Rabu, 25 Juni 2014

Response Paper Individu (Elyah Chusniyah)


Nama  : Elyah Chusniyah
NIM    : 115120101111026
Response Paper I Matakuliah Kesenjangan dan Ekslusi Sosial
            Era modernisasi saat ini sering kali kita semua menjumpai istilah kesenjangan dan ekslusi sosial yang ada di masyarakat. Kesenjangan sering kali dikaitkan dengan kaya dan miskin dimana terdapat perbedaan besar dalam kehidupan yang dijalaninya. Sebenarnya tidak hanya itu saja, kesenjangan bisa bermacam-macam bentuknya, kesenjangan dalam peran misalnya juga bisa dikategorikan kesenjangan. Namun yang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat adalah dimana terdapat perbedaan antara hidup si kaya dan hidup si miskin. Selain kesenjangan ada yang dinamakan Ekslusi sosial, yaitu kondisi dimana masyarakat termarginalisasi atau tersingkirkan dari lingkungan kehidupan sosialnya sendiri. Kondisi seperti ini sering terjadi di era modernisasi saat ini. Akibat dari perkembangan jaman juga memunculkan kehidupan masyarakat yang lebih individual dan pada akhirnya bisa berdampak pada ekslusi sosial. ketika seseorang ataupun sekelompok masyarakat mengalami ekslusi sosial maka akan menghambat  bahkan membuat mereka tidak bisa berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, politik dan sosisal dalam masyarakat. Hal inilah yang kemudian menjadi kajian ekslusi sosial ini penting keberadaannya dalam ranah sosiologi. Ketika kita melihat orang yang termarginalisasi maka sebenarnya kita juga bisa melihat bagaimana orang itu tersingkirkan dari dunia sosialnya dan hak-hak yang dimiliki juga bisa hilang seiring pandangan buruk atau stigma yang beredar di masyarakat  sehingga munculah apa yang disebut dengan marginalisasi.
            John Pierson membagi kedalam tiga bentuk diskursus ekslusi sosial seperti yang dijelaskan dalam perkuliahan oleh mbak asti yakni Resdistributionis discourse (karena kemisikinan individu atau kelompok), Moral underdacs discourse (individu yang melakukan penyimpangan), Socisal intregration discourse (peningkatan integrasi). Selain itu ada beberapa tokoh yang bicara mengenai ekslusi soial. Seperti Amartya Sen yang lebih mengkaitkan ekslusi dengan deprivasi. Sen melihat bahwa ekslusi sosial terjadi pada orang miskin yang memiliki keterbatasan penghasilan akibat dari deprivasi. Selain Sen ada pula Durkheim yang kita kenal dengan solidaritasnya. Menurut Durkheim, ekslusi soial ini dapat mengancam solidaritas sosial. Sehingga akan memnculkan apa yang disebut dengan anomie yaitu kondisi masyarakat yang keluar dari norma yang ada sehingga dirinya dianggap tidak sama dengan yang lain. Hal ini kemudian yang memunculkan perilaku-perilaku menyimpang. Namun sebenarnya perilaku menyimpang adalah kondisi yang wajar di era saat ini. Perilaku menyimpang adalah bagian dari kehidupan sosial masyarakat saat ini dan tidak bisa lagi dipisahkan. Perilaku menyimpang inilah yang kemudian memunculkan ekslusi sosial dalam masyarakat.
            Perilaku menyimpang disini disebut dengan devian yaitu kondisi dimana perilaku sudah tidak sesuai lagi dengan norma masyarakat, namun yang ditekankan dalam devian ini adalah bagaimana konsekuensi ataupun sanksi yang diperoleh dari dari pelaku penyimpangan dan lebih tidak melihat sisi tindakan penyimpangan yang dilakukan. Seorang tokoh klasik yang bicara mengenai devian adalah Karl Marx. Tentunya kita semua tahu pemikiran Marx selalu memiliki garis besar yakni borjuis dan proletar. Apabila kita melihat teori tradisional tentang devian maka kita akan bisa melihat titik temu bagaimana Marx membahas devian ini. Seperti yang sudah saya jelaskan diawal bahwa kajian ekslusi sosial ini penting maka devian juga memang sangat penting untuk dibahas, kemudian munculah kajian mengenai kontrol dan salah satu tokoh yang membahasnya adalah Karl Marx yang mencoba melihat devian kontrol. Apapun yang dibahas oleh Marx tidak bisa dijauhkan dari dua poin penting pemikirannya yakni borjuis dan proletar. Dalam devian ini juga, Marx melihat adanya akumulasi modal dari kaum borjuis. Marx memang banya berpendapat dari sisi ekonominya. Marx tertarik dengan ekonomi yang memberi pengaruh besar, yang dilihatnya adalah bagaimana peran suprastruktur dalam menghadirkan regulasi dan managemen yang sangat erat dengan masyarakat kapitalis. Orang borjuis lebih menghadirkan devian adalah sebagai orang yang tidak berguna dalam akumulasi modal.
            Kaum borjuis atau kapitalis melihat masyarakat harus bisa menunjang dirinya dalam melakukan akumulasi modal. Mereka terus menerus menimbun kekayaan, jika ada orang atau masyarakat yang mengahalangi mereka dalam akumulasi modal maka disinilah devian itu ada. Jadi menurut Marx yang disebut dengan perilaku menyimpang adalah kondisi dimana orang itu menjadi penghalang untuk akumulasi modal. Marx sangat banyak membahas mengenai kapitalis ini namun untuk kaum borjuis Marx hanya sedikit menyinggungnya. Jadi dalam sebuah perusahaan besar yang dimiliki kaum borjuis maka dalam penugasan pegawainya juga sangat diperhitungkan mengenai akumulasi modal. Ada dua sisi pembagian populasi menurut Marx yaitu yang berguna dan yang mengancam bagi akumulasi modal. Pegawai dari suatu perusahaan yang dirasa tidak dapat menunjang akumulasi modal maka akan dilihat sebagai devian, dari sini maka pihak kapitalis akan berusaha menyingkirkan pegawai itu dan biasnya dengan cara yang manipulatif. Kapitalis melihat devian adalah sebagai bentuk dari penyimpangan yang dilakukan oleh orang yang tidak bisa menunjang akumulasi modal mereka. jadi pada intinya kaum yang tidak bisa menunjang akumulasi modal kaum kapitalis adalah orang yang disebut dengan devian dan disingkirkan kemudian yang bisa menunjang akumulasi modal maka akan dipertahankan untuk kelangsungan akumulasi modal pihak kapitalis.
            Saya melihat banyak kasus dari ekslusi sosial ini. Saat ini yang sedang melanda kehidupan masyarakat adalah mengenai moral, dimana banyak sekali remaja yang melakukan penyimpangan perilaku. Memang tidak semua bisa dihilangkan namun setidaknya adalah diminimalisir dengan konsekuensi ataupun sanksi yang dapat menjadi pelajaran bagi remaja. Devian tidak akan mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Selama ada kehidupan sosial maka devian itupun ada dan ekslusi sosial masih akan terjadi. Sebenarnya dalam kehidupan sosial penyimpangan adalah suatu hal yang lumrah, karena tidak mungkin suatu sistem ada tanpa hadirnya dampak-dampak tertentu. Namun melihat pemikiran Marx saya kurang setuju karena menurut saya mengenai devian ini lebih berpihak pada kaum kapitalis yang menimbun kekayaan mereka dan bisa seenaknya menyingkirkan pegawai yang menghalangi kekayaan mereka. ketertarikan saya dalam melihat devian ini adalah dimana konsekuensi dan sanksi diutamakan dibandingkan dengan kualitas penyimpangan yang diperbuat oleh pelaku devian. Jadi kehidupan sosial ini memang saling bertautan satu sama lain, termasuk perilaku menyimpang juga. Biasanya yang kita tahu perilaku menyimpang selalu dalam bentuk kejahatan namun dengan ini kita semua tahu bahwa bentuk devian ada berbagai macam dan tidak serta merta hanya melihat dari sisi kriminal saja.


Nama  : Elyah Chusniyah
NIM    : 115120101111026
Response Paper 2 Matakuliah Kesenjangan dan Ekslusi Sosial
            Kesenjangan dan ekslusi sosial sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan masyarakat tidak bisa terlepas dari apa yang namanya ekslusi sosial. Dimana manusia itu hidup pasti ada kesenjangan dan ekslusi sosial. Baru-baru ini yang sedang menjadi perbincangan adalah dimana ekslusi sosial terjadi akibat dari tubuh. Beberapa tokoh juga bicara mengenai tubuh ini, dimana orang menilai orang lain dari tubuhnya. Disini diperlihatkan tubuh sebagai analisa. Melalui tubuh banyak orang yang mendefinisikan orang lain. Tokoh yang bicara mengenai hal ini yaitu Judit Butler, Mike Oliver dan Michel Foucault. Butler melihat masyarakat yang mengalami ekslusi sosial adalah bentuk konstruksi orang lain berdasarkan tubuhnya. Yang banyak terjadi dimasyarakat adalah konstruksi mengenai laki-laki lebih kuat dari pada perempuan. Sehingga dimana-mana selalu laki-laki yang dinomer satukan. Masyarakat tidak menyadari bagaimana jika laki-laki ini mengalami disabilitas. Tentunya kalau dia seorang suami maka dia tidak bisa melakukan tugasnya dengan sempurna, maka dari itu perempuan bisa menggantikan. Disinilah masyarakat tidak melihat sisi itu. Akibat konstruksi yang beredar dari awal antara laki-laki dan perempuan menjadikan masyarakat lebih menilai orang lain dari tubuhnya. Padahal pengalaman individu dalam hal ini seharusnya juga menjadi poin yang penting.
            Tokoh kedua yang bicara mengenai analisa tubuh yaitu Oliver, disini Oliver bicara dimana adanya akses dan fasilitas mendukung berdasarkan tubuh. Dan yang terjadi adalah segala akses dan fasilitas diciptakan berdasar tubuh manusia yang normal. Disini akan terlihat bagaimana manusia itu sendiri yang membentuk ekslusi sosial orang lain. Orang yang memiliki kecacatan tubuh tidak mungkin bisa mengakses tempat-tempat yang dibangun berdasarkan tubuh orang normal, disinilah terlihat masyarakat yang melainkan orang cacat sehingga pada akhirnya orang tersebut juga dipandang lain, padahal seumpama orang normal tidak melakukan hal itu maka orang cacat akan terlihat sama dengan orang normal, tidak ada pengecualian ataupun perbedaan terhadap keduanya. Contohnya saja bangunan umum seperti FISIP, dimana ada mahasiswa disabilitas yang belajar didalamnya. Mereka yang kakinya tidak bisa berjalan maka tidak akan bisa naik kelantai 7 dulu sebelum gedungnya dibangun, karena gedung ini tidak memiliki akses bagi penderita cacat kaki untuk naik keatas. Hal ini sudah menunjukkan bagaimana sebuah gedung itu ditujukan untuk orang yang memiliki fisik sehat dan mengesampingkan kepentingan orang-orang disabilitas seperti yang banyak terjadi dikalangan masyarakat selama ini. jadi ekslusi sosial itu disiptakan sendiri oleh masyarakat.
            Foucault juga melihat mengenai analisa tubuh ini, dimana kita semua mengenal yang disebut Foucault sebagai rezime of Truth. Dimana segala sesuatu yang ada dimasyarakat beredar berdasarkan kebenaran yang diseragamkan. Semua hal dibentuk berdasarkan kebenaran yang dikonstruksi masyarakat. Contohnya saja ketika ada anak yang memiliki fisik sempurna dan tidak sempurna maka perlakuan terhadap mereka dibedakan. Yang sempurna dimasukkan sekolah umum yang favorit sedangkan yang tidak sempurna akan dimasukkan ke sekolah yang khusus untuk mereka yang memiliki fisik tidak normal. Disini terlihat akan adanya kesenjangan dan sangat jelas bahwa ekslusi sosial dibentuk oleh masyarakat sendiri. namun ekslusi sosial ini tidak mungkin hilang ataupun dilepaskan selama masih adanya kehidupan bermasyarakat yang saling berinteraksi dan membutuhkan antara satu dengan yang l;ainnya. Setelah dari bagian tubuh sebagai analisa, saya akan menjelaskan sedikit lagi mengenai stigma dan identitas sosial yang juga merupakan kondisi dari ekslusi sosial. Stigma juga bisa berubah menjadi identitas sosial seorang individu.
            Stigma adalah pandangan buruk masyarakat terhadap seseorang berdasarkan perilaku yang sering dilakukan orang tersebut. stigma tumbuh dimasyarakat berdasar apa yang dilihat oleh masyarakat mengenai hal itu. Tak jarang banyak kekeliruan atas stigma ini, karena pada umumnya masyarakat lebih sering menilai orang lain berdasarkan penglihatan awalnya dan tidak melihat aspek-aspek yang lain. Orang bisa saja menunjukkan siapa dirinya melalui sebuah perilaku namun disini masyarakat bisa melihat itu stigma karena perilaku yang dilakukan bisa saja adalah perilaku yang negatif. Contohnya saja anak jalanan yang dulu masyarakat iba terhadap mereka namun sekarang sudah tidak terjadi lagi. Tumbuh stigma terhadap anak jalanan itu sendiri. akibat dari segalaperubahan perilaku yang dianggap oleh masyarakat baha perilaku tersebut buruk. Hal inilah yang kemudian memunculkan stigma dan pada akhirnya terdapat stereotip yang melekat pada orang yang menyandang stigma tersebut. hal ini berhubungan dengan identitas, dimana kita ketahui bahwa identitas adalah bentuk konstruksi dari masyarakat. Stigma ini juga bisa menjurus ke arah situ. Stereotip yang melekat berikut stigmanya membentuk identitas seseorang. Karena pada dasarnya identitas dikonstruksi masyarakat maka stigma yang ada bisa membentuk identitas. Padahal sebenarnya stigma kadang hadir dari rasa curiga saja dan bersifat cuma pandangan namun berpengaruh pada berbagai hal dari segi kehidupan manusia.


Nama  : Elyah Chusniyah
NIM    : 115120101111026
Tugas Matakuliah Kesenjangan dan Ekslusi Sosial
Analisis Film Start From A
            Saya akan mencoba menganalisa film berawal dari A ini dari 3 sudut pandang yaitu Judit Butler, Mike Oliver dan Michel Foucault yang berbicara mengenai tubuh sebagai analisa. Berdasarkan film berawal dari A ini dapat dilihat adanya pengangkatan makna gender yang sebenarnya. Bila dilihat dari pandangan Butler maka bisa dikatakan disini terjadi kebalikan konstruksi gender yang selama ini bereda di masyarakat. Selama ini masyarakat memandang bahwa laki-laki selalu lebih kuat dari perempuan secara fisik. Namun dalam film ini dapat dilawan dimana perempuan juga bisa berperan sebagai imam sholat bagi suaminya. Terlihat konstruksi gender yang ada dimasyarakat selama ini terlalu saklek untuk menentukan kebenaran. Ketika ibu si perempuan masuk dan mengatakan kalau tidak seharusnya perpempuan menjadi seorang imam, ini menunjukkan selama ini konstruksi masyarakat mengenai gender begitu kuat dan mengesampingkan pengalaman individu. Disini si suami bahkan belum bisa melafalkan Allahuakbar karena dirinya tuna rungu sehingga memerlukan proses lama untuk belajar, dan si istri memiliki pengetahuan lebih walaupun dia juga seorang tuna netra. Masyarakat melupakan hal itu dan masih tetap peduli dengan laki-laki harus menjadi imam untuk perempuan.
Pandangan Oliver dalam film ini dapat dilihat bahwa keadaan tubuh seseorang dapat menjadi penilaian untuk orang lain. Ketika seseorang itu cacat maka orang lain akan melihat orang itu sebagai orang yang tidak normal, kemudian lingkungan juga mendukung konstruksi tersebut. Kehidupan ini ditata berdasarkan bentuk tubuh seseorang, contohnya saja pembangunan gedung banyak didesain berdasar tubuh orang yang lengkap. Tapi bila melihat orang cacat yang tidak bisa mengakses gedung tersebut maka dibenarkan lingkungan memang mengiyakan konstruksi ketidaknormalan bagi orang cacat. Dalam film ketika si perempuan dapat melakukan sesuatu yang wajar dilakukan oleh orang yang memiliki fisik sempurna, pemaknaan atas dirinya berbeda dari yang dilakukan linkungannya. Suami istri disini saling melengkapi dan menyingkirkan konstruksi ketidaknormalan yang sebenarnya mereka juga bisa melakukan yang orang lain lakukan. Yang terakhir adalah Foucault yang bicara tentang rezime of truth. Dimana ilmu pengetahuan memiliki kuasa untuk menentukan kebenaran. Dalam film ketika kita menilai orang itu buta atau tuli bisa dikatakan itu adalah hasil dari ilmu pengetahuan yang membawa dogma-dogma kebenaran dengan mengkategorikan orang cacat dan orang normal. Sehingga ketika melihat orang yang tidak bisa mendengar atau melihat dikatakan tidak normal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar