Nama: Moh. Ikhlashol Amal
NIM:115120101111005
NIM:115120101111005
Review Materi Kuliah Kesenjangan dan Eksklusi Sosial.
Kesenjangan
sosial adalah suatu permasalahan sosial yang dimana keadaan ketidak meratanya
situasi status sosial yang berada didalam suatu masyrakat sehingga menjadikanya
terbentangnya jarak seperti si miskin dan si kaya sehingga terjadi Eksklusi
sosial atau peminggiran. Eksklusi sosial di bagi menjadi dua yaitu:
1.
Passive
eksklusi sosial menyebabkan orang-orang yang dipinggirkan tidak memiliki nilai tawar yang tinggi dan tidak begitu dianggap oleh masyrakat.
eksklusi sosial menyebabkan orang-orang yang dipinggirkan tidak memiliki nilai tawar yang tinggi dan tidak begitu dianggap oleh masyrakat.
2.
Aktive
a. Tidak peroduktif.
b. Cultural capital.
c. Hilangnya kebebasan.
d. Mengalami tekanan dari orang-orang sekitar.
e. Faktor kesehatan.
f. Gender dan Ras.
g. Lemahnya nilai sosial.
h. Tidak normal.
a. Tidak peroduktif.
b. Cultural capital.
c. Hilangnya kebebasan.
d. Mengalami tekanan dari orang-orang sekitar.
e. Faktor kesehatan.
f. Gender dan Ras.
g. Lemahnya nilai sosial.
h. Tidak normal.
Melalui
eksklusi sosial inilah induvidu maupun kelompok yang hidupnya mengalami
pemutusan atau tidak mendapatkan layanan publik, jaringan sosial dan peluang
berkembang yang dinikmati sebagian masyarakat (Parson, 2002)
Adapula komponen dalam
eksklusi sosial (Parsom, 2002)
a)
Akses terhadap
pekerjaan.
b)
Kemiskinan dan
kelompok yang berpendapat rendah.
c)
Efek daerah
sebgai lingkunganya.
d)
Tidak memiliki
dukungan dan jaringan sosial.
Dari
permasalahan eksklusi sosial yang terjadi emile durkhaim juga memilik konsep
untuk menjelaskanya. Emile durkhaim beranggapan bahwasanya eksklusi sosial yang
terjadi didalam masyarakat akan mengancam solidaritas sosial dikarnakan
peminggiran induvidu maupn kelompok yang tidak diakui keberadaanya dalam
lingkungan sosialnya. Sehingga terjadilah Anomie yang menyebabkan hilangnya
nilai-nilai dan lunturnya norma-norma yang ada didalam masyaraka sehingga
terjadilah penyimpangan oleh induvidu maupun kelompok. Dan masyrakat tersebut
dianggap tidak sehat bahkan dianggap sebagai masyrakat yang sakit.
Adapula macam-macam
penyimpangan didalama masyrakat antra lain:
1.
Kejahatan
Sebuah kejadian yang sering ditemu dan dilakukan di lingkungan sosial.
Sebuah kejadian yang sering ditemu dan dilakukan di lingkungan sosial.
2.
Deviasi
(penyimpangan)
Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada didalam suatu masyarakat sehingga pelanggaran tersebut mendapatkan sanksi sosial.
Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada didalam suatu masyarakat sehingga pelanggaran tersebut mendapatkan sanksi sosial.
3.
Patologi sosial.
Perkawinan sesama jenis.
Terdapat ukuran yang telah disepakati apa yang disebut normal dan konsep-konsep normal telah ditetapkan.
Perkawinan sesama jenis.
Terdapat ukuran yang telah disepakati apa yang disebut normal dan konsep-konsep normal telah ditetapkan.
Pendapat
emile durkhaim diatas berbeda dengan pendapat karl marx tentang konsep tentang
deviasi. Karl marx berpendapat orang yang terpingirkan adalah orang yang tidak
termasuk dalam roda peroduksi kapitalis yang lebih condong kepada materi dan
ekonomi sebagai alat ukur deviasi. Ekonomi memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap suprastruktur yang ada didalam masyarakat mulai dari kebiasaan,
budaya keluarga, pemerintag dll.
Karl marx membagi menjadi
dua bagian populasi devian:
1.
Social junk
(sampah sosial)
Seklompok ini dianggap gagal dalam melakukan peranya dalam menyokong sistem kapitalisme. Dalam pandangan kelas yang dominan kelompok ini tidak membahayakan.
Seklompok ini dianggap gagal dalam melakukan peranya dalam menyokong sistem kapitalisme. Dalam pandangan kelas yang dominan kelompok ini tidak membahayakan.
2.
Social dynamite
Kelompok ini adalah golongan yang lebih muda, keberadaan mereka perlu dikontrol lewat sistem yang legal.
Kelompok ini adalah golongan yang lebih muda, keberadaan mereka perlu dikontrol lewat sistem yang legal.
Nama: Moh Ikhlashol Amal
NIM: 11512010111005
Review Stigma Mata Kuliah Eksklusi dan Kesenjangan
Sosial.
Stigma adalah suatu pandangan negatif yang melekat
pada induvidu maupun kelompok karena di anggap tidak sesui dengan lingkungan.
Lebih tepatnya adalah kaum minoritas. Ada pula madzab strukturalis antara lain:
·
Masyarakat
dianggap sebagai kumpulan induvidu yang memiliki atribut (tubuh) yang natural.
·
Rutinitas
hubungan sosial mengantisipasi atribut di luar natural.
·
Kehadiran yang
lain dari masyarakat pada dasarnya adalah wujud dari katagpri dan atribut yang
melekat pada induvidu yang di sebut identitas sosial.
Goffman (1959) membagi identitas sosial menjadi 2
antara lain:
1. Vertual social identity.
vertual social identity adalah asumsi yang muncul menghubungkan dengan realitas sosial yang belum terbentuk sepenuhnya. Karakter yang cenderung menyalahkan. Hal ini akibat dari penafsiran informasi. Contohnya adalah orang yang terkena penyakit HIV di jauhi karena takut tertular jika bersentuhan, padahal kita tau penularan penyakit ini adalah melalu hubungan (maaf) sex dan melalui darah atau jarum suntik.
vertual social identity adalah asumsi yang muncul menghubungkan dengan realitas sosial yang belum terbentuk sepenuhnya. Karakter yang cenderung menyalahkan. Hal ini akibat dari penafsiran informasi. Contohnya adalah orang yang terkena penyakit HIV di jauhi karena takut tertular jika bersentuhan, padahal kita tau penularan penyakit ini adalah melalu hubungan (maaf) sex dan melalui darah atau jarum suntik.
2. Actual social identity.
Actual social identity adalah asumsi atas realitas sosial yang terbukti dan tidak mengada-ada.
Actual social identity adalah asumsi atas realitas sosial yang terbukti dan tidak mengada-ada.
Dari kedua identitss sosial di atas menimbulkan stigma
terhadap induvidu maupun kelompok. Stigma menimbulkan diskriminas karena di
anggap berbeda dari kelompok. Stigma yang ada di dalam realitas sosial karena
terbentuk atas masyrakat itu sendiri yang bersifat merendahkan terhadap
induvidu maupun kelompok.
Stigma yang terjadi didalam masyrakat dikarenakan:
1.
Cacat fisik
2.
Tidak normal
3.
Karakter
induvidu yang buruk.
4.
Kepercayaan
(suku, agama, gagasan, dll)
Teori stigma (goffman, 1959)
·
Stigma adalah
realasi bahasa.
·
Stigma adalah
alat untuk mengintimidasi atas ketidak biasaan seseorang maupun kelompok.
·
Stigma
memunculkan perasaan bahwasanya dirinya paling buruk / rendah.
·
Stigma
menyalahkan atribut yang melekat pada induvidu atau kelompok atas ketidak sempurnaan.
·
Stigma
mengecilkan kesempatan seseorang.
Dari teorri di atas stigma banyak menimbulkan dampak
sosial. Induvidu / kelompok yang berstigma biasanya menolak atas stigma yang di
berikan oleh orang lain bahkan bisa juga menerima stigma dengan berusaha di
anggap norma. Biasanya induvidu / kelompok yang berstigma mengucilkan diri
terhadap kehidupan sosialny dan ada pula yang berani dan ingin membuktikan
bahwasanya dia bisa melebihi dari orang-orang yang memberi stigma.
Teori labeling
·
Tindakan
induvidu di tentukan oleh stigma yang di berikan oleh masyrakat seperti
pelabelan kriminal.
·
Hakim yang
menentukan ternarapidana bersalah sebagai kriminal dalah suatu tindakan
pengesahan (label) yang dilakukan di mata hukum, sosial dan negara.
Nama : Moh Ikhlashol Amal
NIM: 115120101111005
Review Filem “Bermula Dari A”
Didalam filem “Bermula Dari A” menceritakan dua orang
difabel yaitu si perempuan yang tuna netra dan si laki-laki yang tuna wicara.
Dalam filem ini perempuan mengajarkan bagai mana cara mengucapkan huruf A
kepada laki-laki tersebut. Begitu juga sang laki-laki berupaya melindung dan
membantu perempuan tersebut. Filem menggambarkan realitas sosial yang terjadi
didalam masyrakat, dimana pun itu. Menurut analisis saya menggunakan
persepektif Judit Butler bahwasanya Judit beranggapan tubuh adalah perjumaan
dengan tubuh yang artinya tubuh adalah bagaimana saya memaknai sebuah tubuh
saya sendir dan memanfaatkan/memfungsikanya itulah bentuk tubuh sebenarya.
Bukan hasil dari konstruksi sosial dan wacana yang berada dalam masyrakat. Hal
tersebut menimbulkan eksklusi sosial terhadap kedua difabel itu. Keduanya
memaknai tubuhnya berdasarkan apa yang meraka rasakan dan apa yang meraka
fugsikan tubuhnya sedemikian rupa ini lah yang dimaksud makna tubuh yang
sebenarnya menurut Judit butler.
Berbeda dengan persepektif Mike Oliver yang mengangap
orang difabel adalah orang orang yang memiliki tubuh yang berbeda dan tubuh
yang berbeda itulah dianggap oleh orang normal sebagai seuatu objek
(diskriminasi) yang membedakan dan dianggap tidak normal. Menurut Oliver cacat
itu tidak ada, makna Difabel itu sendiri ditentukan oleh lingkungan hasil dari
konstruksi yang mendukung membedakan tubuh. Didalam filem tersebut dapat kita
lihat bahwasanya kedua orang tersebut berbeda dengan kebanyakan orang dan di
anggap sebagi kaum minoritas. Dan tetntu saja kita melihat perbedaaan itu
sebagai sesuatu kekurangan mereka. Kita sendiri secara tidak sadar telah
terkontruksi oleh lingkungan bahwasanya saat kita melihat orang yang memiliki
tubuh yang berbeda dengan kita adalah sebuah kekurangan dan keterbatasan.
Seharusnya kita sadar akan keberadaan merak dan tidak mengangap meraka sebagi
suatu objek dan memandang mereka sebelah mata. Padahal merek memiliki potensi
yang luar biasa jika kita mengangap mereka tidak berbeda dengan kita dan mendukung
serta memberikan hak-hak yang sama dengan kita seperti hak-hak pendidikan,
pekerjaan, fasilitas dan lain-lain. Sehingga mereka dapat menyalurkan
kemampuanya seperti halya orang-orang normal tanpa perbedaan.
Tubuh memang seringkali menjadi salah satu faktor terjadinya diskriminasi pada seseorang. misalnya saja seorang cewek yang memaknai dirinya sebagai seorang cowok. Dia mengunakan atriut cowok untuk menunjukkan eksistwnsinya dalam masyarakat. Tapi yang menjadi permasalahan kenapa proses diskriminasi tetap terjadi pada dirinya? bukankah ini tubuh saya dan bukan tubuh mereka? jadi seakan akan tubuh seseorang adalah konsumsi pablik yang harus mengikuti pakem.
BalasHapus