Rabu, 25 Juni 2014

Response Paper Individu (Arief Aini Nur Kelompok 6)

NAMA : ARIEF AINI NUR
NIM : 115120107111044
KESENJANGAN SOSIAL  (Paper 1)

Kesenjangan sosial yang saya pahami merupakan situasi dimana adanya perampasan hak yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok untuk mengakses apa saja yang semestinya bisa ia dapatkan namun terhalang dengan kurangnya pemberian kesempatan yang dilakukan masyarakat secara umum, dengan kata lain kelompok yang tidak bisa mengakses haknya bisa disebut juga kaum marjinal atau kaum yang tersisihkan dari masyarakat secara umum dengan berbagai aspek yang menyebabkan kesenjangan sosial yang ada di masyarakat bisa terjadi, salah satunya yang saya pahami ialah adanya perbedaan antara kelompok satu dengan kelompok lainnya(baik itu kelompok ataupun individu), perbedaan-perbedaan inilah yang membuat adanya sekat antara kaum minoritas dan kaum mayoritas. Kesenjangan yang terjadi dimasyarakat menyebabkan adanya batasan yang membuat kaum-kaum yang termarjinalkan kurang dianggap seperti masyarakat pada umumnya karena ada suatu perbedaan, misalnya kaum yang mempunyai penyakit HIV, yang akhirnya ia dijauhi oleh masyarakat karena ada penyimpanganperilaku, tidak hanya itu ras, psikis dan yang lainnya bisa menjadi salah satu aspek bagaimana kesenjangan itu bisa terjadi. 
Amertya Sen juga berpandangan bahwasanya ekslusi sosial dikaitkan dengan perbedaan yang terjadi di masyrakat, sedangkan yang melakukan ekslusi itu sendiri ialah kaum mayoritas, yang memandang perbedaan yang dilakukan oleh kelompok lainnya adalah penyimpangan sosial atau bisa disebut juga Deviant. Deviant juga dipandang oleh Durkheim adalah suatu fenomena yang up-normal di masyarakat, selain itu keup-normalan yang terjadi bisa mengancam kesolidaritasan masyarakat yang masih komunal, sehingga masih belum bisa menghargai perbedaan atau Pathologis yang ada di masyrakat, hal seperti itulah yang bisa menyebabkan kesenjangan   sosial di masyarakat, dari pandangan Durkheim orang yang berperilaku menyimpang ialah orang yang berbeda perilaku yang dilatar belakangi oleh berbagai hal yang membuatnya dianggap menyimpang, baik itu penampilan, perilaku, dan yang lainnya, yang membuat kesenjangan-kesenjangan ini semakin rumit untuk diselesaikan.
Karl Marx juga berpandangan tentang Deviant, perilaku yang menyimpang yang dilihat Karl Marx masih berlandasan dengan Suprastruktur dengan Infrastruktur yang menjelaskan tentang teorinya, dalam pandangannya orang yang menyimpang ialah orang yang tidak bisa menyokong Suprastruktur atau kapitalis, karena pandangan Karl Marx berlandasan dengan materi, Karl Marx pun juga berpandangan bahwasanya ada dua kriteria tentang perilaku menyimpang yang bisa mengancam kapitalisme, salah satunya ialah sosial junk, yaitu orang orang yang sudah tidak bisa lagi menyokong kaum kapitalisme, yang kedua ialah kaum sosial dynamite, yaitu kaum-kaum yang skilled namun juga bisa mengancam kaum kapitalisme dengan memperhitungkan keahlian mereka yang bisa membuat mereka salah satu aspek yang bisa merusak kekuatan kelompok kaum kapitalisme dengan daya tawar mereka, karena mereka kaum yang berskilled maka mereka punya daya tawar yang tinggi terhadap kaum pemilik modal.
Setelah melihat bagaimana pandangan para tokoh tentang Deviant, sedangkan saya sendiri melihat perilaku menyimpang bisa terjadi karena adanya nilai dan norma yang sangat kuat di masyarakat, sehingga adanya norma dan nilai yang kuat inilah yang menjadikan hukuman atau sanksi-sanksi yang dilakukan oleh masyarakat menjadi sangat berat, sampai-sampai menutup kesempatan bagi kaum yang berbeda dengan masyarakat secara umum, hal inilah salah satu yang menyebabkan kenapa ekslusi sosial sangat sulit untuk diselesaikan, karena yang melegitimasi ialah kelompok yang dominan, yaitu kelompok mayoritas, dalam kasus ini ilaha masyarakat secara umum.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

NAMA : ARIEF AINI NUR
NIM : 115120107111044
KESENJANGAN SOSIAL (Paper 2)

Mike Oliver memandang bahwasanya tubuh yang dimiliki oleh individu dijadikan objek suatu masalah, yang menjadi objek itu sendiri ialah lingkungannya, lingkungannya yang nantinya menciptakan mana yang normal dan mana yang tidak normal atau berbeda dengan kelompok yang mayoritas yang memiliki standard-standard yang ditentukan. Dalam pandangan Mike Oliver tidak ada kata “cacat” atau “dis” dan sebagainya, namun kata-kata ini diciptakan oleh lingkungannya untuk membedakan inidividu atau kelompok yang berbeda, sehingga ada batas yang tidak terlihat yaitu antara individu atau kelompok yang normal dengan inidividu atau kelompok yang berbeda. Saya juga melihat adanya dukungan dari berbagai kelompok, misalnya kaum pemilik modal yang sangat menjunjung tinggi paham kapitalisme, mereka akan menciptakan model-model sosial yang itu juga menjadi standard bagi masyarakat yang pada intinya mendukung kapitlisme dan memberikan keuntungan bagi pemilik modal baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Saya akan memberikan analogi yang bisa saya paparkan, ketika sinetron misalnya maka sutradara dan produser akan mencari bintang yang cantik, ganteng dan normal seperti masyarakat pada umumnya, hal seperti ini akan dipahami secara terus-menerus oleh penontonnya, ketika penontonnya melihat perbedaan antara realitas dengan sinetron ia lihat, misalnya ketidaknormalan seseorang, maka penonton ini akan memahami orang-orang yang berbeda bukanlah anggota yang sama dimasyarakat, yang ditakutkan ialah ketika masyarakat sudah merampas hak-hak individu atau kelompok yang berbeda yang nantinya mempengaruhi kepada kehidupan kelompok atau individu tersebut.
Setelah saya membahas tentang bagaimana pandangan Mike Oliver, saya ingin menjelaskan terbentuknya stigma yang terjadi di masyarakat. Stigma terjadi karena adanya kesenjangan antara visual social identify dengan actual social identify, maksudnya disini dari pandangan atau pemikiran individu belum tentu sama dengan kenyataan yang bisa dibuktikan, sehingga ada pendiskriminasian atau peminggiran kaum tertentu, misalnya kaum ODHA, yang sebagian besar mempunyai persepsi tentang orang yang mngidap penyakit HIV AIDS, sehingga meraka mengucilkan kaum yang memiliki penyakit tersebut, padahal dalam kenyataannya HIV hanya bisa menular dengan cara-cara tertentu, misalnya hubungan seksual, menggunakan suntik yang sama yang akhirnya mencapurnya darah ODHA, hal seperti inilah yang dimaksud bagaimana persepsi yang belum tentu sama dengan kenyataan, damapk dari adanya kesenjangan yang tercipta akibat adanya kesenjangan ini ialah, bisa diskriminasi, pelebelan dan sebagainya yang berdampak pada pengucilan kaum yang dianggap tidak normal oleh masyarakat.
Sedangkan mayoritas menganggap stigma lebih condong kepada pandangan yang negative terhadap individu maupun kelompok, lama-kelamaan stigma ini menciptakan lebel kepada kaum yang terkena stigma oleh masyarakat. Stigma menjadi alat processor perbedaan yang terjadi di masyarakat, adanya stigma juga bisa melanggengkan kesenjangan yang terjadi di masyarakat, sedangkan stigma itu sendiri lebih cenderung kepada hal yang melekat pada individu, sehingga pandangan individu ini bisa menciptakan pelebelan “menyimpang” ataupun berbeda ketika kelompok tersebut ataupun individu tersebut memiliki perbedaan dengan masyarakat pada umumnya.
Mungkin pemaparan yang saya pahami belum cukup mendalam, namun dalam prosesnya saya bisa melihat bagaimana kerja stigma yang terjadi di masyarakat yang pada hakekatnya stigma tersebut belum tentu benar dengan kenyataan, stigma inilah yang menjadi landasan dasar bagaimana kesenjangan yang terjadi di masyarakat bisa bertahan lama. 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

NAMA : ARIEF AINI NUR
NIM : 115120107111044
KESENJANGAN SOSIAL ( Paper Ketiga Bermula Dari Huruf A )

Saya melihat dalam film ini menggambarkan adanya fenomena sosial, yaitu pengekslusian suatu perbedan yang dimiliki oleh seseorang, yang melakukan ialah kaum mayoritas atau dengan kata lain ialah masyarakat. film ini menceritakan bagaimana seorang wanita yang membantu seorng laki-laki yang mengalami kekurangan dalam berbicara, ia mengajari kata A sampai R untuk mengucapkan Allahuakbar, situasi disini ialah pengekslusian dari masyarakat yang akhirnya tuna wicara tidak bisa menyatu dengan masyarakat secara umum, situasi ini juga dipengaruhi oleh konstruksi-konstruksi yang ada, yaitu masyarakat itu sendiri, selain masyarakat ada aspek yang juga memberikan standard bagaimana manusia seharusnya, ketika ada yang berbeda maka mereka akan terekslusi. Perkembangan yang ada di masyarakat bahwasanya tubuh menjadi perjumpaan dengan dunia, sehingga tubuh menjadi dianggap penting oleh masyarakat karena kepentingan ini ada konstruksi sosial yang dibangun atas dasar tubuh itu sendiri, ketika konstruksi ini sudah tercipta, maka ada standard yang sudah menjadi patokan masyarakat, standard inilah yang menjadi  aspek bagaimana seseorang yang tidak bisa memenuhi standard yang diinginkan oleh masyarakat, maka individu ini akan tereksklusi dari masyarakat sehingga kesenjangan sosial terjadi, dalam hal ini masyarakat yang dianggap normal dengan inidividu yang tidak dianggap normal oleh masyarakat.
Mike Oliver memandang bahwasanya tubuh yang dimiliki oleh individu dijadikan objek suatu masalah, yang menjadi objek itu sendiri ialah lingkungannya, lingkungannya yang nantinya menciptakan mana yang normal dan mana yang tidak normal atau berbeda dengan kelompok yang mayoritas yang memiliki standard-standard yang ditentukan. Dalam pandangan Mike Oliver tidak ada kata “cacat” atau “dis” dan sebagainya, namun kata-kata ini diciptakan oleh lingkungannya untuk membedakan inidividu atau kelompok yang berbeda, sehingga ada batas yang tidak terlihat yaitu antara individu atau kelompok yang normal dengan inidividu atau kelompok yang berbeda. Saya juga melihat adanya dukungan dari berbagai kelompok, misalnya kaum pemilik modal yang sangat menjunjung tinggi paham kapitalisme, mereka akan menciptakan model-model sosial yang itu juga menjadi standard bagi masyarakat yang pada intinya mendukung kapitlisme dan memberikan keuntungan bagi pemilik modal baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Saya akan memberikan analogi yang bisa saya paparkan, ketika sinetron misalnya maka sutradara dan produser akan mencari bintang yang cantik, ganteng dan normal seperti masyarakat pada umumnya, hal seperti ini akan dipahami secara terus-menerus oleh penontonnya, ketika penontonnya melihat perbedaan antara realitas dengan sinetron ia lihat, misalnya ketidaknormalan seseorang, maka penonton ini akan memahami orang-orang yang berbeda bukanlah anggota yang sama dimasyarakat, yang ditakutkan ialah ketika masyarakat sudah merampas hak-hak individu atau kelompok yang berbeda yang nantinya mempengaruhi kepada kehidupan kelompok atau individu tersebut, seperti halnya dalam film ini yaitu seseorang yang mengalami tuna wicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar