Nama : Elyah Chusniyah
NIM : 115120101111026
Response Paper I Matakuliah Kesenjangan dan Ekslusi Sosial
Era modernisasi saat ini
sering kali kita semua menjumpai istilah kesenjangan dan ekslusi sosial yang
ada di masyarakat. Kesenjangan sering kali dikaitkan dengan kaya dan miskin
dimana terdapat perbedaan besar dalam kehidupan yang dijalaninya. Sebenarnya
tidak hanya itu saja, kesenjangan bisa bermacam-macam bentuknya, kesenjangan
dalam peran misalnya juga bisa dikategorikan kesenjangan. Namun yang sangat
melekat dalam kehidupan masyarakat adalah dimana terdapat perbedaan antara
hidup si kaya dan hidup si miskin. Selain kesenjangan ada yang dinamakan
Ekslusi sosial, yaitu kondisi dimana masyarakat termarginalisasi atau
tersingkirkan dari lingkungan kehidupan sosialnya sendiri. Kondisi seperti ini
sering terjadi di era modernisasi saat ini. Akibat dari perkembangan jaman juga
memunculkan kehidupan masyarakat yang lebih individual dan pada akhirnya bisa
berdampak pada ekslusi sosial. ketika seseorang ataupun sekelompok masyarakat
mengalami ekslusi sosial maka akan menghambat
bahkan membuat mereka tidak bisa berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi,
politik dan sosisal dalam masyarakat. Hal inilah yang kemudian menjadi kajian
ekslusi sosial ini penting keberadaannya dalam ranah sosiologi. Ketika kita
melihat orang yang termarginalisasi maka sebenarnya kita juga bisa melihat
bagaimana orang itu tersingkirkan dari dunia sosialnya dan hak-hak yang
dimiliki juga bisa hilang seiring pandangan buruk atau stigma yang beredar di
masyarakat sehingga munculah apa yang
disebut dengan marginalisasi.
John Pierson membagi
kedalam tiga bentuk diskursus ekslusi sosial seperti yang dijelaskan dalam
perkuliahan oleh mbak asti yakni Resdistributionis discourse (karena kemisikinan
individu atau kelompok), Moral underdacs discourse (individu yang melakukan
penyimpangan), Socisal intregration discourse (peningkatan integrasi). Selain
itu ada beberapa tokoh yang bicara mengenai ekslusi soial. Seperti Amartya Sen
yang lebih mengkaitkan ekslusi dengan deprivasi. Sen melihat bahwa ekslusi
sosial terjadi pada orang miskin yang memiliki keterbatasan penghasilan akibat
dari deprivasi. Selain Sen ada pula Durkheim yang kita kenal dengan
solidaritasnya. Menurut Durkheim, ekslusi soial ini dapat mengancam solidaritas
sosial. Sehingga akan memnculkan apa yang disebut dengan anomie yaitu kondisi
masyarakat yang keluar dari norma yang ada sehingga dirinya dianggap tidak sama
dengan yang lain. Hal ini kemudian yang memunculkan perilaku-perilaku menyimpang.
Namun sebenarnya perilaku menyimpang adalah kondisi yang wajar di era saat ini.
Perilaku menyimpang adalah bagian dari kehidupan sosial masyarakat saat ini dan
tidak bisa lagi dipisahkan. Perilaku menyimpang inilah yang kemudian
memunculkan ekslusi sosial dalam masyarakat.
Perilaku menyimpang disini
disebut dengan devian yaitu kondisi dimana perilaku sudah tidak sesuai lagi
dengan norma masyarakat, namun yang ditekankan dalam devian ini adalah
bagaimana konsekuensi ataupun sanksi yang diperoleh dari dari pelaku
penyimpangan dan lebih tidak melihat sisi tindakan penyimpangan yang dilakukan.
Seorang tokoh klasik yang bicara mengenai devian adalah Karl Marx. Tentunya
kita semua tahu pemikiran Marx selalu memiliki garis besar yakni borjuis dan
proletar. Apabila kita melihat teori tradisional tentang devian maka kita akan
bisa melihat titik temu bagaimana Marx membahas devian ini. Seperti yang sudah
saya jelaskan diawal bahwa kajian ekslusi sosial ini penting maka devian juga
memang sangat penting untuk dibahas, kemudian munculah kajian mengenai kontrol
dan salah satu tokoh yang membahasnya adalah Karl Marx yang mencoba melihat
devian kontrol. Apapun yang dibahas oleh Marx tidak bisa dijauhkan dari dua
poin penting pemikirannya yakni borjuis dan proletar. Dalam devian ini juga,
Marx melihat adanya akumulasi modal dari kaum borjuis. Marx memang banya
berpendapat dari sisi ekonominya. Marx tertarik dengan ekonomi yang memberi
pengaruh besar, yang dilihatnya adalah bagaimana peran suprastruktur dalam menghadirkan
regulasi dan managemen yang sangat erat dengan masyarakat kapitalis. Orang
borjuis lebih menghadirkan devian adalah sebagai orang yang tidak berguna dalam
akumulasi modal.
Kaum borjuis atau
kapitalis melihat masyarakat harus bisa menunjang dirinya dalam melakukan
akumulasi modal. Mereka terus menerus menimbun kekayaan, jika ada orang atau
masyarakat yang mengahalangi mereka dalam akumulasi modal maka disinilah devian
itu ada. Jadi menurut Marx yang disebut dengan perilaku menyimpang adalah
kondisi dimana orang itu menjadi penghalang untuk akumulasi modal. Marx sangat
banyak membahas mengenai kapitalis ini namun untuk kaum borjuis Marx hanya
sedikit menyinggungnya. Jadi dalam sebuah perusahaan besar yang dimiliki kaum
borjuis maka dalam penugasan pegawainya juga sangat diperhitungkan mengenai
akumulasi modal. Ada dua sisi pembagian populasi menurut Marx yaitu yang
berguna dan yang mengancam bagi akumulasi modal. Pegawai dari suatu perusahaan
yang dirasa tidak dapat menunjang akumulasi modal maka akan dilihat sebagai
devian, dari sini maka pihak kapitalis akan berusaha menyingkirkan pegawai itu
dan biasnya dengan cara yang manipulatif. Kapitalis melihat devian adalah
sebagai bentuk dari penyimpangan yang dilakukan oleh orang yang tidak bisa
menunjang akumulasi modal mereka. jadi pada intinya kaum yang tidak bisa
menunjang akumulasi modal kaum kapitalis adalah orang yang disebut dengan
devian dan disingkirkan kemudian yang bisa menunjang akumulasi modal maka akan
dipertahankan untuk kelangsungan akumulasi modal pihak kapitalis.
Saya melihat banyak kasus
dari ekslusi sosial ini. Saat ini yang sedang melanda kehidupan masyarakat
adalah mengenai moral, dimana banyak sekali remaja yang melakukan penyimpangan
perilaku. Memang tidak semua bisa dihilangkan namun setidaknya adalah
diminimalisir dengan konsekuensi ataupun sanksi yang dapat menjadi pelajaran
bagi remaja. Devian tidak akan mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan
masyarakat. Selama ada kehidupan sosial maka devian itupun ada dan ekslusi
sosial masih akan terjadi. Sebenarnya dalam kehidupan sosial penyimpangan
adalah suatu hal yang lumrah, karena tidak mungkin suatu sistem ada tanpa
hadirnya dampak-dampak tertentu. Namun melihat pemikiran Marx saya kurang
setuju karena menurut saya mengenai devian ini lebih berpihak pada kaum
kapitalis yang menimbun kekayaan mereka dan bisa seenaknya menyingkirkan
pegawai yang menghalangi kekayaan mereka. ketertarikan saya dalam melihat
devian ini adalah dimana konsekuensi dan sanksi diutamakan dibandingkan dengan
kualitas penyimpangan yang diperbuat oleh pelaku devian. Jadi kehidupan sosial
ini memang saling bertautan satu sama lain, termasuk perilaku menyimpang juga.
Biasanya yang kita tahu perilaku menyimpang selalu dalam bentuk kejahatan namun
dengan ini kita semua tahu bahwa bentuk devian ada berbagai macam dan tidak
serta merta hanya melihat dari sisi kriminal saja.
Nama : Elyah Chusniyah
NIM : 115120101111026
Response
Paper 2 Matakuliah Kesenjangan dan Ekslusi Sosial
Kesenjangan dan ekslusi sosial sudah
menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan masyarakat tidak bisa
terlepas dari apa yang namanya ekslusi sosial. Dimana manusia itu hidup pasti
ada kesenjangan dan ekslusi sosial. Baru-baru ini yang sedang menjadi
perbincangan adalah dimana ekslusi sosial terjadi akibat dari tubuh. Beberapa
tokoh juga bicara mengenai tubuh ini, dimana orang menilai orang lain dari
tubuhnya. Disini diperlihatkan tubuh sebagai analisa. Melalui tubuh banyak
orang yang mendefinisikan orang lain. Tokoh yang bicara mengenai hal ini yaitu
Judit Butler, Mike Oliver dan Michel Foucault. Butler melihat masyarakat yang
mengalami ekslusi sosial adalah bentuk konstruksi orang lain berdasarkan
tubuhnya. Yang banyak terjadi dimasyarakat adalah konstruksi mengenai laki-laki
lebih kuat dari pada perempuan. Sehingga dimana-mana selalu laki-laki yang
dinomer satukan. Masyarakat tidak menyadari bagaimana jika laki-laki ini
mengalami disabilitas. Tentunya kalau dia seorang suami maka dia tidak bisa melakukan
tugasnya dengan sempurna, maka dari itu perempuan bisa menggantikan. Disinilah
masyarakat tidak melihat sisi itu. Akibat konstruksi yang beredar dari awal
antara laki-laki dan perempuan menjadikan masyarakat lebih menilai orang lain
dari tubuhnya. Padahal pengalaman individu dalam hal ini seharusnya juga
menjadi poin yang penting.
Tokoh kedua yang bicara mengenai
analisa tubuh yaitu Oliver, disini Oliver bicara dimana adanya akses dan
fasilitas mendukung berdasarkan tubuh. Dan yang terjadi adalah segala akses dan
fasilitas diciptakan berdasar tubuh manusia yang normal. Disini akan terlihat
bagaimana manusia itu sendiri yang membentuk ekslusi sosial orang lain. Orang
yang memiliki kecacatan tubuh tidak mungkin bisa mengakses tempat-tempat yang
dibangun berdasarkan tubuh orang normal, disinilah terlihat masyarakat yang melainkan
orang cacat sehingga pada akhirnya orang tersebut juga dipandang lain, padahal
seumpama orang normal tidak melakukan hal itu maka orang cacat akan terlihat
sama dengan orang normal, tidak ada pengecualian ataupun perbedaan terhadap
keduanya. Contohnya saja bangunan umum seperti FISIP, dimana ada mahasiswa
disabilitas yang belajar didalamnya. Mereka yang kakinya tidak bisa berjalan
maka tidak akan bisa naik kelantai 7 dulu sebelum gedungnya dibangun, karena
gedung ini tidak memiliki akses bagi penderita cacat kaki untuk naik keatas.
Hal ini sudah menunjukkan bagaimana sebuah gedung itu ditujukan untuk orang
yang memiliki fisik sehat dan mengesampingkan kepentingan orang-orang disabilitas
seperti yang banyak terjadi dikalangan masyarakat selama ini. jadi ekslusi
sosial itu disiptakan sendiri oleh masyarakat.
Foucault juga melihat mengenai
analisa tubuh ini, dimana kita semua mengenal yang disebut Foucault sebagai
rezime of Truth. Dimana segala sesuatu yang ada dimasyarakat beredar
berdasarkan kebenaran yang diseragamkan. Semua hal dibentuk berdasarkan
kebenaran yang dikonstruksi masyarakat. Contohnya saja ketika ada anak yang
memiliki fisik sempurna dan tidak sempurna maka perlakuan terhadap mereka
dibedakan. Yang sempurna dimasukkan sekolah umum yang favorit sedangkan yang
tidak sempurna akan dimasukkan ke sekolah yang khusus untuk mereka yang
memiliki fisik tidak normal. Disini terlihat akan adanya kesenjangan dan sangat
jelas bahwa ekslusi sosial dibentuk oleh masyarakat sendiri. namun ekslusi
sosial ini tidak mungkin hilang ataupun dilepaskan selama masih adanya
kehidupan bermasyarakat yang saling berinteraksi dan membutuhkan antara satu
dengan yang l;ainnya. Setelah dari bagian tubuh sebagai analisa, saya akan
menjelaskan sedikit lagi mengenai stigma dan identitas sosial yang juga
merupakan kondisi dari ekslusi sosial. Stigma juga bisa berubah menjadi
identitas sosial seorang individu.
Stigma adalah pandangan buruk
masyarakat terhadap seseorang berdasarkan perilaku yang sering dilakukan orang
tersebut. stigma tumbuh dimasyarakat berdasar apa yang dilihat oleh masyarakat
mengenai hal itu. Tak jarang banyak kekeliruan atas stigma ini, karena pada
umumnya masyarakat lebih sering menilai orang lain berdasarkan penglihatan
awalnya dan tidak melihat aspek-aspek yang lain. Orang bisa saja menunjukkan
siapa dirinya melalui sebuah perilaku namun disini masyarakat bisa melihat itu
stigma karena perilaku yang dilakukan bisa saja adalah perilaku yang negatif.
Contohnya saja anak jalanan yang dulu masyarakat iba terhadap mereka namun
sekarang sudah tidak terjadi lagi. Tumbuh stigma terhadap anak jalanan itu
sendiri. akibat dari segalaperubahan perilaku yang dianggap oleh masyarakat
baha perilaku tersebut buruk. Hal inilah yang kemudian memunculkan stigma dan
pada akhirnya terdapat stereotip yang melekat pada orang yang menyandang stigma
tersebut. hal ini berhubungan dengan identitas, dimana kita ketahui bahwa
identitas adalah bentuk konstruksi dari masyarakat. Stigma ini juga bisa
menjurus ke arah situ. Stereotip yang melekat berikut stigmanya membentuk
identitas seseorang. Karena pada dasarnya identitas dikonstruksi masyarakat
maka stigma yang ada bisa membentuk identitas. Padahal sebenarnya stigma kadang
hadir dari rasa curiga saja dan bersifat cuma pandangan namun berpengaruh pada
berbagai hal dari segi kehidupan manusia.
Nama : Elyah
Chusniyah
NIM :
115120101111026
Tugas Matakuliah Kesenjangan
dan Ekslusi Sosial
Analisis Film Start From A
Saya akan mencoba menganalisa film berawal dari A ini
dari 3 sudut pandang yaitu Judit Butler, Mike Oliver dan Michel Foucault yang berbicara
mengenai tubuh sebagai analisa. Berdasarkan film berawal dari A ini dapat
dilihat adanya pengangkatan makna gender yang sebenarnya. Bila dilihat dari
pandangan Butler maka bisa dikatakan disini terjadi kebalikan konstruksi gender
yang selama ini bereda di masyarakat. Selama ini masyarakat memandang bahwa
laki-laki selalu lebih kuat dari perempuan secara fisik. Namun dalam film ini
dapat dilawan dimana perempuan juga bisa berperan sebagai imam sholat bagi
suaminya. Terlihat konstruksi gender yang ada dimasyarakat selama ini terlalu
saklek untuk menentukan kebenaran. Ketika ibu si perempuan masuk dan mengatakan
kalau tidak seharusnya perpempuan menjadi seorang imam, ini menunjukkan selama
ini konstruksi masyarakat mengenai gender begitu kuat dan mengesampingkan
pengalaman individu. Disini si suami bahkan belum bisa melafalkan Allahuakbar
karena dirinya tuna rungu sehingga memerlukan proses lama untuk belajar, dan si
istri memiliki pengetahuan lebih walaupun dia juga seorang tuna netra.
Masyarakat melupakan hal itu dan masih tetap peduli dengan laki-laki harus
menjadi imam untuk perempuan.
Pandangan Oliver
dalam film ini dapat dilihat bahwa keadaan tubuh seseorang dapat menjadi
penilaian untuk orang lain. Ketika seseorang itu cacat maka orang lain akan melihat
orang itu sebagai orang yang tidak normal, kemudian lingkungan juga mendukung
konstruksi tersebut. Kehidupan ini ditata berdasarkan bentuk tubuh seseorang,
contohnya saja pembangunan gedung banyak didesain berdasar tubuh orang yang
lengkap. Tapi bila melihat orang cacat yang tidak bisa mengakses gedung
tersebut maka dibenarkan lingkungan memang mengiyakan konstruksi
ketidaknormalan bagi orang cacat. Dalam film ketika si perempuan dapat
melakukan sesuatu yang wajar dilakukan oleh orang yang memiliki fisik sempurna,
pemaknaan atas dirinya berbeda dari yang dilakukan linkungannya. Suami istri
disini saling melengkapi dan menyingkirkan konstruksi ketidaknormalan yang
sebenarnya mereka juga bisa melakukan yang orang lain lakukan. Yang terakhir
adalah Foucault yang bicara tentang rezime of truth. Dimana ilmu pengetahuan
memiliki kuasa untuk menentukan kebenaran. Dalam film ketika kita menilai orang
itu buta atau tuli bisa dikatakan itu adalah hasil dari ilmu pengetahuan yang
membawa dogma-dogma kebenaran dengan mengkategorikan orang cacat dan orang
normal. Sehingga ketika melihat orang yang tidak bisa mendengar atau melihat
dikatakan tidak normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar