Kamis, 19 Juni 2014

Foto Kesenjangan & Eksklusi Sosial (Kelompok 2): Pengamen & Pengemis

Kelompok 2:
Andry Dwi Ramdhani (115120107111018)
Ramdani (115120100111036)
Peni EkoNingtias (115120100111016)
Solehuddin (115120107111043)
Riry Dwi Safitri  (115120101111020)
Ahmad Riza W. (105120100111004)


Pengamen
Foto diambil di Jalan Panglima Sudirman. Terlihat dua anak kecil mengamen untuk menafkahi keluarga. Dua anak kecil ini merelakan masa mudanya dengan mencari peruntungan di jalan. Suara sumbang dengan gitar kecil di tangan menjadi saksi bisu kerasnya kehidupan.



Pengemis
          Foto diambil di Jalan Veteran. Anak kecil (pengemis) tersebut sedang mengisi waktu luang dengan menggambar sebelum melakukan aktifitas sambilannya yaitu mengemis. Kegiatan sehari-hari pengemis tersebut layaknya anak kecil pada umumnya, bersekolah di pagi hari.

43 komentar:

  1. apakah mereka lebih nyaman seperti itu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ketika kelompok kami mengambil poto anak (pengamen) tersebut, kami sempat menanyakan beberapa hal pada mereka, walaupun kami tidak menanyakan secara langsung mengenai nyaman atau tidaknya, mereka menuturkan bahwa mengamen adalah kesenangan mereka, terlebih mereka bisa bertemu teman sebaya yg juga pengamen dan bisa mendapatkan uang untuk jajan mereka sendiri.
      (ramdani - kelompok 2)

      Hapus
    2. untuk masalah nyaman dan tidaknya tidak mungkin semuanya mereka utarakan. kemungkinan susah senang pasti terus ada pada diri mereka

      Hapus
  2. apa yang membuat dia memilih seperti itu?

    BalasHapus
  3. adanya seorang pengamen utamanya mereka yang masih berusia anak-anak memperlihatkan bagaimana kesulitan ekonomi yang membelit orang tua seringkali menjadikan anak-anak korban.., yang seharusnya di usianya mereka dapat sekolah dengan tenang dan bermain menikmati masa anak-anak.., tapi justru harus menjadi pengamen di sela-sela sekolah atau menjadikan dirinya sebagai tulang punggu keluarga dengan hasil mengamen.., kesenjangan sosial yang terjadi karena keterbatasan ekonomi tidak seharusnya dirasakan oleh seorang anak..,

    BalasHapus
  4. kenapa yg mencari nafkah anak kecil ? orang tua mereka kemana ? kegiatan mencari nafkah kan seharusnya dilakukan oleh para orang tua

    BalasHapus
  5. memang sungguh memprihatinkan melihat fenomena seperti ini banyak terjadi di sekitar kita. tetapi mereka sebenarnya tidak mempunyai pilihan lain untuk bisa menjalankan kehidupan seperti anak anak lainnya yang se usia mereka. namun kenyataannya mereka juga ter eksklusi keberadaannya dikarenakan masyarakat pada umumnya memandang mereka dengan sebelah mata. padahalan bila dilihat secara mendalam mereka mencari nafkah dengan cara yang halal tetapi mengapa kebanyakan orang hanya bisa memandang sebelah mata keberadaan mereka.

    BalasHapus
  6. di umur mereka yang seharusnya bisa merasakan keceriaan bermain bersama teman-temannya ternyata mereka harus kehilangan masa-masa itu. mereka mengamen dan mengemis demi membantu mencari nafkah demi keluarganya. hal yang sampai saat ini masih menjadi pr pemerintah agar anak-anak seperti mereka tidak bekerja di jalanan melainkan menuntut ilmu di bangku sekolah dan bermain seperti layaknya anak-anak seumurannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mereka seneng kak, kan ada Jareng ikut aja lagi, meningkatkan minat pendidikan anak jalanan :D

      Hapus
    2. mungkin progam Jareng "Belajar Bareng" yang diperuntukkan oleh anak anak jalanan bisa dipublikasikan kembali oleh Upid atau bahkan tidak hanya untuk anak jalanan di kota Malang tetapi juga mencakup seluruh wilayah di Indonesia

      Hapus
  7. menanggapi foto kelompok kalian yaitu tentang pengemis anak-anak sudah memang banyak sekali terjadi di Indonesia, sayangnya pemerintah kita kurang tanggap mengenai masalah ini.
    kalo saya melihat ini, miris memang karena pengemis anak-anak ini cenderung di eksploitasi tenaga mereka untuk mendapatkan uang, dengan tujuan untuk membantu kehidupan mereka tetaapi tidak tepat rasanya jika di umur yang cenderung masih dibawah umur mereka harus mengetahui kerasnya dunia jalanan di luar. Contohnya saat lampu merah banyak mereka yang berlarian menghampiri mobil/motor tanpa mempedulikan keselamatan mereka.
    Sedikit solusi dari saya akan kesenjangan social ini, jika tidak bisa diawali dgn bersekolah dasarnya mungkin bisa dimulai dengan pemanfataan skill (misalnya membuat manik-manik/ gelang dll) sehingga akan berguna yang hasilnya dan diharapkan bisa membantu kebutuhan ekonomi dan biaya sekolah.

    BalasHapus
  8. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa banyak anak kecil yang berprofesi sebagai pengamen merupakan sebuah realita yang sengaja dibangun oleh salah satu pihak, yaitu orangtua mereka sendiri. anggapan saya, anak kecil yang dijadikan pengamen merupakan sebuah alat untuk menarik perhatian publik agar berbelaskasih kepada mereka, sehingga permasalahan ini sebetulnya dapat disebut sebagai permaslahan kultural.

    BalasHapus
    Balasan
    1. setubuh,
      termasuk alat "produksi" bagi majikannya pasalnya mereka dalam satu hari juga ditarget untuk mendapatkan setoran tertentu dan terkadang parahnya disetorkan ke sebuah jaringan, jadi uang tidak untuk kehidupan keluarganya melainkan ke sebuah mafia pengamen, ngeri daaah

      Hapus
  9. Dari fenomena yang sebenarnya sudah banyak terjadi seperti pengamen dan pengemis ini, bagaimana bentuk tereksklusinya pengamen dan pengemis tersebut? dan bagaimana pandangan kelompok anda tentang pengamen dan pengemis yang masih berusia produktif untuk sekolah? (Lisa Hajjar S.)

    BalasHapus
    Balasan
    1. pengamen dan pengemis merupakan bentuk ekslusi karena jika dilihat dari segi ekonomi kebanyakan dari mereka merupakan orang miskin, mereka tidak mendapatkan hak yang seharusnya dari pemerintah (deskriminasi), untuk itu mereka mengamen dan mengemis untuk kelangsungan hidupnya. selain karena faktor ekonomi adanya pengemis dan pengemen disebabkan masalah struktur (pemerintah), pemerintah belum mampu menjalankan fungsinya yaitu mensejahterakan rakyat.
      (ramdani - kelompok 2)

      Hapus
    2. pandangan saya tentang pengamen dan pengemis yang masih berusia produktif untuk sekolah? yakni, seharusnya lebih mementingkan kewajiban utamanya sebagai seorang pelajar, karena pada masa produktif belajar lebih dipentingkan daripada mencari uang yang notabenenya adalah kewajiban orang tua
      (Andry Dwi Ramdhani - kelompok 2)

      Hapus
    3. Yang banyak kita lihat saat ini, permasalahan tentang dipersulitnya orang-orang miskin untuk menempuh pendidikan. menurut saya, butuh penanganan yang sesuai mengenai masalah serius ini terutama dari pemerintah mengingat seperti yang dikatakan oleh mas ramdani bahwa pemerintah merupakan salah satu penyebab permasalahan ini terjadi seperti pembuatan kebijakan yang sesuai, dan lain sebagainya. (Lisa Hajjar S.)

      Hapus
  10. anak kecil seharusnya menikmati masa-masa sekolah dan bermain. jika ada fenomena anak uasia sekolah yang mengamen dan mengemis, maka yang harus bertanggung jawab atas hal tersebut adalah orang tua dan pemerintah. orang tua bertanggung jawab untuk memberi nafkah kepada anaknya buka malah menyuruh si anak untuk membantu mencari nafkah orang tua. sedangkan pemerintah di sini bertanggung jawab untuk memberantas kemiskinan sehingga tidak ada lagi anak kecil yang mengamen dan mengemis di jalanan. selain itu pemerintah harus menjamin pendidikan untuk anak-anak tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wyna bagaimana kalau si orang tua itu tidak mempunyai pekerjaan tetap misalnya ayahnya kuli bangunan yang tidak setiap hari dapat uang , trus ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga .. apakah si anak tidak ada naluri untuk membantu orang tuanya ? hehhe

      Hapus
    2. kalau kasusnya seperti diatas itu merupakan salah satu permasalahan struktural yang hingga sekarang masih belum dapat terselesaika. Selain itu juga ada dialektika antara humman traffiicking dengan permasalahan kebaktian seorang anak atau peran anak dalam keluarga

      Hapus
    3. memang benar Ninda kalau anak juga punya naluri untuk membantu orang tua jika kasusnya orang tuanya benar-benar tidak mampu, tidak punya penghasilan tetap. sebagai anak yang berbakti pada orang tuanya, maka naluri meringankan beban orang tua itu muncul.hal tersebut berkaitan dengan peran seorang anak dalam keluarga. Namun yang saya sesalkan terkadang ada kasus misal di kota-kota besar anak di eksploitasi, di paksa oleh orang tuanya untuk bekerja seperti mengamen, sedangkan orang tuanya diam di rumah yang mana hal tersebut di namakan human traffiking seperti yang di katakan oleh Peni. Seorang anak juga bingung ketika dia harus memposisikan perannya sebagai seorang anak yang harus berbakti kepada orang tuanya, namun di sisi lain di lain kasus mereka mengalami eksploitasi yang di lakukan oleh orang tuanya atau pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

      Hapus
  11. pemerintah seharusnya memberkan perhatian terhadap masalah sosial seperti kemiskinan dan pengemis yang ada di indonesia melaui undang-undangnya untuk dapat mengatasi masalah sosial ini.
    mereka mengemis karena kemauan mereka sendiri dan tentunya menlok untuk di tertibkan. seperti yang terjadi di kota bandung pada saat itu walikota bandung Ridwan kamil di datangi demonstran yang terdiri dari pengemis dan anak jalan karena memperotis aksi penertiban oleh satpol PP. kemudia ridwan kamil mendatangi demosntran dan menawarkan pekerjaan sebagai solusi agar mereka memiliki pekerjaan sebagai tukang bersih bersih di kota bandung tersebut tetapi mereka menolak mentah-mentah karena di rasa gajinya kurang tinggi kisaran 700rb para pengemis dan anak jalan mau berhenti asalkan pemerintah sanggup membayar mereka 4-10 juta setiap bulan.
    dari masalah di atas dapat kita ketahui bahwasanya mereka mengemis bukan karena mereka memiliki keterbatasan tetapi mereka malas meskipun di tawari pekerjaan yang layak tetapi mereka menolaknya seolah mereka lebihnyaman menjadi pengemis daripada tukang bersih.
    dari sinilah pemerintah harus ikut perna dalam mengatasi masalah sosial seperti mengelurkan peraturan melalui undang-undangnya seperti larangan memberi pengemis uang yang di akan di terapkan di DKI Jakarta seperti yang tertera di pasal 40 perda DKI jakarta no 8/2007 jika di dapati warga yang memberikan pengemis uang maka pemberi tersebut akan mendapatka sanksi. hal ini di tujukan untuk menghapus budaya mengemis dan anak jalanan di indonesia agar pengemis dan anak jalanan berpindah mencari pekerjaan yang layak.
    pemerintah malang dapat mencontoh kebijakan di atas dengan mengeluarkan undang-undang tentang pengemis guna mengatasi masalah pengeis dan anak jalanan agar dapat berkurang dan mereka dapat mencoba keratifitas mereka di bidang lain.

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  13. sebenarnya pemerintah sendiri melalui dinas sosial sudah membuat suatu program pemberdayaan bagi anak jalanan yang tujuannya adalah menekan angka anak jalanan (pengemis dll), namun mungkin program yang dibuat hanya bisa menekan angka anak jalanan yang sifatnya temporer, jadi belum bisa permanen. sehingga akan selalu kita temui anak jalanan diberbagai sudut kota. keberadaan mereka sendiri sering kita anggap "mengganggu" sehingga hal itulah yang akhirnya menyebabkan "eksklusi" bagi mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi kesimpulnnya program yang dibuat oleh pemerintah untuk anak jalanan masih belum sukses untuk mengurangi anak jalanan?

      Hapus
    2. kalau yang saya tau itu, anak jalanan yang diberdayakan oleh dinas sosial memang selayaknya digunakan untuk menekan angka anak jalanan . akan tetapi sepemahaman saya , pemerintah dalam hal ini kurang memberikan fasilitas yang baik juga kepada anak jalanan tersebut, misalnya uang jajan yang minim, kebebasan yang dibatasi sehingga anak jalanan lebih suka menikmati hidupnya dijalan karena lebih bebas berekspresi dan lebih banyak mendapatkan uang. jadi belum suksesnya progam pemerintah dikarenakan progam pemerintah itu sendiri yang kurang mampu membuat anak anak jalanan nyaman tinggal di penampungan

      Hapus
    3. Tapi menurut pandangan saya dari hasil penelitian Manajemen Riset Terapan tentang Modal budaya dan anak jalanan, ada juga faktor internal yang membuat mereka turun ke jalan, bukan hanya dorongan dari luar. Karena dengan turun kejalan mereka akan lebih banyak mendapatkan uang untuk pemenuhan kebutuhan (Jajan dll).

      Hapus
    4. benar kata upid, ketika kelompok kami mengambil poto pengamen tersebut, mereka melontarkan bahwa mengamen adalah kesenangan untuk dirinya, terlebih mereka mendapatkan uang.. maka dari itu sudah seharusnya pemerintah selain memberdayakan anak jalanan juga memperhatikan mental dan psikis, walaupun pemerintah telah menyediakan tempat penampungan, namun mental dan psikis/pola pikir mereka menganggap bahwa mengamen adalah 'kehidupan mereka' maka program dari pemerintah tidak akan efektif, jadi mental dan psikis mereka juga perlu diperhatikan...

      (Ramdani)

      Hapus
    5. menarik jika melihat hasil penelitian upid, sebab faktor eksternal inilah yg membuat kita berfikir mereka sebenarnya tidak ada masalah bahkan itu sebuah kemauan untuk mendapat tambahan uang. sehingga jelas bahwa sisi ekslusi sosialnya disini karena stigma masyarakat mengenai ''profesinya'' bukan anaknya. beda lagi kalau si anak ini turun ke jalan untuk memenuhi kebutuhan dan ia tidak bisa mengakses pendidikan karena keterbelakangan ekonominya.

      Hapus
  14. Mengenai fenomena yang ada diatas hal yang perlu diperhatikan ialah peran dari orang tua mereka sendiri dalam mencukupi kebutuhan ekonomi anak-anak mereka agar tidak terjadi fenomena semacam ini, selain itu juga peran pemerintah sebagai pemelihara harusnya tidak tinggal diam menanggapi fenomena ini diperlukan juga pendekatan secara menyeluruh agar akar permasalahan yang ada dapat diketahui dengan jelas.(Putra Igeng A)

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan hanya menyalahkan orang tua ples pemerintahnya saja dong! mana peran kamu, disaat mereka kepanasan, kelaparan , mengemis ? apa kontribusi kamu terhadap mereeka!?

      Hapus
    2. ya itu mungkin maslah utamanya, karena diskriminasi dan deprivasi itu muncul dari masyarakat normal, sehingga terlihat seperti pemerintah dan orang tuanya saja yang disalahkan.

      Hapus
    3. banyak faktor yang menyebabkan seorang atau individu mengemis, mengamen dsb. faktor utama adalah pemerintah belum sepenuhnya mensejahterakan masyarakatnya, program dari pemerintah saat ini terkesan hanya sebuah 'formalitas' karena belum menyelesaikan hingga keakar-akar permasalahanya, menurut saya akar permasalahanya adalah kemiskinan..
      (Ramdani)

      Hapus
  15. Dalam konteks Butler, tidak kemudian seorang anak kecil dipahami sebagai tubuh yang tidak bisa atau tidak mampu menjalani praktik mereka sebagai pengamen. konteks yang kemudian mengatakan kalau anak kecil tidak mampu atau tidak bisa adalah konstruksi sosial. Dimana anak kecil di identikan sebagai seorang yang lemah, tidak mampu apa-apa, tidak pas sebagai pengamen. Mengingat pemikiran oleh Butler jauh lebih penting melihat performa (performance) yang bersandar pada pengalaman individu. Jika dilihat eksklusi kemudian yang terjadi pada pengamen anak kecil karena identifikasi others atau orang lain memandang "anak kecil" melalui inderawi semata dan mengesampingkan pengalaman yang dimiliki oleh individu (merujuk pada pengamen anak kecil). Bila kemudian dilihat dalam konteks pemikiran Judith Butler maka identifikasi anak kecil harus dilihat dari performance dan pengalamannya (experience). Bila ia mampu secara kinerja (performance) maka kemudian wacana akan anak kecil sebagai yang lemah dan tidak pas pada pekerjaan pengamen adalah tidak cocok

    BalasHapus
    Balasan
    1. kata mbah sosro anak-anak cocoknya kerja di air....

      Hapus
  16. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  17. Sungguh miris melihat anak-anak kecil yang terpaksa menjadi pengemis demi pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Seharusnya hal ini jadi pembelajaran untuk pemerintah agar lebih memperhatikan generasi muda

    BalasHapus
  18. realita yang ada tentang munculnya anak-anak yang mengamen atau mengemis terjadi salah satunya karena faktor orang tua (misal paksaan dari orang tuanya)., dari permasalahan yang seperti ini kemudian siapa yang harus di minta memberikan tanggung jawabnya ? orang tua yang memaksa kah sedang rata-rata dari mereka berasal dari orang tua yang minim ekonomi., atau anak-anak tersebut sedang setiap anak tidak pernah minta di lahirkan dari keluarga yang serba kekurangan., atau masyarakat sedang tiap orang memiliki kebutuhan dan keperluan masing-masing., atau justru pemerintah sedang kondisi pemerintahan kita dalam keadaan yang tidak dapat memberikan kesejahteraan pada warganya.., who..??

    BalasHapus
  19. program dari abah anton sendiri kan "peduli wong cilik" kita lihat saja apa semua program yang beliau canangkan dapat memuaskan kaum minoritas utamanya. kalo hanya diucapkan dalam tulisan saja mudah tapi bagaimana untuk melaksanakan itu yang jadi prioritas utamanya.

    BalasHapus
  20. Mungkin sebagian dari pengamen yang masih berusia dini menganggap kegiatan mengamen sebagai kegiatan yang menyenangkan karena dapat bercanda dan bernyanyi dengan teman-teman sebaya mereka. Namun sebagian ada pengamen yang berusia dini menjalankan kegiatan mengamen karena adanya paksaan dari orang tua mereka yang terlalu mengeksploitasi hak-hak anak mereka untuk mencari pundi-pundi uang dari hasil mengamen. padahal pada hakikatnya anak-anak seusia mereka masih dalam usia-usia bermain dan belajar dalam tahap perkembangan dan pertumbuhan anak-anak. dalam hal ini orang tua menjadi salah satu faktor utama yang harus bertanggung jawab karena tanggung jawab penuh anak-anak masih berada di tangan orang tua mereka seperti yang sudah tertera pada UU nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. namun orang tua tidak sendiri harus bertanggung jawab. pihak pemerintah seharusnya membuat dan mengimplementasikan sebuah kebijakan untuk menangani masalah tersebut karena generasi muda kelak akan menjadi generasi penerus bangsa dan negara ini.
    (Evan Okta Harendrawan)

    BalasHapus
    Balasan
    1. mas evan tahu akbar anak 2013 kan. dia sangat bersemangat klo diajak ngamen. seolah olah menjadi hobi gitu.
      kalo mengamen itu kemauan dari diri sendiri apakah itu termasujk eksklusi sosial mas evan?

      Hapus
    2. merujuk pada definisi ekslusi sosial yang mana proses yang menghalangi individu atau kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial budaya maupun ekonomi di dalam masyarakat dan mengakses pelayanan publik sehingga untuk pengamen yang bernama Akbar selama dia menjadi pengamen merupakan murni keinginannya sendiri dan itu sudah menjadi hobby dan dalam kesehariannya si Akbar masih sekolah, bermain di lapangan, mampu membeli makanan di warung itu menurut saya tidak termasuk ekslusi sosial berbeda cerita ketika si Akbar di dalam masyarakat mengalami diskriminasi karena statusnya sebagai pengamen di sekolahnya atau diolok-olok . seperti itu

      Hapus
  21. berarti saya berkesimpulan kebanyakan pengamen muda sekarang banyak yang tidak tereksklusi..

    BalasHapus