Nama
Kelompok 4:
1. Putra
Igeng Apriono 115120100111004
2. Ranni
Syndita Kusuma 115120100111031
3. Lisa
Hajjar Saptarea 115120101111008
4. Ismiasih
Wahyu Ulfiani 115120101111024
5. Dyan
Oktavianti 115120101111028
6. Jironah
Rosyidah 115120107111014
7. Andina
Dwi Wulandari 115120107111038
Politik Kelaparan dan Pembangunan:
Review Sosiologis Mengenai Wacana Pembangunan India
Dalam ulasan tulisan yang bertajuk politik kelaparan dan
pembangunan ini menyajikan bagaimana pada akhirnya kesenjangan pada kelompok masyarakat yang ada di India dapat
semakin terlihat. Kemiskinan dan
kelaparan tak bisa terlepas dari sebuah perencanaan pembangunan. Berbicara
mengenai kemiskinan dan juga kelaparan, tentunya tak bisa dipisahkan dengan
permasalahan lain seperti rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan dan juga
kesadaran sosial masyarakat India sendiri.
Salah
satu permasalahan yang sering terjadi di kota-kota besar adalah kemiskinan dan
kelaparan. Kemiskinan dan kelaparan tidak hanya terjadi di dalam negara yang
perekonomiannya kurang menyokong kebutuhan masyarakat, tetapi juga bisa terjadi
dalam negara dengan pertumbuhan perekonomian yang cepat, salah satunya adalah
India. Permasalahan yang terjadi di India berkaitan dengan kemiskinan dan
kelaparan adalah gizi buruk, karena sekitar 42% anak-anak dibawah umur lima
tahun mengalami kelaparan hingga akhirnya gizi buruk. Menanggapi hal tersebut
nampaknya pemerintah India mengambil langkah dalam menangani gizi buruk
tersebut yakni dengan mendirikan FCI (Food Corporation India), amat disayangkan
bahwa sekitar 50.000 ton stok makanan rusak akibat fasilitas penyimpanan yang
tidak memadai. Masalah kelaparan di India menjadi sebuah tantangan yang
berkaitan dengan pembangunan di India. Karena kelaparan di India merupakan
permasalahan yang serius yang harus segera ditangani. Hal ini begitu
mengherankan, ketika ekonomi India berkembang dalam pasar global namun India
juga tidak bisa melakukan pemberantasan terhadap permasalahan kelaparan yang
ada. hal inilah yang dapat menimbulkan pertanyaan mengenai ketimpangan-ketimpangan
sosial, kemauan politik, tata pemerintahan yang baik, juga tentang inisiatif
pembangunan.
Konsep Pengembangan dan Kelaparan
Masalah
kelaparan merupakan masalah yang mencolok yang sedang dihadapi oleh masyarakat
India. Adanya masalah kemiskinan dan kelaparan dapat dilihat dari beberapa
faktor diantaranya yaitu tingkat pendidikan yang rendah, tingginya tingkat tahayul,
kurangnya kesadaran, sistem kasta, ketimpangan distribusi kekayaan, dan terus
meningkatnya populasi. Masalah kelaparan yang sedang dialami oleh masyarakat India,
muncul sebuah wacana pembangunan yang digunakan untuk mengatasi atau mengurangi
masalah kelaparan dan kemiskinan yang sedang terjadi pada masyarakat India,
jadi munculnya wacana pembangunan yaitu untuk menciptakan kondisi masyarakat
yang lebih baik.
Menurut
sebuah dokumen PBB 1975, pembangunan bertujuan untuk mendapatkan sebuah
keadilan dalam segala hal yaitu mendapatkan keadilan tentang distribusi dari
pendapatan dan kekayaan, mengentaskan kemiskinan, memaksimalkan kerja produktif,
dan memperluas serta meningkatkan fasilitas pendidikan, kesehatan, gizi,
perumahan dan kesejahteraan sosial untuk dirampas dan kurang beruntung
individu, kelompok dan komunitas perikanan.
Paradigma
terhadap pembangunan Barat yang dominan yaitu melihat pada “pertumbuhan
ekonomi”, ketika hal ini di terapkan dalam konteks sosial India dan berpusat
pada Barat. Tidak menutup kemungkinan bahwa pembangunan di India juga memakai
model yang dominan dari Barat. Gagasan pembangunan diyakini cukup potensi untuk
memberikan jalan keluar bagi masyarakat India tentang masalah kelaparan dan
kemiskinan, dan dengan menggunakan “stuktur kepercayaan” yang selalu diambil
dan diberikan. Pada kenyataannya para ilmuwan sosial berpendapat bahwa ekonomi
relatif cukup berhasil dalam melihat dan menangkap daerah yang mengalami sebuah
masalah. Dari hal ini akibatnya yaitu bahwa perspektif ekonomi dalam
pembangunan telah dominan bagi seluruh dunia, termasuk India untuk memperbaiki
atau setidaknya mengurangi masalah kemiskinan dan kelaparan. Kelaparan bisa
menjadi hasil yang potensial tergantung situasi, bentuk kelaparan secara
intrinsik berhubungan dengan kondisi masalah kemiskinan yang terjadi pada
masyarakat India.
Menurut
Amartya Sen, kelaparan diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama, satu
adalah "kelaparan akut" dan yang kedua adalah "kelaparan
kronis". Kelaparan akut yaitu kelaparan yang dialami oleh individu
yang disebabkan karena bergantung pada kelas sosial ekonomi. Sedangkan
kelaparan kronis yaitu dimana masyarakat terlibat langsung dalam proses
produksi pangan langsung yang ada di india (Sen 1991). Jean Dreze menjelaskan
bahwa di India itu banyak pangan yang dapat di konsumsi namun masih ada yang
kelaparan di negara India, hal ini disebabkan karena ada ketimpangan distribusi
pangan (Dreze, 2003, 2004).
Status
ekonomi pada intinya digunakan untuk mengidentifikasi istilah miskin dan telah
menjadi praktek yang didirikan dalam wacana pembangunan di India. Tidak hanya
faktor ekonomi saja yang memberikan kita tentang pemahaman kemiskinan dan
situasi kelaparan di India, namun terlihat pada perbedaan tempat tinggal antara
orang desa dengan kota, orang yang tinggal di lahan yang basah dan lahan
kering, perbedaan gender, dan yang paling penting perbedaan antara kasta bawah
dan kasta atas. Untuk melihat orang
miskin tidak bisa dilihat hanya terbatas pada lahan yang kering dan lahan basah
karena kehadiran mereka sama-sama berasal dari daerah sawah. Semua manusia
tidak ada yang menginginkan dirinya untuk berada pada keadaan yang kekurangan
atau miskin atau kelaparan kecuali karena sebuah paksaan yang menjadikan mereka
untuk kelaparan. Dalam India terdapat politik India yang mempunyai visi misi
untuk mengurangi atau mengatasi masalah kemiskinan, namun pada kenyataannya
adanya politik di India tidak sama sekali tidak dibahas atau tidak
menyelesaikan masalah kemiskinan dan kelaparan yang ada di India.
Politik Kelaparan dan Sejarah
Pengkhianatan
Reformasi
Tanah
Pada saat India merdeka, pertanian merupakan salah satu aspek yang
menjadi perhatian utama pemerintah India di pedesaan dengan memberikan tanah kepada
masyarakat pedesaan setelah melakukan sensus pertanian.
Reformasi tanah ini dimulai dari tahun 1960 dengan
peraturan sewa pada kepemilikan lahan yang seharusnya dapat mengurangi
perkebunan-perkebunan besar yang mana hanya dimiliki oleh seorang tuan tanah
saja. Hal ini akan mengurangi kesenjangan sosial antara tuan tanah dengan masyarakat
miskin serta memberikan solusi untuk mengurangi kelaparan yang terjadi di
India. Tapi
pada kenyataannya sistem politik yang ada di India malah menguntungkan para tuan tanah yang ada di India dan pemerintah India tidak mampu mengambil langkah-langkah dalam
menyelesaikan masalah ini.
Alasan yang paling mencolok dan menonjol di balik
kegagalan implementasi reformasi tanah adalah munculnya kasta pemilik ke lobi
politik yang kuat atau kekuatan di India pasca-merdeka dengan niat yang kuat
untuk melindungi kepentingan-kepentingan mereka.
Tuan tanah juga memiliki peran signifikan dalam
perpolitikan di negara India, tuan tanah memiliki kasta untuk dapat memanipulasi proses pelaksanaan
mengalahkan kebijakan-kebijakan tersebut yang dapat merusak dominasi sosial,
ekonomi politik, dan kepemilikan lahan. Karena adanya celah ini menyebabkan tuan tanah di India bisa mengelola untuk mempertahankan kepemilikan
tanah mereka melalui nama Binami. Ia percaya bahwa pejabat pemerintah yang
terlibat dalam penegakan langit-langit lahan tindakan yang cukup sering
mendukung tuan tanah. Perhubungan antara Tuan tanah, birokrasi India, dan kelas
politik berdiri bersatu melawan pelaksanaan reformasi tanah, sebagai akibat
ukuran besar lahan kepemilikan berkurang hanya pada catatan pemerintah tapi
tidak dalam kenyataan.
Secara keseluruhan, setelah kemerdekaan India harus
menghadapi kemiskinan, kesenjangan sosial yang sangat besar antara mayoritas
penduduk yang miskin dan milik kasta yang lebih rendah.
Inilah yang justru menimbulkan keresahan agraria sebagai
proporsi besar lahan pertanian India adalah di tangan beberapa individu
terhadap sisanya yang tidak memiliki tanah. Dan tidak lupa, pertanian adalah
salah satu di antara sumber utama hidup bagi sebagian besar orang India, yang mengakibatkan eksploitasi buruh sebagai tenaga
kerja yang murah tersedia di pasar. "Tanah pertanian" dianggap
sebagai sumber pendapatan penting, selain menjadi simbol status sosial yang
lebih tinggi.
Lahan pertanian dalam konteks India memiliki potensi
untuk meningkatkan status sosial seseorang dengan memberikan beberapa pilihan
untuk hidup dan menghasilkan pendapatan. Dalam konteks yang ada ini penegakan peraturan mengenai
tanah ini merupakan salah satu tindakan penting bagi rakyat India agar dapat terlepas dari kesenjangan sosial antara
kaya dan miskin. Kegagalan India untuk melaksanakan reformasi tanah
mengakibatkan mereproduksi sama "hubungan Jajmani" dengan modus yang
berbeda dan gaya operasi di bawah sistem politik yang demokratis.
Jajmani System
Karena
sistem pembagian kelas social melauli kasta di India masih kental dan masih
mempercayai adanya budaya yang banyak dipercayai oleh masyarakat india, maka
timbul system reformasi tanah yang bermodus politik disebut dengan Jajmani.
Jajmani Sistem adalah ketika adanya hubungan tersebut di dalamnya memunculkan
berbagi macam kelompok yang mempunyai interaksi karena memiliki tujuan atas
dasar perdagangan baik barang maupun jasa. Sistem Jajmani biasanya masih
terjadi di tingkat desa. Seperti misalnya, jika seorang pemilik tanah memiliki
hubungan kasta yang baik misal kasta yang tinggi dan kasta rendah hubungan
keduanya terlihat baik, maka di dalam hubungan jajmani akan menempati posisi
yang istimewa. Sehingga kemurnian dari kasta tinggi akan tetap terjaga dan
terhormat. Beberapa pandangan yang memiliki persepektif yang berbeda mengenai
Jajmani ini, disamping sebagai stabilitas masyarakat tetapi juga sebagai
tindakan eksploitatif. Tindakan eksploitatif ini dapat terlihat pada orang yang
memiliki kasta rendah yang memiliki tujuan akan memberikan pelayanan terhadap
kasta yang tinggi. Hal itu bisa dilihat dalam bentuk menyediakan buruh
pertanian yang dilakukan terus-menerus sesuai dengan genarasi kasta rendah
sehingga buruh pertanian yang ada dimasyarakat india memiliki batasan antara kasta rendah dengan kasta
tinggi yang sesuai dengan generasinya.
Revolusi
Hijau
Revolusi hijau merupakan suatu proses pembaruan atau
pemodernan semua peralatan dan kebutuhan subsistensi pada bidang pertanian.
Revolusi hijau ini mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an, dimana pada tahun
tersebut revolusi hijau ini dianggap sebagai terobosan baru dalam menghadapi
permasalahan yang muncul dalam bidang pertanian khususnya untuk memenuhi
kebutuhan pangan. Dengan kata lain revolusi hijau digalakkan untuk mengatasi
kekurangan pangan. FAO (Food Agriculture
Organization) ini yang berpendapat bahwa adanya fakta dari kelaparan dan
kemiskinan tidak hanya bergantung pada makanan yang tersedia saja, tapi terletak pada sistem
distribusi yang disalurkan pada masyarakat. Dari adanya peningkatan produksi
pangan yang mungkin pendistribusiannya melalui revolusi hijau bisa memecahkan
masalah dari berbagai permasalahan yang muncul seperti kelaparan dan kemiskinan
yang ada di India
karena revolusi hijau sendiri membawa masyarakat India untuk menuju ke modernisasi.
Meskipun revolusi hijau memiliki misi untuk meningkatkan
kebutuhan pangan kepada penduduk India, tetapi disisi lain revolusi hijau
nyatanya tidaklah menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam arti
lain, revolusi hijau menyisakan suatu permasalahan baru dalam dunia sosial
seperti kemiskinan yang justru semakin terlihat jelas. Revolusi hijau merupakan
suatu revolusi dalam bidang pertanian dalam jaman modern yang merupakan suatu
solusi dari para kaum revolusionis pertanian di bidang pertanian yang tujuannya
untuk meningkatkan pendapatan dan penghasilan petani yang digunakan sebagai
media untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Akan tetapi dalam praktek di
lapangan program revolusi hijau yang diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan petani malah menimbulkan permasalahan baru dalam petani.
Permasalahan tersebut malah yang menghambat petani dalam meningkatkan
kesejahteraan akibat revolusi hijau tersebut.
Permasalahan
tersebut muncul dari beberapa ranah mulai sosial, teknologi maupun juga ekonomi yang
berdampak pada kesejahteraan para petani. Para tuan tanah menuntut hasil yang maksimal dengan
bantuan teknologi sebagai pendukung utama dalam melaksnakan revolusi hijau.
Dengan teknologi diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian yang
berdampak pada tingkat kesejahteraan. Revolusi hijau menghilangkan toleransi antar
tuan tanah dan penyewa maupun terhadap buruh yang dituntut harus memenuhi keinginan tuan tanah.
Dhanagare berpendapat
bahwa di sebagian besar, revolusi hijau telah gagal untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat miskin pedesaan dan berkontribusi besar untuk menurunkan daya beli efektif. Sehingga dari adanya revolusi hijau bukannya
meningkatan pendapatan para buruh akan tetapi berdampak
sebaliknya malah menurunkan pendapatan akibat dibantu dengan teknologi.
Teknologi merupakan aspek penting dalam mendukung program
revolusi hijau yang berkembang di India. Teknologi merupakan alat utama yang
digunakan untuk revolusi hijau karena dengan bantuan teknologi diharapkan dapat
mempercepat produksi pertanian dan meningkatkan pendapatan para tuan tanah.
Akan tetapi tekologi dalam pertanian justru menimbulkan permasalahan baru
ketika para buruh mengalami kesulitan dalam mengoperasikan teknologi tersebut,
sehingga menimbulkan suatu keadaan dimana para buruh tani mengalami persaingan
dengan teknologi yang berdampak pada kurang bergunanya para buruh akibat kalah
bersaing dengan teknologi. Teknologi juga berakibat menimbulkan pengangguran
bagi para buruh akibat adanya teknologi. Revolusi hijau telah membawa dampak
pengangguran bagi para buruh yang tidak dapat mengendalikan teknologi dan buruh
tani yang tersingkir dengan adanya
teknologi karena teknologi telah mengambil alih peran manusia sehingga
menimbulkan pengangguran akibat teknologi. Pengangguran diakibatkan adanya
revolusi hijau yang lebih menggunakan teknologi daripada manusia.
Ketika terjadi pengangguran akibat teknologi secara tidak
langsung menimbulkan dampak kemiskinan yang diakibatkan oleh teknologi. Ketika
revolusi hijau berjalan yang mana lebih menekankan pada teknologi daripada
manusia mengakibatkan pengangguran yang berdampak pada
meningkatkan kemiskinan. Teknologi secara tidak langsung telah menurunkan
pendapatan para buruh karena pertanian dibantu dengan teknologi sehingga tidak
banyak membutuhkan banyak teknologi manusia.
Masalah
sosial, yang seharusnya diselesaikan pada tahun 1960 dan 1970-an, masih ada di
India kontemporer. Inilah yang membuat masalah kelaparan lebih kritis dan
kompleks karena koneksi tidak
terpisahkan
dengan hak kepemilikan tanah dan sistem kasta. Revolusi hijau selain membawa dampak pada menimbulkan
kemiskinan juga menimbulkan dampak dari kemiskinan yaitu memunculkan suatu
kelaparan pada masyarakat India yang telah menjadi masalah sosial yang belum
terselesaikan di India. Revolusi hijau seharusnya membawa dampak positif bagi masyarakat
India akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya yaitu menimbulkan masalah
sosial baru yaitu kemiskinan yang tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah
India.
Reformasi
Ekonomi
Reformasi
merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.
Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum,
sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan,
persamaan, dan persaudaraan. Reformasi ini muncul karena adanya krisis yang
melanda dari berbagai kehidupan masyarakat maupun bernegara. Dengan demikian
masyarakat sendiri juga mendukung dengan adanya gerakan reformasi yang dapat
ditandai dengan adanya pergantian kepemimpinan nasional sebagai langkah awal untuk
menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan ekonomi sendiri
adalah sebuah langkah awal untuk mencapai sebuah kesejahteraan dan kemakmuran
dalam mencapai perekonomian yang lebih baik. Dimana ciri masyarakat kelas
menengah adalah ingin dan mampu membeli barang dengan kualitas dan nilai tambah
semakin tinggi Sehingga kesejahteraan masyarakat pun juga dapat terangkat.
Disini adanya reformasi ekonomi yang bertujuan untuk mengatasi masalah –
masalah ekonomi itu sendiri.
Banyaknya
hambatan atau masalah – masalah ekonomi yang dihadapi negara menjadi salah satu
aspek yang cukup penting dalam melakukan reformasi ekonomi. Seperti kurangnya
kapabilitas industri di dalam negeri, disebabkan sejumlah aspek. Misalnya, ketersediaan
infrastruktur konektivitas, baik digital maupun fisik. Kemudian, manajemen
energi domestik, terlebih permintaan domestik meningkat yang akhirnya mesti
dipenuhi dari impor. Akhirnya memperberat defisit neraca transaksi berjalan.
Disini juga akan menjadikan negara bergantung dengan negara lain dalam
pemenuhan kebutuhan. Reformasi ekonomi yang dilaksanakan dengan maksud dan
tujuan untuk melepaskan kekuatan kewirausahaan dari belenggu kontrol pemerintah
dan peraturan negara.
Tingginya
angka kemiskinan di tahun 1980-an telah meningkatkan pentingnya orientasi
terhadap kelaparan bebas India. Yang paling memilah hasil dari pelaksanaan
reformasi ekonomi adalah tingkat yang lebih tinggi dari pertumbuhan, pembesaran
potensi lapangan kerja, pengurangan penduduk di bawah garis kemiskinan (BPL),
promosi kesetaraan dan pengurangan kesenjangan antar daerah. Dampak dari
reformasi ekonomi adalah, di satu sisi dianggap sebagai pencapaian penting dari
reformasi ekonomi dalam masyarakat India, yang berhasil menciptakan pemenang
dan pecundang sebagai perpanjangan tangan dari sistem sosial India yang bekerja
dalam mendukung beberapa dan melawan mayoritas (Tandon, 2003). Dengan tercapainya reformasi ekonomi tersebut
dengan harapan masyarakat akan dapat bisa mandiri dan dapat meningkatkan
kesejahteraannya dengan tidak bergantung dengan negara lain, melainkan dengan
hasil dari dalam negeri yang dapat dikelola menjadi sebuah hasil untuk
pencapaian kesejahteraan.
Kesimpulan
Kemiskinan
merupakan sebuah masalah yang telah dihadapi oleh setiap negara, terutama di
kota-kota besar. Masalah kemiskinan dan kelaparan bisa terjadi pada negara
dengan pertumbuhan perekonomian yang sangat cepat, salah satunya adalah India.
Munculnya partai politik sebagai pusat kekuasaan menjadi salah satu faktor
untuk menentukan program yang bertujuan pada pengurangan kelaparan. Namun hal
itu tidak terjadi dan permasalahan mengenai kemiskinan serta kalaparan masih
tetap ada. Keterlibatan politik untuk mencanangkan sebuah pembangunan hanya
menggunakan permasalahan kelaparan dan kemiskinan sebagai sebuah kunci tapi
tidak ada niat untuk memberantas dan menghapusnya. Terbukti pada beberapa
tindakan yang dilakukan yaitu reformasi tanah, revolusi hijau dan reformasi
ekonomi yang justru terus membuat pihak yang kaya menjadi semakin kaya dan yang
miskin akan semakin miskin.
seharusnya ada solusi atau jalan penengah untuk mengatasi kemiskinan tersebut. dalam makalah ini didasarkan pada keterlibatan politik, akan tetapi masih belum bisa mengatasinya justru malah sebaliknya. yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya. apa kira-kira solusinya?
BalasHapusuntuk dapat mencari solusi yang baik dalam mengatasi permasalahan kemiskinan.., maka kita juga perlu menellah kondisi pemerintahan dan kondisi sosial masyarakatnya.., mencari solusi atau menrancang suatu hal untuk mengatasi kemiskinan tidak bisa serta merta di lakukan begitu saja.., utamanya kemiskinan juga menjadi salah satu alasan masyarakat menjadi tereksklusi..,
Hapusbenar apa yang dikatakan oleh ulfa, kita tidak bisa begitu saja mencari solusi tanpa mengetahui tentang kondisi yang sebenarnya terjadi.
Hapusyang terjadi di India dalam tulisan ini, permasalahan kelaparan dan kemiskinan itu digunakan sebagai sebuah kunci untuk merencanakan sebuah pembangunan tapi pada kenyataannya, masalah kemiskinan dan kelaparan itu tidak ada penyelesaiannya. (Lisa Hajjar S.)
terus kemiskinan ini karena pemerintahannya yang kurang tanggap dan mencari solusi untuk masalah kemiskinan ataukah manusianya sendiri yang kurang tanggap tentang kemiskinan ? dyan oktavianti
BalasHapusmohon pencerahan dari teman-teman... kemiskinan yang ada di india dipengaruhi oleh faktor struktural atau kultural (strata kelas)? tolong dijelaskan...
BalasHapus(Ramdani)
banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan ini terjadi di India, seperti yang telah dipparkan diatas diantaranya adalah faktor minimnya pendidikan, tingginya tingkat tahayul, kurangnya kesadaran, dan masuk didalamnya pula sistem kasta. sistem kasta itu juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan yang ada di India.
Hapussaya masih belum memahami sistem jajmani
BalasHapusPolitik kelaparan dan pembangunan : yang terpenting adalah bahwa sistem perpolitikan disebuah negarapun turun memberikan andil kepada proses pengeksklusian sosial terhadap orang-orang tertentu yang dalam hal ini khususnya adalah orang-orang kelaparan. Yang perlu ditonjolkan mungkin juga perihal bentuk pengeksklusian sosial yang terjadi dari mereka-mereka yang miskin dan kelapan khususnya di India. Mungkin orang kelaparan dianggap penyakitan, tidak dapat bekerja, dan lain sebagainya, sehingga yang terjadi adalah mereka tidak diijinkan untuk berpartisipasi dan menikmati fasilitas public seperti untuk mendapatkan pekerjaan, dsb.
BalasHapusmohon pencerahan, menurut saya bukankah ketika seseorang mendapat sesuatu di bidang ekonomi ia juga sedang menghilangkan sesuatu di sisi lainnya?
BalasHapusjadi bagaimana menurut anda agar semuanya tidak merasa di ekslusi?
wah itu pertanyaan berat sekali! tapi bagi saya proses diskriminasi dan eksklusi sosial itu tidak akan pernah berhenti, pasalnya semua itu berkaitan dengan konstruksi sosial. Diskriminasi adalah benturan 2 kepentingan yaitu adanya manusia dan kebutuhan akan proses interaksi antara satu dengan yang lain
Hapuskemiskinan yang berdampak kelaparan pada masyarakat India ini menjadi masalah sosial yang belum terselesaikan di India. untuk mengatasi permasalahan tersebut, mungkin dengan mengahpuskan sistem kasta. Sebab yang selama ini menghambat masyarakat miskin untuk berkembang adalah kasta. jika sistem kasta ini di Hapus maka masyarakat india bisa leluasa untuk mengembangkan diri ke level selanjutnya, masyarakat miskin juga bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Jika rakyat kecil memperoleh pendidikan tinggi maka dia bisa bekerja yang layak dan mampu untuk mengembangkan diri. Mungkin dengan mudahnya akses pendidikan bagi rakyat miskin mereka dengan mudah dapat bekerja di tempat yang lebih bagus, sehingga mapat mengurangi kemiskinan dan angka kelaparan.
BalasHapustapi untuk melakukan hal itu bukankah sangat sulit? mengingat India juga telah menganut sistem kasta dari dulu?
HapusDikutip dari perkuliahan Pak Dhanny Sutopo, sebuah kata yang kemudian telah mengelabui kesadaran dan pengetahuan kita akan nya karena kemudian penafsiran dan makna yang hadir bagi kita adalah sesuatu yang baik sedangkan pada realitasnya adalah tidak seperti itu yaitu adalah "pembangunan". Mendengar kata pembangunan yang kemudian terlintas dalam pemikiran dan makna yang hadir akan merujuk pada sesuatu yang kemudian baik. Saya kemudian berkata seperti ini, karena selama ini kemudian "pembangunan" yang terjadi di Indonesia tidak benar-benar kemudian merujuk pada suatu yang baik dan tidak mensejahterakan masyarakat Indonesia justru menjadi alat penghisapan bagi rakyat
BalasHapushal yang serupa sepertinya juga terjadi di India, geng. seperti yang telah saya singgung diatas bahwa para politikus menggunakan permasalahan kelaparan dan kemiskinan sebagai sebuah kunci untuk merencanakan sebuah pembangunan tapi pada kenyataannya, masalah kemiskinan dan kelaparan itu tetap tidak ada penyelesaiannya.
Hapus