Rabu, 25 Juni 2014

Response Paper Individu (M. Ikhlashol Amal)


Nama: Moh. Ikhlashol Amal
NIM:115120101111005

Review Materi Kuliah Kesenjangan dan Eksklusi Sosial.

Kesenjangan sosial adalah suatu permasalahan sosial yang dimana keadaan ketidak meratanya situasi status sosial yang berada didalam suatu masyrakat sehingga menjadikanya terbentangnya jarak seperti si miskin dan si kaya sehingga terjadi Eksklusi sosial atau peminggiran. Eksklusi sosial di bagi menjadi dua yaitu:
1.      Passive
eksklusi sosial menyebabkan orang-orang yang dipinggirkan tidak memiliki nilai tawar yang tinggi dan tidak begitu dianggap oleh masyrakat.
2.      Aktive
a. Tidak peroduktif.
b. Cultural capital.
c. Hilangnya kebebasan.
d. Mengalami tekanan dari orang-orang sekitar.
e.  Faktor kesehatan.
f. Gender dan Ras.
g. Lemahnya nilai sosial.
h. Tidak normal.
Melalui eksklusi sosial inilah induvidu maupun kelompok yang hidupnya mengalami pemutusan atau tidak mendapatkan layanan publik, jaringan sosial dan peluang berkembang yang dinikmati sebagian masyarakat (Parson, 2002)
Adapula komponen dalam eksklusi sosial (Parsom, 2002)
a)      Akses terhadap pekerjaan.
b)      Kemiskinan dan kelompok yang berpendapat rendah.
c)      Efek daerah sebgai lingkunganya.
d)      Tidak memiliki dukungan dan jaringan sosial.
Dari permasalahan eksklusi sosial yang terjadi emile durkhaim juga memilik konsep untuk menjelaskanya. Emile durkhaim beranggapan bahwasanya eksklusi sosial yang terjadi didalam masyarakat akan mengancam solidaritas sosial dikarnakan peminggiran induvidu maupn kelompok yang tidak diakui keberadaanya dalam lingkungan sosialnya. Sehingga terjadilah Anomie yang menyebabkan hilangnya nilai-nilai dan lunturnya norma-norma yang ada didalam masyaraka sehingga terjadilah penyimpangan oleh induvidu maupun kelompok. Dan masyrakat tersebut dianggap tidak sehat bahkan dianggap sebagai masyrakat yang sakit.

Adapula macam-macam penyimpangan didalama masyrakat antra lain:
1.      Kejahatan
Sebuah kejadian yang sering ditemu dan dilakukan di lingkungan sosial.
2.      Deviasi (penyimpangan)
Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada didalam suatu masyarakat sehingga pelanggaran tersebut mendapatkan sanksi sosial.
3.      Patologi sosial.
Perkawinan sesama jenis.
Terdapat ukuran yang telah disepakati apa yang disebut normal dan konsep-konsep normal telah ditetapkan.

Pendapat emile durkhaim diatas berbeda dengan pendapat karl marx tentang konsep tentang deviasi. Karl marx berpendapat orang yang terpingirkan adalah orang yang tidak termasuk dalam roda peroduksi kapitalis yang lebih condong kepada materi dan ekonomi sebagai alat ukur deviasi. Ekonomi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap suprastruktur yang ada didalam masyarakat mulai dari kebiasaan, budaya keluarga, pemerintag dll.
Karl marx membagi menjadi dua bagian populasi devian:
1.      Social junk (sampah sosial)
Seklompok ini dianggap gagal dalam melakukan peranya dalam menyokong sistem kapitalisme. Dalam pandangan kelas yang dominan kelompok ini tidak membahayakan.
2.      Social dynamite
Kelompok ini adalah golongan yang lebih muda, keberadaan mereka perlu dikontrol lewat sistem yang legal.










Nama: Moh Ikhlashol Amal
NIM: 11512010111005
Review Stigma Mata Kuliah Eksklusi dan Kesenjangan Sosial.

Stigma adalah suatu pandangan negatif yang melekat pada induvidu maupun kelompok karena di anggap tidak sesui dengan lingkungan. Lebih tepatnya adalah kaum minoritas. Ada pula madzab strukturalis antara lain:
·        Masyarakat dianggap sebagai kumpulan induvidu yang memiliki atribut (tubuh) yang natural.
·        Rutinitas hubungan sosial mengantisipasi atribut di luar natural.
·        Kehadiran yang lain dari masyarakat pada dasarnya adalah wujud dari katagpri dan atribut yang melekat pada induvidu yang di sebut identitas sosial.
Goffman (1959) membagi identitas sosial menjadi 2 antara lain:
1.      Vertual social identity.
vertual social identity adalah asumsi yang muncul menghubungkan dengan realitas sosial yang belum terbentuk sepenuhnya. Karakter yang cenderung menyalahkan. Hal ini akibat dari penafsiran informasi. Contohnya adalah orang yang terkena penyakit HIV di jauhi karena takut tertular jika bersentuhan, padahal kita tau penularan penyakit ini adalah melalu hubungan (maaf) sex dan melalui darah atau jarum suntik.
2.      Actual social identity.
Actual social identity adalah asumsi atas realitas sosial yang terbukti dan tidak mengada-ada.
Dari kedua identitss sosial di atas menimbulkan stigma terhadap induvidu maupun kelompok. Stigma menimbulkan diskriminas karena di anggap berbeda dari kelompok. Stigma yang ada di dalam realitas sosial karena terbentuk atas masyrakat itu sendiri yang bersifat merendahkan terhadap induvidu maupun kelompok.


Stigma yang terjadi didalam masyrakat dikarenakan:
1.      Cacat fisik
2.      Tidak normal
3.      Karakter induvidu yang buruk.
4.      Kepercayaan (suku, agama, gagasan, dll)
Teori stigma (goffman, 1959)
·        Stigma adalah realasi bahasa.
·        Stigma adalah alat untuk mengintimidasi atas ketidak biasaan seseorang maupun kelompok.
·        Stigma memunculkan perasaan bahwasanya dirinya paling buruk / rendah.
·        Stigma menyalahkan atribut yang melekat pada induvidu atau kelompok  atas ketidak sempurnaan.
·        Stigma mengecilkan kesempatan seseorang.
Dari teorri di atas stigma banyak menimbulkan dampak sosial. Induvidu / kelompok yang berstigma biasanya menolak atas stigma yang di berikan oleh orang lain bahkan bisa juga menerima stigma dengan berusaha di anggap norma. Biasanya induvidu / kelompok yang berstigma mengucilkan diri terhadap kehidupan sosialny dan ada pula yang berani dan ingin membuktikan bahwasanya dia bisa melebihi dari orang-orang yang memberi stigma.
Teori labeling
·        Tindakan induvidu di tentukan oleh stigma yang di berikan oleh masyrakat seperti pelabelan kriminal.
·        Hakim yang menentukan ternarapidana bersalah sebagai kriminal dalah suatu tindakan pengesahan (label) yang dilakukan di mata hukum, sosial dan negara.






Nama : Moh Ikhlashol Amal
NIM: 115120101111005
Review Filem “Bermula Dari A”
Didalam filem “Bermula Dari A” menceritakan dua orang difabel yaitu si perempuan yang tuna netra dan si laki-laki yang tuna wicara. Dalam filem ini perempuan mengajarkan bagai mana cara mengucapkan huruf A kepada laki-laki tersebut. Begitu juga sang laki-laki berupaya melindung dan membantu perempuan tersebut. Filem menggambarkan realitas sosial yang terjadi didalam masyrakat, dimana pun itu. Menurut analisis saya menggunakan persepektif Judit Butler bahwasanya Judit beranggapan tubuh adalah perjumaan dengan tubuh yang artinya tubuh adalah bagaimana saya memaknai sebuah tubuh saya sendir dan memanfaatkan/memfungsikanya itulah bentuk tubuh sebenarya. Bukan hasil dari konstruksi sosial dan wacana yang berada dalam masyrakat. Hal tersebut menimbulkan eksklusi sosial terhadap kedua difabel itu. Keduanya memaknai tubuhnya berdasarkan apa yang meraka rasakan dan apa yang meraka fugsikan tubuhnya sedemikian rupa ini lah yang dimaksud makna tubuh yang sebenarnya menurut Judit butler.
Berbeda dengan persepektif Mike Oliver yang mengangap orang difabel adalah orang orang yang memiliki tubuh yang berbeda dan tubuh yang berbeda itulah dianggap oleh orang normal sebagai seuatu objek (diskriminasi) yang membedakan dan dianggap tidak normal. Menurut Oliver cacat itu tidak ada, makna Difabel itu sendiri ditentukan oleh lingkungan hasil dari konstruksi yang mendukung membedakan tubuh. Didalam filem tersebut dapat kita lihat bahwasanya kedua orang tersebut berbeda dengan kebanyakan orang dan di anggap sebagi kaum minoritas. Dan tetntu saja kita melihat perbedaaan itu sebagai sesuatu kekurangan mereka. Kita sendiri secara tidak sadar telah terkontruksi oleh lingkungan bahwasanya saat kita melihat orang yang memiliki tubuh yang berbeda dengan kita adalah sebuah kekurangan dan keterbatasan. Seharusnya kita sadar akan keberadaan merak dan tidak mengangap meraka sebagi suatu objek dan memandang mereka sebelah mata. Padahal merek memiliki potensi yang luar biasa jika kita mengangap mereka tidak berbeda dengan kita dan mendukung serta memberikan hak-hak yang sama dengan kita seperti hak-hak pendidikan, pekerjaan, fasilitas dan lain-lain. Sehingga mereka dapat menyalurkan kemampuanya seperti halya orang-orang normal tanpa perbedaan.

1 komentar:

  1. Tubuh memang seringkali menjadi salah satu faktor terjadinya diskriminasi pada seseorang. misalnya saja seorang cewek yang memaknai dirinya sebagai seorang cowok. Dia mengunakan atriut cowok untuk menunjukkan eksistwnsinya dalam masyarakat. Tapi yang menjadi permasalahan kenapa proses diskriminasi tetap terjadi pada dirinya? bukankah ini tubuh saya dan bukan tubuh mereka? jadi seakan akan tubuh seseorang adalah konsumsi pablik yang harus mengikuti pakem.

    BalasHapus