Ranni Synditha Kusuma
Putri 11512010011103
Kesenjangan dan
Eksklusi Sosial
Dalam
film ini benar menunjukan adanya bahwa konstruksi yang pertama kali dilihat
oleh individu lain adalah tubuh dan bagaimana tubuh itu dapat merefleksikan
kepada orang lain. Akbar seorang tunawicara belajar mengeja namanya sendiri
yang diajarkan oleh teman wanita yang juga seorang tunanetra. Pemaknaan yang
dicari oleh seorang disabilitas adalah menyamakan nilai dan norma yang berlaku
di tatanan di masyarakat. Kedua penyandang disabilitas ini saling membantu
membagi ruang agar dapat diterima di lingkungan yang ‘normal’. Jika dikaitkan
dengan pemahaman Judit butler, Akbar melatih agar bisa berbicara karena dirinya
sendiri yang akan menentukan makna dari tubuh nya sendiri. maksudnya ketika dia
berbicara menyebutkan namanya maka akan memberi pemaknaan pada dirinya mengenai
identitas nya yang ternyata selama ini ia memiliki nama ‘Akbar’.
Selain
memberikan identitas dalam dirinya, dalam latihannya agar bisa menyebut namanya
disini terlihat adanya unsur pemaksaaan agar bisa diterima di masyarakat, agar
merasa diterima di masyarakat karena temannya yang wanita juga terus membantu
nya disamping dia juga mendapat tekanan dari ibu nya mengapa mengimami Akbar.
Itu berarti jelas bahwa individu mengkontruksi gender, masih adanya anggapan
bahwa imam itu harus laki-laki.
Ranni Synditha K. Putri
115120100111031
Respon Paper I
Kesenjangan dan Ekslusi Sosial
1.
Social Eksklusi Amartya Sen
Sosial ekslusi pada saat itu terpandang pada hal
yang mencakup pada bidang baik sosial maupun ekonomi. Siapa saja mereka yang
termasuk ke dalam golongan eksklusi itu yaitu orang orang yang dianggap tidak
bisa menyesuaikan diri di dalam lingkungannya misalnya: orang cacat. Dan apa
saja yang dianggap termasuk sebagai tolak ukur untuk ekslusi sosial salah
satunya adalah pekerjaan, dasar hukum, pendidikan dan juga pendapatan.
Kemiskinan dianggap menjadi bagian eksklusi sosial karena anggapan tidak mampu
mencukupi biaya kehidupan sehari-hari. perlu diperjelas yang tolak ukur seperti
apa yang diukur bahwa seseorang itu dianggap miskin. Adanya eksklusi sosial ini
menguhubungkan kepada kemampuan dan lingkungan sosial. bisa diambil contohnya
adalah kemiskinan akan berdampak kepada kasus perampasan dan kelaparan. Karena
terdesak akan kebutuhan pangan tak kuat menahan rasa lapar maka akan melakukan
perampasan. Perampasan berasal dari penekanan diri agar memiliki makanan.
Penekanan timbul dari rasa tidak puas dan tidak terima dan tidak merasa adil
karena mendapati kondisi yang seperti itu (kemiskinan) inilah yang disebut
dengan deprivasi.
2. Durkheim,
Norma dan juga Patologis
Durkheim adalah seseorang yang melihat kekacauan
sosial ini dari perubahan sosial yang terjadi saat Revolusi Prancis hingga
menyokong perubahan sosial yang lain nya. Hingga ia melihat adanya Patologis, menurutnya
itu adalah masyarakat yang memiliki pola yang baik serta dalam kondisi yang
sehat dimana kondisi sehat yang dimaksud adalah tidak melakukan perbuatan yang
meyimpang, jika melakukan perbuaytan menyimpang maka akan dianggap wajar
Patologis berbeda dengan deviance karena deviance adalah fenomena yang lebih
mengutamakan keutamaan penyokongan bagi kaum kapitalis. Patologi terbagi ke
dalam patologi sosial. ada beberapa patokan sehingga bisa menyebtuknya sebagai
patologi sosial. di dalam patologi sosial itu terdapat. Patologi ini berasal
dari pembagian kerja yang ada di masyarakat modern, karena pembagian kerja di
masyarakat modern sangat kompleks, artinya banyak ketidakseragaman. Selain
memberikan criteria pada masyarakat yang baik, dalam patologi sosial juga harus
memiliki sebuah konsep yang adanya anggapan diterima di masyarakat. Jadi harus
berperilaku normal di dalam tatanan masyarakat. Karena di dalam patologi sosial
mengandalkan akan adanya keberlakuan sebuah norma. Sedangkan menurut Durkheim
crime adalah sebuah tindakan yang wajar yang merupakan hasil dari refleksi
nurani kolektif dari setiap individu.
Berbeda dengan Durkheim yang menganggap criem adalah
sbeuah tindakan yang wajar, Marx berbicara mengenai Deviance. Eviance adalah fenomena yang tidak terkontrol
ketika hal terkontrol itu mempunyai hubungannya dengan kelas yang ada di
masyarakat. Individu tidka dipandang dalam deviance meliankan strukturnya yang
dipandang. Kelompok-kelompok deviance ini muncul karena mereka dianggap tak
mampu memberikan penyokongan kepada kaum kapitalis, mereka dianggap tidak
berguna bagi kaum kapitalis. Terkecuali jika kondisi tidak terkontrol itu
terjadi di kaum kapitalis maka mereka menganggapnya sebgai hal yang wajar.
Misalnya dianggap deviance ialah ketika seorang itu
sebagai penjahat atau kaum punk atau kaum gay tetapi ketika kaum kapitalis
melakukan korupsi maka dianggapa wajar oleh kaum kapitalis tersbeut karena
dinggap mengangkat struktur mereka. Tetapi jika masyarakat melihatnya maka
dianggap deviance karena dianggap tidak mampu berada di kalangan kaum
kapitalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar