Rabu, 25 Juni 2014

Tugas Response Paper (Ahmad Riza Wad'ullah - 105120100111004)

KESENJANGAN DAN DEVIANT ALA MARX
Karl Marx adalah seseorang teoritikus yang beraliran makro alias ia selalu memandang masyarakat seara menyeluruh dan idak terfokus pada individu. Dalam kajian – kajiannya, ia banyak membahas tentang pertentangan dan perjuangan kelas. Ia juga dikenal dengan teori dan pemikiran yang radikal dan selalu menyuarakan hal – hal yang sifatnya revolusioner.
Ia juga membagi masyarakat industri menjadi dua kelas utama yaitu kelas borjuis yang merupakan kelas – kelas bagi para pemilik modal dan kelas proletar yang merupakan kelas bagi para pekerja dan buruh pabrik serta orang – orang yang tidak mempunyai modal.
Dalam pandangannya tentang materialisme historis, ia menjelaskan bagaimana sebuah kesenjangan terbangun dengan sangat struktural dan terjaga. Artinya, kelas pekerja dalam pandangan marx memang merupakan kelas masyarakat yang selalu mendapat perlakuan yang tidak adil dan dijauhkan dari kesetaraan dan kesejahteraan. Dan kelas borjuis adalah kelas yang memiliki segalanya dan bisa mengatur apapun (The Ruling Class) dikarenakan kepemilikannya atas modal.
Bahkan dalam bahasannya mengenai alienasi kelas pekerja ia menyatakan bahwa efek produksi kapitalis itu sangat menghancurkan manusia dan masyarakat. Karena dengan ia mempekerjakan seseorang yang artinya ia juga telah menguasai orang tersebuat baik sisi waktu maupun tenaga mereka yang harus mereka jual kepada kapitalis dan mereka harus tersisih dari kehidupan mereka sendiri (Ritzer,2012:88).
Dalam pandangannya mengenai Deviant, ia memandang juga bahwa status Deviant atau Non-Deviant itu selalu ditentukan oleh kaum – kaum yang berada pada tataran The Ruling Class. Artinya menurut Marx orang – orang yang menjadi Deviant adalah mereka yang tidak sesuai dengan keinginna dan kebutuhan yang didasarkan pada kebutuhan produksi kapitalis. Jadi masyarakat kelas pekerja atau proletarian tidak bisa menentukan diri mereka sendiri untuk tidak deviant atau tidak. Sehingga orang – orang yang hanya bisa menyokong kepentingan kapitalislah yang dianggap sebagai masyarakat berguna dan ika tida, maka ia dianggap sebagai orang – orang yang tidak berguna dan menyimpang atau yang disebut dengan deviant.

CONTOH KASUS
SNMPTN Bukan Untuk Difabel
LBH Jakarta Akan Somasi Mendikbud
Selasa, 11 Maret 2014
Jakarta, HanTer – Sebanyak 62 perguruan tinggi negeri (PTN) melarang para penyandang cacat fisik (difabel) untuk mendaftar sebagai calon mahasiswa baru untuk hampir semua jurusan.
Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Febi Yonesta, menyatakan, segera melayangkan surat somasi kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, MRPTNI, dan Panitia Pelaksana SNMPTN 2014.
Pasalnya, tiga lembaga tersebut yang harus bertanggung jawab atas perlakuan diskriminasi yang diterima para difabel. Mereka juga mendesak pemerintah menarik aturan tersebut.
Menurut Febi, bila merujuk pada ratifikasi yang dilakukan Indonesia mengenai Convention on the Right of Persons with Disabilities (CRPD) melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 pada Pasal 24 ayat (1) menyatakan, negara-negara pihak mengakui hak orang-orang difabel atas pendidikan.
Dalam rangka memenuhi hak ini tanpa diskriminasi dan berdasarkan kesempatan yang sama. Negara-negara pihak wajib menjamin sistem pendidikan yang bersifat inklusif pada setiap tingkatan dan pembelajaran jangka panjang.Sehingga, persyaratan SNMPTN itu dinilai menyalahi hukum yang menjadi pegangan dunia internasional.
“Kebijakan itu langkah mundur dan melanggar terhadap begitu banyak prinsip hukum yang telah disepakati, serta melanggar terhadap prinsip hak asasi manusia yang telah dijunjung tinggi dunia,” bebernya.
Namun, saat dikonfirmasi Ketua MRPTNI, Idrus Paturusi, mengaku belum mengetahui permasalahan tersebut. Menurutnya, para difabel dapat mengikuti seleksi masuk PTN pada tahun ini.
“Setahu saya tidak ada peraturan yang melarang difabel untuk ikut,” kata Idrus. (as)

ANALISA
Dari kasus di atas dapat dianalisa dengan pandangan – pandangan dari Marx. Dalam hal ini Difabel banyak dipandang sebagai Deviant oleh banyak PTN. Hal ini cisa dikarenakan dikarenakan kekurangan sempurnanya modal yang mereka miliki. Karena banyak dari para difable juga merupakan masyarakat kelas menengah kebawah yang tidak mempunyai modal yang berarti juga mereka bukan merupakan The Ruling Class yang membuat mereka tidak berkuasa untuk menentukan posisi mereka dalam pandangan Marx.
Yang kedua adalah mereka dipandang Deviant karena kekurangan fisik mereka menyebabkan banyak keterbatasan yang akan mereka alami dalam melakukan kegiatan – kegiatan sosial mereka. Hal ini dipandang kapitalis sebagai kekurangan yang dapat menghambat proses borjuasi mereka. Dikarenakan dalam pandangan kapitalis, keterbatasan akan juga mempengaruhi berapa banyaknya keuntngan yang mereka miliki. Karena dalam kegiatan belajar mengajar di kampus memang sudah wajar ketika hasil yang ingin dicapai adalah untuk kepentingan perusahaan yang notabene memenuhi kebutuhan kelas pekerja.
Artinya mahasiswa dikampus memang sengaja diproduksi utuk menjadi pekerja ketika mereka keluar dari lingkungan kampus. Hal inilah mungkin yang mendorong mengapa ada wacana bahwa siswa difable tidak diterima banyak perguruan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George. 2012 .Teori Sosiologi (dari sosiologi klasik sampai perkembangan terakhir Postmodern). Yoyakarta:Pustaka Pelajar
 http://harianterbit.com/2014/03/11/lbh-jakarta-akan-somasi-mendikbud/ Diakses pd Tanggal 18 Maret 2014 Pukul 21.25


                                        Telaah Film Bermula Dari A
Film ini adalah satu dari sedikit film yang mengangkat sisi kekurangan seseorang dalam hal fisik (difabel) yang diangkat dengan proporsional dan reaistis erta tidak terkesan eksploitatif dan menyinggung. Hal ini juga akan sangat bagus jika diguakan sebagai unit analisa dari kajian tentang devian yang selama ini lekat dan disematkan kepada mereka yang difabel dan tidak sempurna atau tidak normal.
Film ini menceritakan bagaimana kehidupan sehari – hari dua orang difabel yang menjalani hidupnya dengan biasa dan yang lebih menarik lagi adalah dimasukkannya unsur percintaan yang mereka berdualah sebagai pelaunya. Dua orang difabel yang satu tuna rungu yang oromatis tuna wicara dan si perempuan tuna netra menjalin sebuah hubungan percintaan dan menggugah rasa kemanusiaan banyak orang ormal yang selama ini menganggap bahwa orang dengan kecacata fisik selalu dianggap lemah dan menyimpang.
Film ini juga menjelaskan bagaimana ke-devianan yang mereka terima dari masyarakat dalam setiap kehidupan sosial mereka justru adalah faktor bagaimana mereka saling menguatkan dan saling mndorong agar merka bisa membuktikan mereka bisa melampaui apa yang dikira oleh banyak orang normal. Hingga ahrnya si wanita yang tuna netra mampu mengajari pacarnya yang seorang tuna rungu untuk mengatakan allahuakbar agar ia mampu menjadi imam karena tuntutan agamanya.
Dalam hal ini dapat juga dilihat agama juga memposisikan orang dengan kekurangan fisik menjadi kaum – kaum menyimpang karena agama khususnya islam di indonesia adalah sebuah agama yang didirikan oleh kaum normal dan semua tatanan juga berlaku untuk kaum normal.
Hal ini juga akan menjadi kritikbagi agama sendiri denga kajian tentang budaya maskulin yang sangat dominan dan jika menghadapi seorang lelaki ang cacat apakah tugas yang tidak bisa dlakukan suami boleh dilakukan oleh wanita yang dalam kasus ini adalah imam sholat? Aaukan harus ada perlakuan berbeda bagi para pemeluk agama yang difabel? Karena agama percaya bahwa tuhan mengetahui segalanya, akan tetapi semuanya direduksi oleh aktor – aktor agama yang jamak berasal dari kaum normal dan membuat batas dan kriteria sehingga menjadi batasan juga bagi mereka yang difabel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar