Rabu, 25 Juni 2014

Response Paper Individu (Lisa Hajjar Saptarea, Kelompok 4)

Nama   : Lisa Hajjar Saptarea
NIM    : 115120101111008
Response Paper Pertama
Kesenjangan dan Eksklusi Sosial

Konsep dasar
Pemikiran Hegelian yang berbasis pada individu itu mempengaruhi pemikiran Adam Smith. Menurut Adam Smith, kebebasan adalah hak dari setiap individu, tidak ada yang boleh mengintervensi. Lain halnya pada masa Karl Marx. Pada masa Marx ini, intervensi ekonomi itu diperbolehkan. Konsep The greatest happiness for the greatest number - utilitarian, yaitu menindas yang minoritas, menindas yang lemah.
Permasalahan-permasalahan yang sering menjadi perdebatan, yang berhubungan dengan kesenjangan dan eksklusi sosial selama ini diantaranya yaitu permasalahan ekonomi, opportunity (kesempatan), deprevition (kerugian mengakses sumber-sumber masyarakat, contoh sederhananya adalah masalah pendapatan), selanjutnya ada traditional value (nilai-nilai tradisional), komunalitas, dan lain sebagainya.
Social exclusion dibagi menjadi dua, yaitu: yang pertama, social exclusion yang pasif. Yang dimaksud dengan social exclusion yang pasif ini adalah dimana kelompok minoritas tidak memiliki hak untuk mengembangkan. Eksklusi sosialnya menyebabkan mereka tidak bisa mempunyai tawaran. Dan yang kedua, social exclusion yang aktif. Yang dimaksud dengan social exclusion yang aktif yaitu seseorang atau sekelompok orang yang tereksklusi tersebut masih terlibat dalam masyarakat namun masyarakat sering menganggapnya sebelah mata. Contohnya seperti: kaum perempuan, orang-orang difabel, serta contoh lainnya.
Aspek-aspek atau kategori yang termasuk dan ada dalam pendefinisian eksklusi sosial menurut Amartya Sen yaitu: (1) Lost of current output, yaitu orang-orang yang tidak dapat menghasilkan apa-apa, yang tidak bekerja dan tidak menghasilkan pendapatan. Contohnya pengangguran. (2) Lost of skills, long term aspect, yaitu orang-orang yang tidak memiliki keahlian khusus dalam melakukan suatu pekerjaan. (3) Lost of freedom, hilangnya kebebasan dalam hal kepercayaan atau keyakinan. Contohnya seperti orang-orang Syi’ah. (4) Psychological harm and misery, yaitu orang-orang yang mengalami tekanan psikologis karena masyarakat tidak menerima keberadaannya. Misalnya seperti: Waria, anak hasil perkosaan, PKI dan keturunannya, dan lain-lain. (5) Health and mentall, yaitu orang-orang yang mengidap suatu penyakit tertentu, ataupun aspek lain yang dianggap oleh masyarakat tidak normal. Contohnya: ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), PSK serta anaknya, orang-orang difabel, down syndrome, dan lain-lain. (6) Motivation and future works. (7) Gender and Ras, misalnya perbedaan antara ras kulit putih dan kulit hitam. (8) Weakening of social value, yaitu melemahnya nilai-nilai sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Contohnya: pembangunan perumahan di pedesaan. Dulu ketika belum dibangun perumahan solidaritas masyarakat desa sangat erat namun setelah adanya pembangunan perumahan, solidaritas masyarakat penguhuninya sudah mulai lemah, tidak lagi bisa seperti dulu.
Perspektif Durkheim
Eksklusi sosial itu dapat terjadi ketika seseorang ataupun sekelompok orang dikeluarkan dari suatu kelompok masyarakat. Eksklusi bisa dari beberapa aspek misalnya aspek sosial, politik, ekonomi, hukum, ham dan aspek-aspek lainnya. Eksklusi sosial ini dapat mengancam solidaritas sosial karena terdapat kelompok dalam masyarakat yang tidak dianggap dalam masyarakat.
Konsep patologis menurut Durkheim yaitu masyarakat yang menyimpang, yang sedikit tidak normal dan dari patologi ini mengakibatkan eksklusi yang juga termasuk didalamnya menyebabkan devian dan juga kejahatan. Namun dalam melihat kejahatan, yang mana kejahatan tersebut dapat ditemukan disetiap masyarakat, Durkheim melihatnya sebagai hal yang wajar dan normal.
Berbicara mengenai deviant atau perilaku menyimpang, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Mereka yang melakukannya tersebut dianggap sebagai deviant. Dan patologi adalah yang tidak sesuai dengan nilai norma yang ada dalam suatu masyarakat, karena yang menilai normal dan tidaknya adalah masyarakat itu sendiri.
Perspektif Karl Marx
Teori Karl Marx melihat devian dengan konsep deviance production, yaitu melibatkan semua aspek karena masyarakat secara struktural dihasilkan, dibentuk dan dimanipulasi dalam kategori sosial yang disebut dengan devian. Berawal dari pembagian antara infrastruktur (ekonomi) dan superstruktur (aspek sosial, budaya, politik, dan lain-lain) yang mana dapat memunculkan adanya dominasi serta pertentangan kelas dalam masyarakat. Populasi (masyarakat) disini dilihat dari dua sisi, yaitu pertama berguna dan yang kedua adalah mengancam bagi akumulasi modal.
Yang masuk dalam kategori devian menurut Karl Marx adalah orang-orang yang tidak mampu menyokong kapitalis, orang-orang yang tidak masuk pada struktur kapitalis, orang-orang yang melanggengkan akumulasi modal. Dan yang menentukan seseorang itu masuk pada ketegori devian atau tidaknya adalah The Rulling Class, yaitu para kaum borjuis.

Kategori devian menurut Marx dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama, social junk. Kelompok social junk ini muncul karena kegagalan dalam menyokong kapitalis, kelompok social junk ini tidak membahayakan. Dan yang kedua adalah social dynamite. Kelompok ini berbeda dengan kelompok sebelumnya, kelompok ini lebih bergejolak karena mereka adalah golongan yang lebih muda dan keberadaan mereka perlu dikontrol lewat legal sistem.
------------------------------------------------------------------------------------------
Nama               : Lisa Hajjar Saptarea
NIM                 : 115120101111008
Response Paper Kedua
Tubuh sebagai analisa
Berbicara mengenai masyarakat, menurut Emile Durkheim masyarakat itu dinamis. Masyarakat terdiri dari beberapa individu yang ada dalam suatu wilayah. Beralih pada hal lain, perjumpaan pertama manusia dengan dunia adalah tubuh. Semuanya dilihat dari tubuh, misalnya seperti kecantikan dan keburukan seseorang, hitam atau putihnya tubuh seseorang, gemuk atau kurusnya seseorang, tinggi atau pendeknya seseorang dan lain sebagainya. Seseorang mengkonstruksi orang lain itu melalui tubuh. Tubuh itu menjadi wilayah yang sangat penting bagi manusia untuk bertemu dengan dunia.
Tubuh sebagai analisa menurut beberapa tokoh: Pertama menurut Judit Butler, tubuh itu adalah bagaimana individu memaknai dirinya/tubuhnya sendiri, bagaimana individu itu memperformakan dirinya sendiri. Juga bagaimana individu itu menjadikan identitasnya. Sesuatu itu harus merefer pada tubuhnya. Dan perbedaanya dengan feminis, kalau feminis itu yang menentukan bentuk tubuh seseorang adalah masyarakat.
Kedua, menurut Mike Oliver, tubuh yang berbeda itu seringkali menjadi objek. Yang menentukan tubuh seseorang adalah lingkungan sekitar. Kelompok-kelompok tubuh yang berbeda selalu menjadi perhatian tersendiri, misalnya seperti orang difabel selalu menjadi perhatian, mereka dianggap berbeda karena tidak memiliki tubuh normal seperti yang dimiliki oleh orang normal lainnya. Kata cacat itu sebenarnya tidak ada, orang-orang yang normallah yang membuat istilah cacat itu karena orang-orang normal sering menganggap orang yang berbeda itu aneh dan dari sinilah dapat memunculkan diskriminasi.
Yang yang ketiga, Foucault melihat adanya regime of truth atau sering kita sebut dengan regime kebenaran, sebagai contoh waria, waria itu dieksklusikan karena dianggap aneh karena yang ada dalam main frame masyarakat itu jenis kelamin hanya ada 2 yakni laki-laki dan perempuan, contoh lain adalah difabel, difabel juga dieksklusikan karena main frame masyarakat orang itu yang ada hanya orang normal, yang tidak cacat. Sedangkan konsep govermentality, yaitu bagaimana tubuh-tubuh itu dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pihak yang memiliki kepentingan. Contohnya, orang pintar harus masuk sekolah yang favorit, sedangkan orang cacat hanya boleh bersekolah di SLB (Sekolah Luar Biasa). Manusia itu ditata sedemikian rupa, dikotak-kotakkan sesuai dengan tubuh yang dimilikinya.
Stigma dan identitas sosial Erving Goffman
Identitas sosial (social identity) itu bentukan dari masyarakat, contoh: seseorang yang sering minum alkohol, diberikan identitas oleh masyarakat sekitarnya sebagai seorang alkoholis. Goffman membedakan identitas sosial menjadi 2, yaitu: pertama, virtual social identity, adalah asumsi yang dihubungkan dengan realitas yang belum pasti. Dan yang kedua, actual social identity yaitu kategori yang realitasnya sudah pasti dan terbukti. Kesenjangan antara virtual social identity dan actual social identity ini dapat memunculkan stigma (tanda atau yang mengarah pada pandangan negatif).
Stigma merupakan tanda, pandangan atau ciri negatif pada seseorang atau sekelompok orang karena mereka dianggap berbeda dengan masyarakat normal lainnya. Stigma diberikan oleh masyarakat pada seseorang atau sekelompok orang tertentu. Misalnya seperti ODHA (orang dengan HIV/AIDS), yang sering dikaitkan dengan free sex.
Beberapa tipe stigma yang ada di masyarakat: pertama, stigma pada penderita cacat fisik. Stigma ini diberikan pada orang-orang yang tidak memiliki tubuh yang normal seperti yang dimiliki oleh masyarakat normal yang lainnya. Sebagai contoh, orang-orang yang buta warna tidak diperbolehkan masuk kuliah dibeberapa jurusan tertentu. Yang kedua, stigma pada karakter seseorang yang buruk. Contohnya seorang alkoholis, homoseksual, orang yang melakukan korupsi, dan lain sebagainya. Dan yang ketiga, stigma kesukuan, agama dan beberapa aspek lain yang serupa. Contohnya stigma bahwa orang cina itu pelit, orang madura itu keras, dan lain-lain.
Menurut Goffman, stigma itu adalah sebagai relasi bahasa, stigma bisa memunculkan inferioritas, juga dapat menyalahkan apa yang melekat pada diri seseorang atas ketidaksempurnaan yang dimilikinya, yang juga dapat memunculkan diskriminasi.
----------------------------------------------------------------------------------------
Nama               : Lisa Hajjar Saptarea
NIM                 : A-6 / 115120101111008
Analisis Film “Bermula Dari A”
Selama ini, orang-orang sering menganggap bahwa orang-orang yang memiliki kekurangan, orang-orang yang berbeda adalah orang-orang yang tidak normal. Orang-orang tersebut masuk dalam kategori orang yang tereksklusi. Eksklusi adalah ketika seseorang atau sekelompok orang dikeluarkan dari suatu kelompok masyarakat. Mengenai analisa tubuh, perjumpaan pertama manusia dengan dunia adalah melalui tubuh. Semua dilihat dari tubuh, misalnya kecantikan dan keburukan seseorang. Analisa tubuh seperti yang dipaparkan oleh Mike Oliver, dalam film pendek Bermula Dari A ini, saya melihatnya bahwa tubuh yang berbeda itu menjadi sebuah objek. Yang menentukan tubuh adalah lingkungan. Kelompok-kelompok tubuh yang berbeda selalu menjadi perhatian tersendiri. Digambarkan dalam film tersebut adalah sepasang difabel, yang laki-laki tuna wicara dan tuna rungu, sedangkan yang perempuan tuna netra. Mereka berdua saling melengkapi. Dan dalam film ini, yang menentukan normal atau tidaknya sang laki-laki adalah ibu si perempuan, karena ibunya menginginkan anaknya mendapatkan seorang yang bisa mengimaminya ketika sholat berjamaah.
Namun sebenarnya semua manusia itu normal, terlihat dalam film ini bahwa sang laki-laki berusaha membantu sang perempuan dengan cara mengantarkan ke optik untuk memperbaiki kacamatanya yang patah, laki-laki itu juga berusaha untuk melindungi teman perempuannya. Hal baik yang sama juga dilakukan oleh pemain perempuan yaitu berusaha untuk mengajari sang laki-laki untuk mengeja dan bermula dari huruf “A” karena yang terjadi di film tersebut diperlihatkan bahwa selama ini yang menjadi imam ketika mereka sholat berjamaah adalah sang perempuan, sang laki-laki ingin belajar dan berusaha untuk bisa mengucapkan “Allahuakbar” dan akhirnya berhasil. Semua manusia itu normal, terbukti pada usaha-usaha yang dilakukan dalam film tersebut. Menurut saya film ini juga berhasil mengubah mainset masyarakat tentang difabel serta melupakan anggapannya bahwa orang-orang difabel itu tidak normal, diperlihatkan bahwa orang difabel juga punya semangat untuk berusaha menjalankan kehidupannya. Tidak ada manusia yang bisa dan mau dikatakan cacat. Karena kata cacat itu sebenarnya tidak ada, yang membuat istilah ini adalah orang-orang yang normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar