115120107111023
KESENJANGAN dan EKSKLUSI SOSIAL
Pada pembahasan kali ini, saya akan membahas tentang materi perkuliahan yang disampaikan minggu lalu, yaitu stigma. Stigma sendiri, menurut saya adalah pandangan seseorang akan sesuatu hal yang ada, dimana pandangan itu bersifat negatif. Dan materi stigma yang disampaikan minggu lalu adalah stigma dan identitas sosial Erving Goffman Mazhab strukturalis. Society itu dianggap salah satunya sebagai kehadiran yang “lain” dari masyarakat pada dasarnya adalah wujud dari kategori dan atribut yang melekat pada individu yang disebut identitas sosial. Social identity menurut Goffman, identitas sosial dapat dibedakan menjadi 2, yaitu virtual social identity dan actual social identity. Virtual social idntity adalah asumsi yang muncul menghubungkan dengan realitas yang belum terbentuk sepenuhnya, karakter cenderung menyalahkan. Dan actual social identity adalah kategori atau atribut yang realitasnya dapat terbukti. Identitas sosial sendiri adalah definisi seseorang tentang siapa dirinya termasuk diidalamnya atribut pribadi atau personal dan atribut yang dibaginya bersama dengan orang lain. Menurutt Goffman ketika virtual dan actual mengalami kesenjangan, maka muncullah stigma.
Stigma dapat menimbulkan efek mendeskripsikan seseorang karena diamggap bahwa mereka berbed dari harapan di masyarakat. Dan virtual dan actual mengalami kesenjangan, maka daripada itu muncul stigma. Stigma sendiri adalah tanda atau ciri yang negatif pada diri seseorang. Dan biasanya stigma ini diberikan oleh masyarakat pada sekelompok orang tertentu. Dan stigmatisasi adalah sikap merendahkan dan mendeskripsikan dan juga mengkreditkan seseorang yang memiliki atribut tertentu sehingga menyebabkan munculnya pandangan.
Stigma sendiri memiliki 3 tipe yang terjadi di masyarakat, yang pertama adalah stigma cacat fisik, dimana mereka yang tidak memiliki tubuh yang normal dianggap menjadi hal yang negatif, seperti para kaum difabel yang terkadang dianggap tidak berguna dan tidak pantas berada dilingkungan masyarakat yang memiliki tubuh normal. Yang kedua adalah stigma karakter individu yang buruk, seperti alkoholism, kepecayaan garis keras, homoseksual dan pengangguran. Jadi para alkoholism, homoseksual dan pengangguran tersebut adalah orang-orang yang hanya meresahkan masyarakat lainnya, yang dianggap sebagai pengganggu di kehidupan masyarakat. Mereka hanya dianggap sebagai “sampah” saja yang tidak berguna. Kaum homoseksual juga demikian, mereka tidak pantas dan tidak diterima di masyarakat, mereka tersisihkan oleh kondisi mereka. Bagi manusia yang normal, pecinta sesama jenis menjadi hal yang tidak sesuai di Indonesia, maka dari pada itu, para kaum homoseksual terkadang ada yang membentuk komunitas untuk menentang stigam dari masyarakat tentang dirinya. Dan yang terakhir adalah stigma kesukuan atau tribal gagasan agama yang dapat ditransmisikan melalui generasi berikutnya. Maksudnya adalah agama atau suku distigmakan oleh agama lainnya, contohnya agama katolik atau protestan distigmakan jelek atau buruk dan tidak sesuai dengan Indonseia dan stigma tentang hal itu pun akan muncul hingga generasi yang berikutnya.
Teori stigma menurut Goffman, stigma adalah relasi bahasa dan sebuah processor untuk mengkonfirmasii ketidakbiasaan orang lain. Stigma memuculkan inferioritas atau kerendahan diri, stigma menyalahkan atribut yang melekat pada individu atas ketidaksempurnaaan dan juga stigma memunculkan diskriminasi. Dan di dalam stigma terdapat label atau sterotype, prasangka, diskriminasi dan kekuatan yang tidak seimbang.
Individu dengan stigma saling berhubungan, yaitu ketidaknyamanan secara sosial terhadap prasangka yang dibuat oleh masyarakat, kepercayaan terhadap identitas yang disayangkan dan berusaha menjadi normal, selain itu ketika berinteraksi atau berada di lingkungan luar akan merasa cemas dan bimbang, para kaum yang dianggap tidak normal akan berusaha mengeluarkan ekspresi langsung agar dianggap normal, menghadapi situasi sosial campuran “mix social interaction” defesif atau antisipatif, dan juga akan terbangun dua arus interaksi utama, yaitu mengucilkan diri atau berani normal dalam melihat orang berstigma, patologi interaksi, mengembangkan interaksi dengan bangunan makna yang normal dan berstigma dan normal akan melakukan penerimaan sebagai wuujud simpati.
Dan yang terakhir dari pembahasan saya ini adalah tentang teori labeling, yaitu rindakan manusia ditentukan oleh bagaimana orang lain mendefinisikan. Dan pemberian identitas membuat seseorang menerimanya dan dapat berlaku sesuai dengan peran identitas yang telah diberikan. Demikianlah pembahaasan saya tentang materi yang disampaikan minggu lalu, semoga sesuai dengan apa yang telah disampaikan, maaf jika ada kata-kata yang kurang cocok atau pas. Terima kasih .
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kesenjangan Sosial dan Eksklusi (Respon Paper 2)
Eksklusi mengancam solidaritas sosial, karena ada kelompok-kelompok didalam masyarakat yang tidak dianggap dan termasuk dalam sasaran target kebijakan pemerintah dan keberadaan mereka dikesampingkan. Paradigma Emile Durkheim ini membahas tentang anomie. Anomie sendiri adalah salah satu bentuk bunuh diri yang dialami oleh suatu individu. Biasanya bentuk bunuh diri ini terjadi mungkin disebabkan karena individu merasa tidak puas akan lemahnya kontrol terhadap keinginan merekan atau ketidakpuasan meraka akan kesenangannya. Bentuk bunuh diri ini dapat meningkat entah itu dalam bentuk gangguan positif, misalnnya peningkatan ekonomi ataupun bentuk gangguan negatif, misalnya penurunan ekonomi. Kedua macam gangguan tersebut membuat suatu masyarakat melancarkan otoritasnya terhadap individu untuk sementara waktu. Dan biasanya perubahan semacam itu menempatkan orang-orang ke dalam situasi norma atau aturan yang lama sudah tidak berlaku lagi sedangkan aturan yang baru belom bisa untuk dikembangkan. Kasus anomie ini sering kita jumpai dalam situasi dimana tingkat perekonomian yang dialami sedang menurun. Contohnya adalah ketika suatu pebrik atau perusahaan sedang mengalami pailit ataupun kebangkrutan dan hal itu menyebabkan pabrik tersebut harus memecat atau di PHK, sehingga para pekerjanya atau para buruhnya harus kehilangan pekerjaannya. Disaat seperti itulah para buruh merasa kebingungan akan situasi seperti itu, mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk dapat bertahan hidup. Mereka akan mencoba untuk mencari pekerjaan lainnya agar bisa bertahan hidup. Tetapi, ketika mereka sudah tidak bisa menemukan pekerjaan yang baru, mereka akan merasa depresi bahkan dapat membuat mereka frustasi sehingga mereka berfikir untuk bunuh diri. Dan juga, karena terputus dari struktur ini atau struktur-struktrur lainnya, seperti keluarga, agama dan negara bisa membuat individu amat rentan dengan pengaruh arus anomie.
Pada pembahasan kali ini, saya akan membahas tentang paradigma dari Karl Marx tentang alienasi. Alienasi sendiri adalah keterasingan dari lingkungan sekitarnya atau diasimgkan dari sifat dasar kita sebagai manusia (Ritzer 2004;55). Keterasingan yang dimaksudkan disini adalah individu merasa tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan mereka melakukan sesuatu, misalkan adalah para buruh melakukan pekerjaannya sebagai pekerja di sebuah pabrik atau perusahaan dan para buruh ini tidak memproduksikan objek-objek berdasarkan ide-ide mereka sendiri atau untuk secara langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri. tetapi, mereka bekerja untuk kapitalis, yang memberi mereka upah dari pekerjaannya mereka yang untuk penyambung hidup dengan imbalan bahwa mereka menggunakan para buruh sesuai dengan cara-cara yang mereka (kapitalis) inginkan. Karena aktivitas produktif menjadi milik para kaptalis, dan karena merekalah yang memutuskan apa yang harus dikerjakan, maka dapat dilihat bahwa para butuh teralienasikan dari aktivitas-aktivitas tersebut. selain itu, sebagian para buruh melakukan tugas-tugas khusus dari pekerjaannya dan hasilnya mereka mereasa kurang berarti bagi keseluruhan proses produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George., Goodman, Douglas J. 2004. Teori Sosiologi. Kreasi Wacana.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
THINARIAN THOMAS
115120107111023
The Confession of a Shopaholic adalah sebuah film drama komedi yang benar-benar menyakitkan. Kisah seorang perempuan mapan yang bekerja di sebuah majalah keuangan, tapi punya kebiasaan gila belanja.
RebeccaBloomwood, seorang penulis di majalah keuangan terkenal di New York, yang selalu memiliki tips jitu bagaimana mengatur keuangan. Nama Rebecca pun langsung terkenal. Dia selalu diundang dalam acara diskusi keuangan dan menjadi pembicara di televisi. Ironisnya, dalam kehidupan sehari-hari, teori yang selalu dikemukakan di majalah tidak sepenuhnya dipenuhi oleh Rebecca.
Dia benar-benar gila belanja. Apa saja dibelinya tanpa memikirkan kondisi keuanannya. Suatu hari dia mendapat tagihan dari bank yang mengeluarkan kartu kredit. Rebecca telah memakai kartu kredit di luar batas limit. Parahnya Rebecca malah menganggap bahwa kartunya dicuri sehingga ada orang yang memanfaatkan kartunya. Tagihannya mencapai US$900. Di balik ketenarannya sebagai penggagas manajemen keuangan, Rebecca justru menjadi incaran debt collector karena utangnya yang menggunung.
Rebecca pun harus tipu sana sini termasuk pada atasannya, Luke, demi mendapatkan uang. Karena gajinya tidak mencukupi untuk membiayai belanja, Rebecca pindah kerja.
Dia melamar sebagai penulis di sebuah majalah Alette. Sebelum tampil dalam wawancara pekerjaan, Rebecca masih sempat mencari syal warna hijau yang harganya US$120. Padahal duit di tangan pun sudah tidak ada. Tidak disangka masuk ke majalah mode, Rebecca bertemu dengan orang-orang yang punya hobi belanja. Petualangan pun dimulai. Rebecca memang tidak bisa menghentikan kebiasaan belanja. Suatu ketika dia mulai menyadari setelah melihat seorang perempuan yang jatuh miskin dan menjadi gelandangan karena kebiasaan berbelanja.
Menurut saya, film ini menampilkan dengan jelas gaya hidup konsumerisme yang dianut oleh masyarakat Amerika Serikat. Gambaran tersebut bisa diwakilkan oleh Becky yang ditampilkan sebagai wanita yang sangat hobi berbelanja. konsumerisme merupakan sebuah arena dimana produk-produk konsumer merupakan salah satu media untuk membentuk kepribadian, gaya hidup dan citra, serta diferensiasi status sosial yang berbeda-beda. Menurut Pilliang (2003) budaya konsumerisme merupakan budaya yang dibentuk oleh hal-hal semu yang dikonstruksi secara sosial melalui media sebagai kekuatan tanda kapitalisme.
Sumber:
Pilliang, Yasraf Amir. 2003. Cultural Studies atas Matinya Makna.
Yogyakarta: Jalasutra.
Bantul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar