas yang dia miliki menjadi hilang, menimbulkan efek cemas,
takut dan pada titik ekstrim menyebabkan seseorang menjadi depresi dan bunuh
diri. Menurut goffman, stigma memunculkan sikap inferioritas atau sikap rendah
diri yang menganggap dirinya paling buruk daripada orang lain, stigma ini
membuat seseorang menyalahkan atribut yang melekat pada darinya atas
ketidaksempurnaan. Stigma ini berbahaya bagi inidividu karena dengan adanya
stigma ini individu menjadi kehilangan rasa percaya dirinya karena adanya
stigma yang diberikan orang lain kepadanya tetapi disisi lain stigma juga bisa
membuat seseorang menjadi lebih baik karena dia berkaca pada kesalahan yang
dibuatnya dan melakukan apa yang sesuai dan masyarakat harapkan. Ketika
individu memberikan label maka, ia membuat orang itu menjadi sadar diri, dan
membuat seseorang berlaku sesuai dengan norma-norma yang ada.
Response Paper 3
Analisis film Berawal Dari A
Setelah menonton film berawal dari A ini, ada beberapa
hal yang cukup menarik dari pandangan saya. Berdasarkan perspektif dari Michael
Foucoult, foucoult membuat gagasan mengenai the regime of truth, dimana
terdapat pembedaan dan pengelompokkan individu-individu berdasarkan ciri-ciri
fisik mereka. Dalam film ini terlihat bahwa adanya the regime of truth, dimana
seorang difable ia memiliki pasangan yang juga difable. Mereka yang difable
dikelompokkan dengan yang difable lainnya, tidak hanya dalam film ini, dalam
kehidupan nyata pun sering terjadi hal yang sama, banyak terjadi pernikahan
sesama difable, hal yang muncul dibenak saya, mengapa mereka memilih untuk
menikah bersama seorang difable juga? dan mengapa mereka tidak menikah dengan
orang yang tidak memiliki cacat fisik? Seharusnya mereka memilih pasangan yang
tidak memiliki cacat fisik agar bisa membantu pasangannya yang seorang difable
dan agar mereka pun memiliki anak yang normal, tetapi hal ini dibantah oleh
foucoult, ada suatu regime kebenaran dalam masyarakat yang membuat seseorang
dikelompokkan dengan orang lain sesuai dengan ciri fisik mereka
Selain itu, hal yang menarik lainnya adalah bagaimana
seorang wanita menjadi imam dalam sholat untuk seorang pria. Islam mengatur
bahwa laki-laki adalah imam atau pemimpin
untuk wanita dan untuk keluarganya, tidak hanya memimpin keluarga yang
bertugas mencari nafkah dan menjaga keluarga tetapi juga sebagai imam ketika
sholat, tetapi dalam film ini malah sebaliknya, disini wanitalah yang menjadi
imam untuk laki-laki, hal yang tidak wajar dan belum saya jumpai sebelumnya. Hal
ini menurut Judit Butler laki-laki dan
perempuan ini memiliki pengalaman yang berbeda, jadi ketika seorang wanita
menjadi imam untuk laki-laki adalah tidak apa-apa karena apabila sang wanita
memiliki pengalaman, pengetahuan dan kemampuan untuk menjadi imam maka hal itu
sah-sah saja. Karena menurutnya individulah yang berhak menilai dan memaknai
diri mereka sendiri bukan oranglain. Selain itu ketika seorang difable ini
melakukan hal yang sama dengan orang normal lainnya lakukan, menurut Mike
Oliver adalah ia juga merupakan orang yang normal. Orang yang cacat adalah
mereka yang tidak bisa melakukan hal yang orang lain lakukan dan dia tidak bisa
menjalankan fasilitas yang ada. tetapi apabila seorang difable ini bisa
melakukan hal yang sama dengan apa yang orang lain secara umum lakukan, maka ia
merupakan orang normal, bukan orang cacat, hal ini terlihat ketika seorang
difable ini bisa mengetahui jam waktu sholat meskipun ia buta dengan cara
meraba jarum jam, ia juga bisa menjadi imam walaupun ia tuna daksa, ia juga
bisa berjalan-jalan walau menggunakan tongkat, mereka bisa melakukan apa yang
orang lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar